Korea Utara: Rekayasa AS, Peretas Sony Pictures Bukan Manusia Sungguhan

Korea Utara menuding Amerika Serikat telah melakukan rekayasa. Pyongyang juga menyebut sosok buron FBI Park Jin-hyok tak nyata.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 15 Sep 2018, 13:19 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2018, 13:19 WIB
Pria asal Korea Utara, Park Jin-hyok jadi buronan FBI atas kasus kejahatan siber
Pria asal Korea Utara, Park Jin-hyok jadi buronan FBI atas kasus kejahatan siber (FBI.gov)

Liputan6.com, Pyongyang - Departemen Kehakiman Amerika Serikat menuduh pria asal Korea Utara, Park Jin-hyok melakukan persekongkolan untuk melancarkan serangan siber yang merusak di seluruh dunia, termasuk terhadap Sony Pictures pada 2014.

Dia juga dianggap menciptakan perangkat lunak berbahaya yang digunakan untuk melumpuhkan Layanan Kesehatan Nasional Inggris atau National Health Service pada 2017.

Departemen Keuangan AS juga menambahkan nama Park ke daftar individu yang dijatuhi sanksi. Pria itu diduga terkait dengan Lab 110, salah satu organisasi peretas yang konon didalangi pemerintah Korea Utara, juga dikenal sebagai Lazarus Group.

Namun, belakangan, Korea Utara menepis anggapan itu. Pihak Pyongyang menyebut, Park Jin-hyok adalah seseorang yang 'tidak nyata'. Rezim Kim Jong-un juga mengingatkan AS bahwa tuduhan tersebut akan berakibat negatif bagi hubungan dua negara.

"Park adalah entitas yang tidak ada, dan lebih jauh lagi, tindakan kejahatan siber yang disebutkan oleh Departemen Kehakiman tidak ada hubungannya dengan kami," demikian disampaikan media corog pemerintah Korut, KCNA, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (15/9/2018).

KCNA menyebut, Amerika serikat telah menyesatkan opini publik. "Dengan secara paksa mengaitkan sosok 'pelanggar' yang tidak nyata dan apa yang disebut dengan kejahatan siber yang ia lakukan dengan lembaga negara kami."

Pihak Korea Utara juga menyebut, sanksi terhadap Korea Expo Joint Venture Company, yang disebut bagian dari Lab 110 adalah 'lelucon' yang dikeluarkan Departemen Keuangan AS.

"AS harus merenungkan konsekuensi negatif dari kebohongan yang beredar," sebut KCNA, merujuk pada pernyataan yang ditandatangani Kim Jong-un dan Donald Trump dalam KTT AS-Korut pada Juni 2018 lalu, yang dimaksudkan untuk membangun kepercayaan bersama antara kedua negara.

Meski Korea Utara mengklaim, Park Jin-hyok adalah sosok tak nyata atau bukan manusia sungguhan, FBI telah menyebarkan poster buronan yang memajang foto seorang pria yang jadi target pemeriksaan mereka.

Kementerian Luar Negeri Korut juga mengkritik tindakan Amerika Serikat di dunia maya, dengan menuding Washington punya catatan panjang soal perilaku yang dipertanyakan ketika menyangkut peretasan dan spionase.

"AS adalah tersangka utama yang bertanggung jawab atas ancaman keamanan di dunia maya. Dunia dengan jelas mengingat fakta bahwa AS dikritik karena meretas telepon seluler pemimpin sekutu dan melancarkan -- tanpa keraguan -- serangan siber pada sekutunya, apalagi ke para musuh," kata pihak Pyongyang.

 

Saksikan video terkait Korea Utara berikut ini:  

Aksi Peretasan Korut

Momen Hangat Kim Jong-un Saat Bertemu Veteran Perang
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tersenyum saat bertemu veteran perang pada acara Konferensi Veteran Perang Nasional ke-5 di pemakaman perang Martyrs Cemetery di Pyongyang (27/7). (KCNA Via KNS/AFP)

Korea Utara masih jadi tersangka utama untuk sejumlah tindakan jahat, termasuk pencurian USD 81 juta dari bank Bangladesh, serta serangan terhadap mata uang virtual Korea Selatan.

Diperkirakan bahwa kelompok peretas yang terkait Korea Utara melakukan tindakan kriminal itu demi mendapatkan uang untuk negaranya, yang dipukul telak oleh sanksi PBB aras program misil dan nuklirnya.

Sementara itu, ahli urusan Korut Martyn Williams berpendapat, tersangka Park Jin-hyok nyaris tak mungkin diadili di pengadilan AS.

Kepada BBC, ia berpendapat, tuduhan yang dilancarkan AS adalah murni tindakan simbolis yang dirancang untuk 'menguatkan' tudingan bawah Korut telah melakukan kejahatan siber.

Ungkapan kemarahan Pyongyang terhadap Amerika Serikat dikeluarkan tak lama setelah Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un dilaporkan membuat pernyataan menggembirakan tentang denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Menurut pejabat Korea Selatan yang mengatur pertemuan puncak pekan depan, antara para pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan, Kim mengatakan bahwa dia ingin denuklirisasi dan mengakhiri permusuhan dengan Amerika Serikat pada saat masa jabatan Presiden Trump berakhir pada 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya