Liputan6.com, Jakarta - Orang mengenal istilah 'mati ketawa' untuk hal-hal lucu yang bikin kita terpingkal-pingkal. Tentu saja analogi itu ironis, sebab tertawa adalah indikasi keriangan atau kebahagiaan.
Namun nyatanya, manusia bisa saja mati sungguhan gara-gara tertawa. Meski peluangnya langka, kematian bisa terjadi ketika trauma otak menginduksi tawa patologis atau saat tertawa memicu hilangnya kesadaran atau sinkop (syncope).
Baca Juga
Sinkop alias pingsan adalah kehilangan kesadaran yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang singkat.
Advertisement
Sinkop yang dipicu tertawa (laughter-induced syncope) adalah terminologi medis. Kondisi itu juga dikenal sebagai 'Seinfeld syncope' setelah salah satu kasus yang dilaporkan terjadi ketika seorang pasien malang meninggal saat menonton episode kocak acara televisi populer Seinfeld.
Seperti dikutip dari The Vintage News, sepanjang sejarah, sejumlah orang diduga kuat meninggal dunia akibat tertawa, dari masa lalu maupun era modern.
Kasus mula-mula diduga terjadi pada abad ke-5 Sebelum Masehi. Seorang pelukis Yunani bernama Zeuxis diduga tewas gara-gara hasil lukisannya yang menggambarkan Dewi Aphrodite sebagai wanita tua.
Orang-orang kala itu menganggap kematiannya sebagai hukuman para dewa.
Tak sampai di situ, cendekiawan terkemuka Yunani Kuno juga konon meninggal gara-gara tertawa.
Chrysippus adalah seorang filsuf Stoic dengan minat khusus dalam logika dan etika.
Ia mengepalai sebuah institut filsafat Stoic dan terkenal karena produktivitasnya dalam membuat tulisan. Lebih dari 700 karya dihasilkan Chrysippus.
Sumber sejarah tentang kematian Chrysippus ditemukan di antara tulisan-tulisan Diogenes Laertius, seorang penulis biografi para filsuf Yunani.
Menurut Laertius, Chrysippus meninggal dunia pada usia 73 tahun selama Olympiad ke-143, yang berlangsung 208-204 SM
Kala itu ia dilaporkan melihat keledai memakan buah aranya dan berteriak, "Sekarang beri keledai ini minuman anggur murni untuk membasuh buah ara."
Setelahnya, Chrysippus mulai tertawa terbahak-bahak. Ia tak berhenti terhelak selama beberapa menit.
Tak lama kemudian, tubuh sang filsuf mulai gemetar tak terkendali, dan busa mulai keluar dari mulutnya.
Aparat saat itu mengklaim, korban tewas akibat tertawa kebablasan dan orang saat itu memercayainya.
Meski demikian, Diogenes Laertius berpikir sebaliknya. Dalam tulisannya soal kematian Chrysippus, ia menyebut sang filsuf mungkin tewas akibat minum terlalu banyak anggur yang tak dicampur dengan air selama pesta olimpiade.
Ia menduga, kematian Chrysippus akibat keracunan alkohol akut. Bukan gara-gara tertawa.