Ambil Alih Wilayah, Irak Umumkan Perang Lawan ISIS Berakhir

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan perang melawan ISIS telah berakhir pada 9 Desember 2017.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Des 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 09 Des 2017, 20:24 WIB
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi saat mengumumkan berakhirnya perang melawan ISIS di perbatasan Irak-Suriah. (AFP)

Liputan6.com, Baghdad - Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan berakhirnya perang melawan ISIS pada 9 Desember 2017. Pernyataan itu dikeluarkan setelah tentara Irak menguasai wilayah yang berbatasan dengan Suriah.

"Pasukan kita berhasil mangambil alih secara penuh perbatasan Irak-Suriah, dan oleh karena itu, saya mengumumkan berakhirnya perang melawan ISIS," kata Abadi dalam sebuah konferensi di Baghdad, seperti dilaporkan AFP, Sabtu (9/12/2017).

"Musuh ingin membunuh bangsa kita, tapi kita telah menang melalui persatuan dan tekad kuat. Kita menang dalam waktu singkat," imbuhnya.

Pernyataan tersebut muncul dua minggu setelah pasukan Irak meluncurkan operasi untuk membersihkan Kegubernuran Al Anbar, Saladin dan Niniwe di perbatasan Suriah dari ISIS.

ISIS menggempur Irak pada tahun 2014, merebut Mosul, kota kedua terbesar di negara itu, dan menjadikannya markas besar ISIS.

Hal tersebutlah yang mendorong pasukan negara tersebut -- didukung oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat -- untuk memulai sebuah operasi pembebasan wilayah setahun kemudian. Mereka berupaya merebut kota dari cengkeraman para jihadis.

Pada musim panas 2017, pasukan Irak kembali menguasai Mosul. Sementara pada bulan November, di kota Rawa, kubu ISIS sukses dibekukan di negara tersebut.

"Saya mengumumkan kabar baik tersebut: pembebasan oleh pasukan Irak di seluruh wilayah perbatasan Irak-Suriah," ucap Abadi.

Suriah Klaim Rebut Kota Besar Terakhir yang Dikuasai ISIS

Pada awal November 2017, Tentara Suriah dan sekutunya mengklaim berhasil merebut Albu Kamal, kota besar terakhir yang dikuasai ISIS.

Dilansir Sky News, komandan pihak aliansi pro-Assad mengonfirmasi kabar tersebut. Dia mengatakan, "Albu Kamal sebagai benteng terakhir ISIS kini telah bebas."

Albu Kamal merupakan kota terakhir di Suriah yang dikuasai ISIS. Menurut surat kabar SANA, penaklukan terjadi setelah tentara Suriah dan sekutunya bertemu milisi Hizbullah Lebanon di perbatasan Irak.

PBB memperkirakan, sebanyak 120 ribu orang telah mengungsi dari Albu Kamal sebelum ISIS berhasil diusir. Perebutan kota dilakukan sepanjang Rabu kemarin.

Sebelumnya, pada Oktober 2017, ISIS telah berhasil dikeluarkan dari Raqqa, kawasan yang mereka klaim sebagai ibu kota kekhalifahan.

Perebutan satu demi satu sejumlah kota yang dikuasai ISIS dinilai menunjukkan kemunduran besar kelompok teroris itu. ISIS terus kehilangan kekuasaan di Suriah, meskipun mereka masih menunjukkan tanda-tanda keberadaannya di Libya.

Beberapa hari lalu, media pemerintah Suriah mengklaim, angkatan bersenjata negaranya telah berhasil merebut Kota Deir ez-Zor.

"Kota itu telah dibebaskan secara penuh dari terorisme," kata laporan televisi pemerintah Suriah, seperti dikutip dari BBC.

Laporan lain menyebut, tentara Suriah dan sekutunya telah berhasil memberangus basis pertahanan terakhir ISIS di Deir ez-Zor.

Sementara itu, beberapa waktu sebelumnya, kelompok aktivisme untuk Suriah asal Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, telah menguasai kota tersebut usai pertempuran yang berlangsung selama sepekan terakhir.

Firma itu juga mengatakan, akibat pertempuran itu, sekitar 350.000 warga sipil telah meninggalkan kota tersebut dengan meninggalkan rumah mereka.

Deir ez-Zor berlokasi di sepanjang Sungai Eufrat, berjarak cukup dekat dengan Raqqa, dan tak begitu jauh dari perbatasan Irak.

ISIS menguasai Deir ez-Zor sejak 2014 dan menganggap kota tersebut memiliki nilai strategis bagi mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya