Presiden Duterte Enggan Tunjuk Dubes Filipina untuk AS

Sudah beberapa bulan terakhir, posisi Dubes Filipina untuk AS kosong. Presiden Duterte punya alasan tersendiri soal ini.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Feb 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2017, 18:00 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (Associated Press)

Liputan6.com, Manila - Pos duta besar Filipina untuk Amerika Serikat (AS) masih akan kosong untuk batas waktu yang tidak ditentukan. Alasannya, Presiden Rodrigo Duterte belum memiliki keinginan untuk mengirimkan diplomat senior demi mengisi posisi tersebut.

"Sampai saat ini kita tidak memiliki duta besar di AS. Saya tidak merasa ingin mengirimkan seorang pun," kata Duterte dalam pidatonya di kampung halamannya di Davao City seperti dikutip dari Rt.com, Minggu, (5/2/2017).

Orang nomor satu di Filipina itu tidak memberikan penjelasan lebih lanjut di balik keputusannya. Kurang lebih tujuh bulan sudah, Filipina tidak memiliki dubes di pos diplomatiknya di Washington.

Selama ini, operasional Kedubes Filipina berada di bawah kendali wakil dubes.

Presiden Duterte dikabarkan pernah menunjuk sejumlah orang untuk menduduki posisi tersebut. Namun seluruh kandidat menolak dengan berbagai alasan.

Sebut saja, Duterte sempat memilih Kepala Petugas Protokoler, Marciano Paynor. Yang bersangkutan menolak dengan alasan terlalu sibuk dengan persiapan forum ASEAN.

Pada Desember 2016, Duterte kembali menunjuk seorang kolumnis di The Star, Jose Manuel "Babe" Romualdez untuk menjabat sebagai dubes Filipina untuk AS. Romualdez awalnya menerima "pinangan" Duterte, namun belakangan ia berubah pikiran.

"Saya mencintai negara saya, namun saya harus menjaga kesehatan saya," kata Romualdez.

Mantan Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario mengomentari hal ini. Menurutnya, keengganan Duterte untuk mengirimkan utusan ke AS dapat dianggap sebagai sebuah "pesan yang mengganggu".

"Saya meyakini, ini persoalan yang harus segera ditinjau kembali," kata Rosario.

Hubungan antara Filipina dan AS pada era Barack Obama diwarnai ketegangan, terutama pada saat Duterte mengambil alih kekuasaan dari pendahulunya, Beniqno Aquino III. Pemicunya adalah kritik keras Washington terhadap perang brutal melawan narkoba yang dilancarkan pemerintahan Duterte.

Duterte, bahkan sempat melontarkan kata-kata kasar kepada Obama dan mengancam akan mengakhiri hubungan bilateral Filipina-AS. Di lain sisi, ia memuji China dan mengindikasikan untuk merapat ke negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu.

Dapat dikatakan, Duterte merupakan salah satu dari banyak pihak yang menyambut baik kemenangan Donald Trump di mana ia percaya mantan taipan properti itu akan membawa hubungan kedua negara menuju arah yang lebih baik.

Pada akhir Januari lalu, Duterte menuding AS membangun gudang senjata permanen di negaranya. Ia memperingatkan Trump bahwa langkah tersebut akan membahayakan perjanjian keamanan awal mereka.

Awal pekan ini, Duterte menyatakan dukungannya terjadi kebijakan anti-imigrasi Trump yang menyulut emosi nyaris di seluruh dunia. Filipina memang tidak terdampak dengan isu tersebut.

Duterte juga menegaskan ia tidak akan membantu imigran ilegal Filipina jika mereka tertangkap di AS.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya