PM Lebanon Tinggalkan Arab Saudi dan Bertolak ke Prancis

Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri meninggalkan Arab Saudi dan berangkat menuju Prancis di tengah pengunduran dirinya yang penuh teka-teki.

oleh Citra Dewi diperbarui 18 Nov 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2017, 11:00 WIB
Mengklaim Dijadikan Sasaran Pembunuhan, PM Lebanon Mundur
Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri dalam sebuah foto tahun 2006. Ia mundur jadi PM di sela-sela kunjungannya ke Arab Saudi (ANWAR AMRO / AFP)

Liputan6.com, Riyadh - Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri telah meninggalkan Arab Saudi dan berangkat menuju Prancis. Hal tersebut dilaporkan saluran televisi yang dimiliki oleh keluarganya.

"Hariri meninggalkan Bandara Riyadh menggunakan jet pribadinya bersama dengan istrinya, dan terbang menuju Bandara Le Bourget (di dekat Paris)," demikian laporan dari Future TV.

Hariri diperkirakan akan bertemu Macron dan mengunjungi sejumlah ibu kota negara Arab lainnya sebelum kembali ke Beirut, ibu kota Lebanon.

Pada Rabu, 15 November 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa ia telah mengundang Hariri dan keluarganya ke Paris. Hal itu dilakukan setelah ia berbicara dengan Putera Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, melalui telepon.

Dikutip dari BBC, Sabtu (18/11/2017), Macron kemudian dipaksa untuk mengklarifikasi bahwa ia tidak menawarkan pengasingan politik untuk Hariri. Banyak pihak menduga bahwa Presiden Prancis itu hanya menjamu Hariri selama beberapa hari.

Prancis, negara yang pernah menguasai Lebanon, mencoba memediasi krisis Lebanon dengan Saudi.

Kepergian Hariri ke Prancis menandai sebuah babak baru dalam krisis politik yang tengah terjadi di Lebanon.

Sebelumnya, sejumlah pejabat Lebanon mengatakan bahwa Hariri telah disandera di Arab Saudi -- yang kemudian disangkal oleh Riyadh. Saudi juga menyangkal bahwa pihaknya telah memaksa Hariri mengundurkan diri dalam upaya mengekang pengaruh saingan regionalnya, Iran dan Hizbullah.

Hariri punya hubungan dekat dengan Arab Saudi. Ia memegang dua kewarganegaraan, yakni Lebanon dan Arab Saudi, memiliki properti di Saudi, dan Riyadh merupakan pendukung kunci partai politiknya, Future Movement.

 

Arab Saudi Panggil Dubesnya di Jerman

Secara mengejutkan, Hariri mengumumkan pengunduran dirinya sebagai PM Lebanon pada 4 November 2017 saat melakukan kunjungan resmi ke Riyadh. Namun, langkahnya tersebut tak diterima oleh pemerintah Lebanon.

Melalui pernyataan tersebut, Hariri menuding Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon telah menabur perselisihan di negara-negara Arab dan ia takut dirinya menjadi korban pembunuhan.

Pemimpin Hizbullah dan salah satu tokoh paling menonjol di Lebanon, Hassan Nasrallah, menyebutkan bahwa Hariri mengundurkan diri karena telah dipaksa pihak Saudi. Ia mengatakan bahwa Arab Saudi berusaha menyingkirkan Hariri sebagai perdana menteri dan memaksakan kepemimpinan baru dalam gerakan politiknya.

Namun, Hariri menyangkal klaim yang menyebut bahwa dirinya disandera oleh Saudi. "Itu semua bohong," tulis dia dalam Twitter.

Di tengah pengunduran diri Hariri yang penuh dengan teka-teki itu, Arab Saudi memanggil wakilnya di Berlin. Hal itu dilakukan menyusul komentar Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, yang menyebut bahwa keberadaan Hariri di Saudi bertentangan dengan keinginannya.

"Arab Saudi memutuskan untuk memanggil duta besarnya untuk Jerman, untuk konsultasi dan akan memberi Duta Besar Jerman untuk Saudi sebuah surat yang memprotes pernyataan yang disayangkan dan tak bisa dibenarkan," demikian pernyataan yang dilaporkan oleh kantor berita Saudi, SPA.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya