Pengaruh 'Swing State' Dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Selagi dalam masa kampanye, pada kandidat sangat sering mengunjungi 'swing state' dan menggelontorkan biaya iklan yang sangat besar.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 09 Nov 2016, 17:05 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2016, 17:05 WIB
Tori P. Stephens
Selagi dalam masa kampanye, pada kandidat sangat sering mengunjungi 'swing state' dan menggelontorkan biaya iklan yang sangat besar. (Liputan6.com/Alexander Lumbantobing)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sejarah pilpres AS, biasanya ada beberapa negara bagian yang sudah jelas menjadi lumbung kemenangan Partai Demokrat dan sejumlah negara bagian lainnya yang menjadi lumbung kemenangan Partai Republik.

Namun demikian, ada beberapa negara bagian yang pilihannya masih harus ditebak, karena bisa berayun (swing) tak terduga ke salah satu kubu. Salah satu negara bagian yang menjadi 'swing state' itu misalnya Ohio. Negara bagian itu kerap menjadi acuan dalam pemilu Amerika Serikat, karena, dalam 24 dari 26 pemilu AS, calon yang menang di Ohio akan menang di tingkat nasional.

Untuk tahun ini, para pakar menduga bahwa Ohio akan cenderung mengarah kepada Donald Trump, padahal dugaan pilihan nasional mengarah kepada Hillary Clinton. Dengan demikian, mungkin saja ada perubahan untuk pemilu sekarang.

Demikian dikutip Liputan6.com dari Tori P. Stephens, Political Officer di Kedutaan Besar Amerika Serikat dalam acara talk show pada Rabu (9/11/2016) di @america Jakarta selagi menanti proses perhitungan suara pemilihan presiden Amerika Serikat (pilpres AS) 2016.

Sebagai 'swing state', tidak heran kalau negara bagian Ohio menjadi rebutan antara 2 kandidat presiden AS. Status demikian juga menggugah warga agar suara mereka benar-benar dianggap.

Selagi dalam masa kampanye, pada kandidat sangat sering mengunjungi 'swing state' dan menggelontorkan biaya iklan yang sangat besar. Suasana dan atmosfer pemilu terasa lebih intens, walaupun semua suara setara di semua negara bagian. Dengan demikian, warga semakin bersikukuh untuk memberikan suara mereka.

Dalam beberapa minggu menjelang pemilihan, para kandidat semakin gencar berkunjung ke negara bagian Ohio. Hingga akhir Oktober lalu, Donald Trump sudah berkunjung 25 kali dan menjadi salah satu negara bagian yang paling sering dikunjunginya. Hillary Clinton berkunjung sebanyak 16 kali.

Bukan hanya para kandidat yang rajin menyambangi para pemilih. Komisi pemilihan negara bagian juga menyapa para pemilih agar warga memberikan suara mereka ("get out and vote"), bahkan upaya dari pintu ke pintu dan memberi tumpangan kepada warga yang memerlukan tumpangan pada hari pemilihan. Warga Ohio yang sedang berada di luar negara bagian pun ada yang terbang kembali sebelum pemilu untuk memastikan bahwa suara mereka terdengar.

Selain Ohio, sejumlah 'swing state' lainnya adalah Florida, Pennsylvania, Michigan, dan North Carolina.

Sementara itu, dari New York Times didapatkan informasi mengenai perkiraan pemilihan di Florida, yaitu 49,1 persen untuk Donald Trump dan 47,7 persen untuk Hillary Clinton. Lalu, negara bagian Pennsylvania (48,7 persen dan 47,7 persen), Michigan (47,8 persen dan 47 persen), dan North Carolina (50,5 persen dan 46,7 persen). Kali ini, 'swing state' berayun ke kubu Donald Trump.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya