Jerman Fasilitasi Pemulangan 10 Ribu Warga Irak yang Ditolak Suakanya

Menteri Pembangunan Jerman, Gerd Müller bekerjasama dengan Irak untuk memulangkan mereka yang suakanya ditolak.

diperbarui 24 Apr 2018, 21:45 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2018, 21:45 WIB
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)
Ilustrasi Jerman. (AFP PHOTO)

Berlin - Pemerintah Jerman akan memberikan bantuan untuk merepatriasi warga Irak -- yang permohonan suakanya ditolak -- untuk kembali ke negaranya. Hal itu dilakukan setelah terjadi kesepakatan antar dua negara.

Kerja sama itu disampaikan oleh Menteri Pembangunan Jerman, Gerd Müller, pada Minggu 22 April 2018.

"Tujuannya adalah untuk membantu 10.000 orang Irak yang kembali dari Jerman agar mereka bisa membangun kembali kehidupan mereka dan memulai hal baru", kata Müller setelah rapat dengan pejabat Irak di Baghdad.

Müller mengatakan orang-orang Irak tersebut harus memiliki kesempatan untuk kembali ke tanah air mereka berdasar kemauan sendiri dan tidak dianggap sebagai "pecundang". Ia menambahkan, Jerman dan Irak akan bekerja sama menciptakan lapangan pekerjaan dan pendidikan.

Dalam kunjungannya Müller meresmikan pembukaan pusat konsultasi untuk pengungsi yang kembali dari Jerman di kota Irbil, di utara Irak. Pusat konsultasi serupa direncanakan akan dibangun di Baghdad.

Donor yang Besar

Sebelum terbang ke Irak pada Sabtu 21 April, Müller menekankan pentingnya membangun kembali infrastruktur di negara ini, terutama sekolah dan fasilitas pendidikan, "supaya terorisme tidak lagi bisa menginjakkan kakinya."

Kementerian Pembangunan Jerman mengatakan 12.000 dari 240.000 orang Irak yang sekarang tinggal di Jerman adalah pencari suaka yang permohonan suakanya telah ditolak. Kementerian juga menyatakan Jerman adalah pemberi bantuan terbesar kedua untuk Irak dengan bantuan finansial sekitar 1,3 miliar euro (sekitar 20 triliun rupiah) sejak 2014. Selain itu, Jerman juga menyediakan bantuan militer dalam bentuk peralatan dan pelatihan untuk pasukan keamanan Irak dan sekutu mereka.

Proses Pembangunan yang Lambat

Irak mulai fokus pada rekonstruksi area yang hancur lebur karena perang bertahun-tahun setelah Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan akhir tahun lalu bahwa kelompok ekstrimis ISIS berhasil dikalahkan.

Namun, situasi keamanan di negara ini masih rapuh karena risiko tinggi serangan teroris di seluruh negeri. Serangan bom bunuh diri pada 15 Januari di Baghdad, yang diklaim oleh ISIS, menewaskan hampir 40 orang. ISIS diperkirakan akan melakukan tindakan terorisme lagi meskipun sudah kehilangan wilayah yang dulu mereka kuasai.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya