Liputan6.com, Ankara - Turki yang merupakan salah satu anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan segera melakukan finalisasi pembelian sistem rudal pertahanan udara dari Rusia dalam beberapa pekan mendatang. Informasi itu diungkap oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin, 11 Desember 2017.
Negosiasi pembelian S-400 surface-to-air missile systems dengan Rusia telah dilakukan Turki selama lebih dari satu tahun terakhir. Dan usai kesepakatan, sistem tersebut rencananya akan diaplikasikan di Turki pada 2019 mendatang.
Akan tetapi, relasi jual-beli itu sarat akan kontroversi.
Advertisement
Karena, jika finalisasi pembelian itu terjadi, Turki justru akan melakukan transaksi yang mungkin menghina NATO, mengingat Rusia merupakan "musuh bebuyutan" organisasi pertahanan tersebut. Demikian seperti dilansir NBC News, Selasa (12/12/2017).
Baca Juga
Kendati demikian, dalam sebuah pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Erdogan menegaskan bahwa transaksi pembelian itu akan segera dikukuhkan pada waktu mendatang.
"Pejabat kami (Turki) akan segera melakukan finalisasi sistem pertahanan udara S-400 dalam beberapa pekan mendatang," kata Erdogan saat konferensi pers bersama dengan Putin pada Senin kemarin.
Presiden Erdogan dan Presiden Putin bertatap muka di Ankara, dalam sebuah pertemuan bilateral ke-8 yang dilakukan sepanjang tahun 2017 ini.
Saat konferensi itu, Erdogan juga mengatakan bahwa Putin adalah salah satu 'teman terbaiknya'.
Hubungan Ankara - Moskow sepanjang tahun ini dinilai cukup dekat, kendati sempat merenggang pada 2015. Relasi itu merenggang karena dipicu oleh penembakan pesawat Rusia oleh Turki dalam konflik bersenjata di Suriah.
Rusia dan Turki Menolak Klaim AS atas Yerusalem
Dalam tatap mukanya dengan Putin, Presiden Erdogan menyatakan bahwa Turki dan Rusia memiliki kesamaan pandangan soal isu Yerusalem.Â
Keduanya menilai bahwa kebijakan Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan merusak stabilitas di kawasan dan mengancam proses perdamaian Palestina - Israel.
Rusia dan Turki adalah dua dari banyak negara yang mengecam keputusan Trump. Di tengah memanasnya situasi yang dipicu pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menggelar pertemuan luar biasa pada 13 Desember untuk membahas lebih lanjut perihal tersebut.
Advertisement