Nicolas Maduro Minta Paus Fransiskus Jadi Mediator dalam Krisis Venezuela

Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan telah menulis surat kepada Paus Fransiskus, memintanya untuk memediasi krisis politik di negara Amerika Selatan itu.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Feb 2019, 11:03 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 11:03 WIB
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)

Liputan6.com, Caracas - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan telah menulis surat kepada Paus Fransiskus, memintanya untuk memediasi krisis politik di negara Amerika Selatan itu.

"Saya telah menulis surat kepada Paus Fransiskus yang mengatakan bahwa saya melayani tujuan Kristus," kata Maduro, yang menyatakan dirinya seorang Katolik yang taat, seperti dikutip dari Punch Nigeria, Selasa (5/2/2019).

"Dengan semangat ini, saya memintanya untuk membantu kami dalam proses memfasilitasi dan memperkuat dialog," tambah Maduro, menyebutkan upaya mediasi lainnya oleh Meksiko, Uruguay, Bolivia, dan lainnya.

"Saya meminta Paus untuk menawarkan upaya terbaiknya, kehendaknya, untuk membantu kita di jalur dialog ini. Saya berharap kita akan mendapat jawaban positif (darinya)," kata Maduro.

Juga, Maduro mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan kemungkinan perang saudara karena meningkatnya tekanan terhadapnya yang mendesak agar dia mundur dari kursi kekuasaan.

Pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai "presiden interim" pada akhir Januari 2019 lalu dan memenangkan dukungan Amerika Serikat serta negara-negara Barat.

Maduro sendiri mendapat dukungan dari Rusia dan China.

Guaido mengatakan pada Minggu 3 Februari 2019 akan membangun koalisi internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Venezuela tetapi Nicolas Maduro menuduhnya mengorganisir kudeta.

"Kami meminta agar tidak ada yang campur tangan dalam urusan internal kami ... dan kami mempersiapkan diri untuk membela negara kami," kata Maduro.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengatakan bahwa penggunaan kekuatan militer tetap merupakan "pilihan".

Tetapi Maduro memperingatkan pemimpin AS dia mengambil risiko terulangnya Perang Vietnam --di mana Amerika terlibat dari 1965 hingga 1973-- jika dia turun tangan di Venezuela.

 

Simak video pilihan berikut:


Paus Fransiskus Takut Krisis Venezuela jadi Pertumpahan Darah

Pertama Kali, Paus Fransiskus Kunjungi Uni Emirat Arab
Paus Fransiskus tersenyum saat tiba di bandara Internasional Abu Dhabi di Uni Emirat Arab (3/2). Kunjungan ini menjadi momen bersejarah karena menjadi kunjungan pertama Paus Fransiskus di Jazirah Arab. (AP Photo/Andrew Medichini)

Pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus, mengaku khawatir akan terjadi pertumpahan darah di Venezuela ketika negara itu bersiap menghadapi protes baru selama sepekan terhadap presidennya, Nicolas Maduro.

Berbicara di pesawat kepausan ketika dia kembali dari kunjungan lima hari ke Panama pada akhir Januari 2019 lalu, Paus Fransiskus mengatakan kepada wartawan: "Pada saat ini, saya mendukung semua orang Venezuela karena mereka adalah orang yang menderita."

"Saya menderita atas apa yang terjadi di Venezuela," tambahnya. "Apa yang membuatku takut? Pertumpahan darah," demikian seperti dikutip dari The Guardian, Selasa 29 Januari 2019.

Paus Fransiskus menolak untuk memihak Juan Guaido, pemimpin oposisi yang pekan lalu menyatakan dirinya sebagai 'presiden interim' Venezuela yang sah.

Kepal Gereja Katolik Dunia itu juga tak mendukung Maduro, yang telah memerintah sebagai presiden Venezuela sejak terpilih setelah kematian Hugo Chavez 2013.

Rusia dan China telah mendukung Maduro, sementara AS, Kanada dan lebih dari selusin negara Amerika Latin mengatakan mereka mendukung Guaido.

"Jika saya berkata, 'dengarkan negara-negara ini' atau 'dengarkan negara-negara itu' saya akan menempatkan diri saya dalam suatu peran yang tidak saya ketahui, itu akan menjadi kelalaian pastoral di pihak saya dan saya akan menyebabkan kerusakan," kata Paus Fransiskus.

Dalam sebuah misa di Panama City yang dihadiri oleh sekitar 700.000 orang pada Minggu 27 Januari, Paus Fransiskus mengatakan dia "meminta Tuhan untuk mencari dan menemukan solusi yang adil dan damai untuk mengatasi krisis yang menghormati hak asasi manusia dan secara eksklusif mencari kebaikan semua orang."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya