Badai Debu Landa Beijing, Warga Diimbau Tetap di Rumah

Badan lingkungan Beijing mengatakan kualitas udara di sana mencapai PM2.5 akibat badai debu yang melanda.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Mei 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2017, 17:00 WIB
Ilustrasi polusi udara
Mungkin sebagian warga sepakat bila kualitas udara Ibukota sudah tercemar. Bahkan beberapa orang harus bertarung dengan polusi udara dengan menggunakan masker kemana-mana.

Liputan6.com, Beijing - Badai debu melanda utara China termasuk ibu kota Beijing. Ini membuat negara itu kembali dalam krisis kualitas udara.

Menurut pembacaan kualitas udara oleh pihak berwenang, jumlah polusinya melonjak jauh di atas batas aman yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Warga pun diimbau untuk menghindari aktivitas di luar ruangan. Anak-anak dan orang lanjut usia juga disarankan untuk berada dalam rumah selama kondisi itu.

Menurut BBC yang dikutip Kamis (4/5/2017), badai debu itu bertiup dari Mongolia dan Kawasan Otonomi Mongolia Dalam China.

Badan lingkungan Beijing mengatakan, pada pukul 11.00 waktu setempat, kualitas udara di sana mencapai PM2.5. Itu artinya, polusi dalam bentuk partikel-partikel kecil mencapai 500 mikrogram per meter kubik.

Menurut WHO, tingkat aman polusi udara maksimum 25 mikrogram per meter kubik.

Pihak berwenang mengatakan, Beijing akan dilanda badai debu hingga Kamis malam waktu setempat. Jarak pandang akan berkurang sepanjang hari.

Media pemerintah mengutip pejabat kota mengatakan, badai debu mulai bergerak menuju Beijing pada Rabu, 3 Mei sore. Debu lalu menyelimuti kota tersebut dalam semalam.

Kadar debu yang dibawa badai memiliki tingkat yang bervariasi. Cakupannya berada di wilayah utara China  -- membentang dari Provinsi Xinjiang sampai Heilongjiang bagian timur. Mongolia menjadi wilayah yang paling buruk.

China mengalami polusi udara yang sangat intens dalam beberapa tahun terakhir, terutama di musim dingin. Itu karena banyak kota di utara masih mengandalkan pembakaran batubara untuk pemanasan. Badai debu semakin mempengaruhi Negeri Tirai Bambu karena kota-kotanya berkembang mendekati wilayah padang pasir terdekat, yang akan berdampak karena perubahan iklim.

Pihak berwenang juga telah berusaha menghentikan polusi udara di China dengan menanam lebih banyak pohon, selain tindakan lain untuk mengurangi polusi seperti mereformasi industri batu bara dan menutup pabrik.

Beijing mengeluarkan peringatan merah pertamanya, tingkat tertinggi dalam peringatan polusi udara, pada 2015. Sejak itu, kondisi udara di sana sempat ditetapkan beberapa kali mencapai level itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya