Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar China untuk Republik Indonesia Xie Feng mengakhiri masa jabatannya sebagai pemimpin korps diplomatik negaranya di Tanah Air.Â
Acara perpisahan digelar pada Selasa 6 Juni 2017, tepat 1.100 hari setelah ia ditunjuk sebagai Dubes China di Indonesia.Â
Advertisement
"1.100 hari yang lalu, saya ditunjuk menjadi Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Republik Indonesia. Pada hari ini, tiga tahun yang lalu, saya menyerahkan salinan surat kepercayaan kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia," ujar Dubes Xie Feng di Grand Ballroom Hotel Shangri-La Jakarta.
"Dan hari ini, saya akan menjadi tuan rumah resepsi terakhir dalam kapasitas saya sebagai Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia," tambahnya.
Pada kesempatan tersebut sang diplomat mengaku 1.100 hari yang telah ia lewati terasa padat dan melelahkan. Namun hal tersebut malah memberi tantangan tersendiri dan pada akhirnya memperoleh hasil yang memuaskan.
"Dalam tiga tahun terakhir ini, saya telah mencari pengetahuan dan wawasan dari Anda semua karena keterbatasan pemahaman saya terhadap Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir ini, saya telah mengabdikan semua semangat saya untuk mendorong persahabatan dan kerjasama antara kedua negara," ucap Xie Feng.
Baca Juga
Ungkapan rasa bahagia juga dituturkan oleh Xie Feng terkait hubungan baik Presiden China Xi Jinping dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Hubungan kedua negara, tambah Dubes, telah tercatat dalam sejarah, di mana kedua negara menyinergikan inisiatif 'Jalur Sutra Maritim Abad ke-21' dan strategi 'Poros Maritim Dunia' serta memperluas dan memperdalam kerjasama pragmatis di berbagai bidang. Salah satunya, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang telah disepakati oleh kedua negara.
Selama masa tugasnya Xie Feng mengaku telah mengunjungi beberapa tempat wisata di Indonesia dan mendapatkan pengalaman yang mengesankan.
"Mulai dari surga wisata di pulau dewata Bali hingga kota Serambi Mekah di Aceh. Hingga kota Semarang dan Cirebon yang dulunya beberapa kali dikunjungi oleh Laksamana Cheng Ho," kata dia.
"Saya menyaksikan matahari terbit yang menakjubkan di Candi Borobudur, terpaku kagum di depan Gunung Bromo, menikmati ketenangan Danau Toba dan menatap langit biru di Bunaken," tambahnya
Tiongkok Ikut Andil dalam Kelahiran RIÂ
Hubungan negara kita dan Tiongkok sudah berlangsung lama. Bahkan sebelum Nusantara menyandang nama Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengatakan, hubungan dua negara bisa dilacak hingga zaman pra-Majapahit.
Kala itu, dia mengatakan, utusan Tiongkok yang beragama Islam menemui Raden Wijaya, pendiri Majapahit, menawarkan bantuan untuk mengusir pihak lawan.
Kemenangan Raden Wijaya menjadi cikal bakal berdirinya Majapahit. "Lalu ada Gajah Mada yang mengucapkan Sumpah Palapa guna menyatukan kekuatan bangsa menjadi satu kesatuan yang utuh," kata dia.
Sumpah Palapa kemudian menjadi inspirasi kebangsaan Indonesia dalam Sumpah Pemuda 1928.
"Tidak ada proklamasi tanpa Sumpah Pemuda, tidak ada Sumpah Pemuda tanpa Sumpah Palapa, tidak ada Sumpah Palapa tanpa Gajah Mada, tidak ada Gajah Mada atau Majapahit tanpa China," ujar Said.