Liputan6.com, San Diego - Plasma darah dari kaum muda ternyata bisa menyegarkan tikus-tikus tua, memperbaiki memori, kognisi, dan kegiatan fisik. Cara ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penyembuhan pada manusia, demikian menurut Sakura Minami dari perusahaan Alkahest.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa menjahitkan tikus muda dengan tikus tua memiliki dampak yang menarik. Ternyata, berbagi sistem aliran darah baik bagi tikus yang lebih tua, tapi buruk bagi tikus yang lebih muda.
Advertisement
Baca Juga
Hewan yang lebih muda mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan otak, sementara otak tikus yang lebih tua malah terlihat menjadi lebih muda. Menurut Minami, "Kami melihat dampak peremajaan."
Dikutip dari New Scientist pada Rabu (16/11/2016), kunci penyegaran ini sepertinya pada plasma darah, yaitu bagian cair dalam darah.
Beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa penyuntikan plasma dari tikus lebih muda kepada tikus lebih tua membantu meremajakan otak dan organ-organ lain, termasuk hati, jantung, dan otot.
Apakah plasma darah dari manusia muda memberikan manfaat manusia? Untuk mencari jawabnya, Minami dan rekan-rekannya mengambil contoh darah dari kaum muda berusia 18 tahun dan menyuntikannya kepada tikus-tikus berusia 12 bulan -- umur yang setara dengan usia 50 pada manusia.
Pada usia 12 bulan tikus-tikus mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan. Mereka bergerak lebih lambat dan kurang baik dalam melakukan uji ingatan.
Tikus-tikus itu diberi dua suntikan plasma darah manusia setiap minggu. Setelah minggu ke 3, mereka disertakan dalam serangkaian ujian. Tikus yang mendapat suntikan berunjuk kerja lebih baik dibandingkan dengan tikus muda berusia 3 bulan maupun tikus tua yang tidak mendapatkan suntikan.
Neuron-neuron Baru
Tim itu menemukan bahwa plasma darah manusia memang memiliki daya untuk peremajaan. Tikus-tikus yang mendapatkan suntikan berlarian di ruang terbuka seperti layaknya tikus-tikus muda.
Ingatan mereka diduga mengalami peningkatan dan lebih baik dalam mengingat jalan mereka di jalur lika-liku dibandingkan dengan tikus yang tidak mendapat penanganan.
Kata Minami sewaktu melakukan paparan dalam pertemuan Society for Neuroscience di San Diego pada Senin lalu, "Plasma darah manusia muda meningkatkan kognisi. Ingatan mereka tertolong."
Victoria Bolotina dari Boston University di Massachussets, "Hal itu kira-kira seperti yang kami harapkan. Pasti ada sesuatu dalam darah orang muda yang penting dalam menjaga kemudaan mereka (tikus-tikus)."
Tim itu kemudian memeriksa otak tikus-tikus yang mendapat penanganan dan yang tidak. Mereka mencari petunjuk hadirnya neuron-neuron baru di bagian hippocampus dalam otak. Proses demikian dikenal dengan neurogenesis dan dipandang penting bagi ingatan serta pembelajaran.
Benarlah, tikus-tikus yang mendapat suntikan sepertinya telah menciptakan lebih banyak sel-sel baru dalam otak mereka. Minami menjelaskan, "Perawatan dengan plasma darah orang muda dapat meningkatkan neurogenesis."
Minami mengatakan telah mencirikan beberapa faktor dalam darah muda yang mungkin berperan dalam manfaat-manfaat itu, tapi ia masih belum mau mengungkapkannya.
Beberapa faktor tersebut diduga menembus ke dalam otak, sedangkan sebagian lainnya melakukannya dari luar otak, di bagian lain dalam tubuh.
Ia berharap agar suatu hari nanti ia bisa menerapkan temuan-temuan itu menjadi perawatan anti penuaan pada manusia sehingga bisa membantu orang yang mulai mengalami dampak penuaan otak.
"Ada bukti-bukti secara anekdot (guyonan) bahwa orang mengalami sejumlah manfaat setelah menerima transfusi darah," kata dia.
Perusahaan Alkahest tempatnya bekerja sudah memulai percobaan penggunaan darah manusia muda pada orang-orang dengan penyakit Alzheimer’s.