Liputan6.com, Ayutthaya - Pelarian buron kasus teroris, Riduan Isamuddin alias Hambali berakhir di Ayutthaya, sekitar 75 kilometer dari Bangkok, Thailand. Penangkapan tersebut diungkapkan PM kala itu, Thaksin Shinawatra.
"Kami menerima informasi dari warga lokal bahwa ada sosok aneh yang tinggal di sekitar permukiman. Jadi, (aparat) kami melakukan pengecekan latar belakang serta paspor dan menyadari bahwa mereka adalah orang-orang yang dicari," kata Thaksin kepada seorang wartawan Thailand di Sri Lanka seperti dikutip dari CNN.
Advertisement
Baca Juga
Penggerebekan terhadap Hambali dilakukan pasukan CIA dan Kepolisian Thailand pada 11 Agustus 2003. Sebanyak 22 pasukan berpakaian preman mendobrak sebuah apartemen di Ayutthaya, menahan Hambali dan istrinya. Saat ditangkap, Hambali tak memakai jubah.
Hambali kala itu mengenakan jeans, kaos, topi baseball, dan kacamata. Wajahnya dalam kondisi klimis, tanpa janggut. Dan, ada yang berubah dari penampakan pria 37 tahun itu. Ia diduga menjalani operasi plastik.
Polisi menemukan bahan peledak dan bom di kediaman Hambali. Para penyelidik mengatakan, ia diduga merencanakan aksi teroris sejumlah hotel di Thailand dan sidang Asia Pacific Economic Cooperation summit (APEC) di Bangkok tahun 2003.
Ketika masuk ke Thailand dia menggunakan paspor palsu Spanyol sementara istrinya, Noralwizah Lee Abdullah menggunakan paspor Malaysia.
Setelah ditangkap, Hambali sempat ditahan di Yordania. Pada 6 September 2006, Presiden Amerika Serikat saat itu, George Bush mengkonfirmasi bahwa Hambali dalam penanganan CIA dan dikirim ke Teluk Guantanamo, Kuba.
George Bush bahkan menyebut Hambali sebagai 'satu dari tokoh teroris paling berbahaya di dunia'.
Bush mengatakan, penangkapannya adalah kemenangan besar dalam perang melawan terorisme. "Dia bukan lagi masalah bagi kita yang mencintai kebebasan," kata Bush di Miramar Marine Corps Air Station di California.
Sedangkan mantan Perdana Menteri Australia John Howard menyebut, penangkapannya adalah 'terobosan besar'. "Pria ini adalah tangkapan sangat besar," kata Howard.
Hambali memang 'big fish'. Ia diyakini memiliki informasi berharga yang bisa membongkar jaringan teror, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara dan lebih dari itu.
Aksi Hambali mungkin terhenti dibalik kungkungan Guantanamo, namun rencana teror dilanjutkan oleh anak didiknya.
"Karier yang luar biasa, dari anak desa biasa jadi seorang tokoh teroris kelas dunia," kata seorang anggota senior Kepolisian Malaysia yang ikut serta dalam perburuan Hambali. "Hambali 'berhasil' menempatkan Asia Tenggara dalam peta terorisme dunia," tambahnya.
Hambali adalah kepala operasi kelompok teror Jemaah Islamiyah (JI) dan otak yang dicurigai di balik serentetan pemboman di Asia Tenggara dan di tempat lain, di antaranya Bom Bali pada Oktober 2002.
Pria asal Indonesia itu dicari oleh setidaknya setengah lusin negara dan dikaitkan dengan serangan 11 September di Amerika, pemboman USS Cole di Yaman pada Oktober 2000, dan teror di Hotel Marriott.
Sebagai kepala operasi JI, Hambali adalah penghubung dengan Al Qaeda dan satu-satunya non-Arab yang duduk di dewan pimpinan Al Qaeda.
Oleh badan intelijen Amerika Serikat (CIA), Hambali disebut-sebut sebagai 'Osama Bin Laden' Asia Tenggara.
Asal Usul Hambali
Terlahir sebagai Encep Nurjaman di Desa Sukamanah, Cianjur, Jawa Barat pada 4 April 1966, Riduan Isamuddin alias Hambali diyakini sebagai pimpinan organisasi bayangan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) Asia Tenggara.
Hambali kecil lahir dalam sebuah keluarga besar yang sederhana. Pada masa represi kekuasaan Presiden Soeharto pada dekade 1970-an dan 1980-an, Hambali lari ke Malaysia pada tahun 1985, dalam usia 19 tahun. Dia lari bersama tokoh-tokoh Islam lain seperti Abubakar Baasyir.
Dari Malaysia, Hambali menuju Afganistan tahun 1988 sebagai pejuang Mujahidin melawan invasi Uni Sofyet. Dua tahun kemudian, pada 1990 Hambali kembali ke Malaysia. Saat itulah dia diyakini mulai merekrut para pemuda muslim untuk kegiatan yang dia sebut sebagai jihad.
Pasca-runtuhnya kekuasaan Soeharto pada 1998, Hambali kembali ke Indonesia pada Oktober 2000. Di Tanah Air dia juga merekrut sejumlah relawan jihad. Teror pun terjadi.
Aksi pertama yang diduga dilakukan Hambali adalah pemboman malam Natal tahun 2000, sebanyak 18 orang tewas dalam serangkaian pemboman di sejumlah gereja. Nama Hambali berulang disebut oleh para tersangka pemboman yang tertangkap. Mereka menyebut Hambali sebagai otak pengeboman.
CIA bahkan menduga Hambali ikut merancang serangan teroris paling fenomenal di awal abad 21. Dia mempertemukan dua pembajak pesawat, Khalid al-Mihdhar dan Nawaf al-Hazmi dengan tokoh-tokoh Al Qaeda di Malaysia pada Januari 2000. Foto-foto yang membuktikan adanya pertemuan itu telah dirilis.
Selain penangkapan Hambali, sejumlah kejadian penting dalam sejarah terjadi pada tangga 11 Agustus. Pada 3114 SM, Kalender Long Count atau Hitung Panjang, yang digunakan oleh beberapa peradaban Mesoamerika pra-Columbus, khususnya Maya, dimulai.
Sementara pada 1952, Hussein bin Talal dinobatkan sebagai Raja Yordania. Dan, pada 11 Agustus 2012, setidaknya 306 orang tewas dan 3.000 lainnya luka-luka akibat gempa ganda dekat Tabriz, Iran.
Advertisement