Liputan6.com, Jakarta - Jumlah kasus baru pneumonia dari Virus Corona di Wuhan China telah melonjak. Bahkan telah muncul di negara-negara lain seperti Thailand, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.
"Seorang pasien yang dikonfirmasi juga muncul di Taiwan pada tanggal 22 Januari," ujar Taipei Economic and Trade Office (TETO) dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (24/1/2020).
Baca Juga
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan darurat pada 22 Januari dan mengundang negara-negara dengan kasus yang dikonfirmasi untuk hadir. Namun, Taiwan tidak diundang ke pertemuan itu karena hambatan dari China.
Advertisement
Seperti yang diketahui, alasan mengapa Taiwan tidak bisa menjadi negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebabkan karena China telah memperkuat "Prinsip Satu China" di WHO.
Virus pneumonia Wuhan berasal dari China, dan menyebar karena pemerintah China menyembunyikan epidemi ini pada tahap awal.
Taiwan letaknya berdekatan dengan China, dan ancaman terkena infeksi sangat besar. Ketika WHO menganggap situasi ini sebagai hal yang mendesak dan mengadakan pertemuan darurat, seharusnya mengundang Taiwan untuk bergabung dalam upaya pencegahan epidemi.
Namun demikian, China masih bersikeras pada pandangan politik, dan mencegah Taiwan untuk berpartisipasi dalam pertemuan darurat WHO. China mengklaim ke pihak luar bahwa "tidak ada yang lebih peduli tentang kesehatan rekan Taiwan dibandingkan dengan pemerintah China" dan " partisipasi Taiwan dalam organisasi internasional harus berdasarkan Prinsip Satu China".
Tindakan yang mengabaikan kesehatan warga Taiwan dan seluruh dunia ini sangat tidak baik.
Tragedi SARS
Masyarakat internasional tentu masih ingat ketika "Sindrom Pernafasan Akut Parah" (SARS) yang terjadi pada tahun 2003, ini juga karena hambatan politik "Prinsip Satu China", sehingga Taiwan kesulitan mendapatkan bantuan pertama dari WHO, yang mengakibatkan tragedi yang menewaskan puluhan staf medis Taiwan dan warga yang tidak bersalah.
Pemerintah China tidak punya hak mengesampingkan Taiwan dari sistem pencegahan epidemi global, apalagi mengabaikan kesejahteraan rakyat Taiwan, dan dengan pemikiran politik yang bias mengerdilkan status Taiwan.
Saat ini, ada lebih dari 300.000 warga Indonesia yang bekerja, belajar dan tinggal di Taiwan.
Taiwan melakukan langkah-langkah pencegahan epidemi demi kesehatan dan keselamatan warga Negeri Formosa dan semua warga asing yang tinggal di sana.
Taiwan berada di garis depan dalam perjuangan melawan virus corona baru, untuk itu menyerukan WHO untuk mengedepankan pertimbangan profesional medis, menghapus prasangka politik, dan mengundang Taiwan untuk berpartisipasi dalam pertemuan, mekanisme, dan aktivitas terkait epidemi ini.
Taiwan juga menghimbau Indonesia dan negara-negara lain di dunia untuk berdiri di garis depan bersama untuk memerangi epidemi baru dari China!
Advertisement