Pernyataan Perdana Gedung Putih Terkait Pemukiman Yahudi

Israel diperingatkan Gedung Putih langkah tersebut tak membawa manfaat bagi perdamaian di Timur Tengah.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Feb 2017, 12:20 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2017, 12:20 WIB
Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer
Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer (Associated Press)

Liputan6.com, Washington, DC - Untuk pertama kalinya, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan terkait dengan kebijakan pemukiman Israel. Menurut pemerintahan Donald Trump, baik pembangunan pemukiman baru mau pun perluasan pemukiman "tidak bermanfaat" dalam usaha mencapai perdamaian di Timur Tengah.

Meski demikian AS menekankan, bahwa pernyataan itu tidak mencerminkan posisi resmi mereka terhadap aktivitas pemukiman.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer menyebutkan, AS tidak percaya bahwa pemukiman merupakan penghalang bagi terwujudnya perdamaian. Namun pembangunan atau perluasan pemukiman yang ada di luar perbatasan Israel tidak akan membantu mencapai tujuan itu (damai).

"Keinginan AS bagi perdamaian antara Israel dan Palestina tetap tidak berubah selama 50 tahun," ungkap Spicer seperti dikutip dari The Washington Post, Jumat, (3/2/2017).

Asal-usul pernyataan Spicer ini dipicu pemberitaan Jerusalem Post. Media Israel itu memuat laporan yang mengutip pernyataan seorang pejabat senior pemerintahan Trump, bahwa AS mendesak Netanyahu untuk menghentikan pembangunan pemukiman karena dapat menganggu rencana negosiasi damai dua negara.

Dinilai tidak ingin menyinggung Israel, maka Spicer buka suara.

Sementara itu, kebijakan komprehensif resmi AS di Timur Tengah kabarnya masih dikembangkan oleh pemerintahan Trump. Setidaknya, AS dinilai masih menunggu kunjungan PM Netanyahu ke Gedung Putih pada 15 Februari mendatang.

Publikasi pernyataan Spicer ini datang beberapa jam setelah Trump bertemu dengan Raja Abdullah dari Yordania, sebuah negara yang berbatasan dengan Israel dan dibebani gelombang pengungsi Suriah.

Selama ini Yordania khawatir atas pertimbangan Trump untuk memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Langkah tersebut dapat memicu ketegangan di kalangan rakyat Yordania, yang lebih dari separuhnya berasal dari Palestina.

Pengumuman "hati-hati" Gedung Putih ini menandai perbedaan dengan pernyataan sejumlah pejabat Trump yang mengatakan, orang nomor satu di AS itu mendukung pemukiman.

Namun jauh-jauh hari, Trump telah menegaskan ia akan mendukung kuat Israel dibanding era Barack Obama yang dinilainya terlalu lemah. Boleh jadi ini tercermin dari langkahnya untuk menjadikan PM Benjamin Netanyahu sebagai pemimpun dunia pertama yang diteleponnya setelah menghuni Gedung Putih.

Sejauh ini, Trump telah dikelilingi oleh setidaknya tiga "orang Israel." Mereka adalah menantu kesayangannya, Jared Kushner yang menduduki posisi sebagai penasihat senior, David Friedman yang ditunjuk Trump sebagai Dubes AS untuk Israel, dan kepala perundingan internasional AS, Jason D. Greenblatt.

Dalam sebuah kesempatan, Trump sempat mengatakan, jika menantunya Kushner--yang sama sekali tidak memiliki latar belakang kebijakan luar negeri--tidak bisa membawa perdamaian ke Timur Tengah maka tidak ada seorang pun yang bisa melakukannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya