Liputan6.com, New York - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya mengharapkan pertemuan kedua dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un "segera", tanpa menyebut rincian waktu dan tempat.
Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York pekan ini 26 September 2018, Trump mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan membuat pengaturan untuk pertemuan kedua dengan Kim "dalam waktu dekat," demikian seperti dikutip dari outlet surat kabar Inggris The Independent, Jumat (28/9/2018).
Advertisement
Baca Juga
"Kim Jong-un benar-benar sangat terbuka dan hebat, terus terang. Saya pikir, dia ingin melihat sesuatu terjadi," tambah Donald Trump.
Mike Pompeo juga mengafirmasi hal tersebut dalam unggahannya di Twitter, usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho pada sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Dalam unggahan tersebut, Pompeo menjelaskan bahwa dirinya diundang oleh Korea Utara untuk pertemuan keempat dengan Kim Jong-un di Pyongyang. Kesempatan itu, kata Pompeo, akan dimanfaatkan untuk membicarakan kelanjutan KTT Trump-Kim di Singapra pada Juni 2018, denuklirisasi, dan rencana tatap muka jilid dua antara Donald Trump dan Kim Jong-un.
Â
Simak video pilihan berikut:
Trump Terima Surat Terbaru dari Kim Jong-un
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya telah menerima surat pribadi 'terbaru' dari Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Hal itu ia utarakan saat konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe usai keduanya melaksanakan pertemuan bilateral di sela Sidang Majelis Umum PBB di New York pekan ini, 26 September 2018.
Mendeskripsikan surat terbaru dari Kim Jong-un, Trump menyebutnya sebagai "karya seni yang indah", demikian seperti dikutip dari outlet surat kabar Inggris The Telegraph, Kamis 27 September 2018.
Tenggat Waktu Denuklirisasi Mundur
Tampak terkesima dengan surat yang ia terima dari Kim Jong-un, lewat sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan, Trump mengumumkan, kini pemerintah AS memberikan kelonggaran tenggat waktu denuklirisasi yang harus dipenuhi oleh Korea Utara.
Ini menandai pergeseran sikap dari sang Presiden AS, setelah sebelumnya, ia amat mendesak Kim Jong-un untuk sesegera mungkin melakukan "complete, verifiable, irreversible denuclirization", seperti yang digemakan olehnya usai pertemuan tingkat tinggi dengan sang pemimpin Korut di Singapura pada Juni 2018 lalu.
"Kami tidak memainkan permainan waktu. Jika memang dibutuhkan, dua tahun, tiga tahun atau lima bulan, itu tidak masalah," kata Trump soal tenggat waktu denuklirisasi yang harus dilakukan oleh Korea Utara.
Reaksi terbaru Trump amat kontras dengan pernyataan Menlu AS Mike Pompeo pekan lalu, yang menetapkan tenggat waktu denuklirisasi pada 2021 --tiga tahun dari sekarang. Namun kini diketahui, Pompeo sendiri pun telah menghapus tenggat waktu yang ia tetapkan sendiri, dengan mengatakan bahwa "merinci pada tanggal tertentu merupakan hal yang bodoh".
Dalam konteks yang lebih luas, pergeseran sikap ini juga mungkin dipengaruhi oleh bagaimana Trump dan Pompeo terkesima atas hasil yang dicapai oleh Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in usai melaksanakan KTT di Pyongyang beberapa pekan lalu. Keduanya meneken sejumlah poin kesepakatan, dengan salah satunya adalah komitmen Korea Utara untuk membongkar fasilitas uji coba nuklirnya yang berlokasi di Yongbyon.
Melanjutkan rincian pandangannya terhadap Korea Utara dan Kim Jong-un usai menerima surat terbaru itu, Donald Trump mengatakan, "Dia (Kim) suka saya (Trump), saya juga menyukainya. Kami akur," ujarnya di samping PM Abe --yang dalam Sidang Majelis Umum PBB juga mengumumkan pelonggaran sikap dengan menyatakan bersedia bertemu dengan sang pemimpin Korut.
"Saya menunjukkan suratnya ke Abe, dan dia mengatakan, 'surat ini merupakan sebuah terobosan, ini luar biasa, bersejarah'," kata Trump mengutip Abe.
"Dan itu memang indah dan bersejarah. Oleh karenanya, saya pikir, kita akan membuat kesepakatan. Apakah kita akan membuat kesepakatan? Saya tidak benar-benar tahu. Saya pikir kita akan melakukannya."
Advertisement