Top 3: Kematian Pasien Indonesia Akibat Corona COVID-19 Tertinggi di ASEAN Jadi Sorotan

Berita terpopuler kanal Global Liputan6.com hari ini seputar kasus Virus Corona COVID-19 di ASEAN, di mana kasus terbanyak tercatat di Malaysia, dan kematian tertinggi di Indonesia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Mar 2020, 09:23 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2020, 09:23 WIB
Suasana Haru Perpisahan Pasien Corona dengan Petugas Medis di Wuhan
Petugas medis Guan Qian melihat foto-foto pasien dan anggota staf medis yang ditempel di sebuah rumah sakit sementara di Wuhan, China, Senin (9/3/2020). China menutup semua rumah sakit sementara yang dibuat untuk menangani virus corona di Kota Wuhan. (Xinhua/Shen Bohan)

Liputan6.com, Jakarta- Berita terpopuler kanal Global Liputan6.com hari ini menyoroti kasus Virus Corona COVID-19 di ASEAN, di mana kasus terbanyak tercatat di Malaysia, dan kematian tertinggi di Indonesia. 

Tidak hanya itu, berita lain yang juga jadi sorotan adalah Headline yang membahas: Virus Corona COVID-19 kian mendunia, kapan akan memuncak?

Berita lain yang mencuri perhatian pembaca adalah lembaga Australia yang menyoroti krisis Virus Corona COVID-19 di Indonesia, dan menyebutnya menjadi celah di Pemerintahan Jokowi. 

 Berikut 3 artikel terpopuler kanal Global Liputan6.com pada Jumat, (20/3/2020):

Saksikan Video Berikut Ini:

1. Corona COVID-19 di ASEAN: Malaysia Kasus Terbanyak, Kematian Tertinggi di Indonesia

Bendera negara anggota ASEAN (Wikimedia Commons)
Bendera negara anggota ASEAN (Wikimedia Commons)

Berdasarkan data dari www.worldometers.info/coronavirus, Kamis (19/3/2020), kasus tertinggi Virus Corona COVID-19 di Asia Tenggara berasal dari Malaysia. Menembus 900.

Kendati demikian, angka kematian tertinggi akibat Virus Corona COVID-19 berada di Indonesia, dengan 25 orang meninggal. Sementara pasien sembuh, di antara negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, terbanyak ada di Singapura.

Baca selengkapnya...

2. HEADLINE: Virus Corona COVID-19 Kian Mendunia, Kapan Akan Memuncak?

Banner Infografis Cara China hingga Vietnam Tangani Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Cara China hingga Vietnam Tangani Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)

Sudah 9.278 nyawa melayang. 130.538 pasien masih berjuang. Namun, 85.831 orang telah membuktikan, sakit karena Virus Corona jenis baru atau COVID-19 dapat disembuhkan.

Data itu dikutip dari www.worldometers.info/coronavirus, pada Kamis (19/3/2020). Hingga pukul 19.33 WIB, tercatat ada 225.647 kasus positif Virus Corona COVID-19 di seluruh dunia. 

Sementara itu, kurva epidemi COVID-19 di China, sebagai negara pusat wabah, menunjukkan kasus Virus Corona jenis baru ini telah mencapai puncaknya sekitar tiga pekan lalu. Kini, kurva terus bergerak turun, ketika kasus baru semakin sedikit dan pasien yang sembuh kian banyak.

Baca selengkapnya...

3. Lembaga Australia Soroti Krisis Corona COVID-19 RI, Sebut Jadi Celah di Pemerintahan Jokowi

Jokowi Minta Kementerian Arahkan Program Dukung Penanganan Corona
Presiden Joko Widodo melakukan video teleconference dengan Kabinet Indonesia Maju di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Presiden Jokowi menginstruksikan percepatan agenda kerja semua kementerian. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sebuah lembaga wadah pemikir, think tank bernama Loewy Institute yang berbasis di Australia telah menyoroti fenomena penanganan pandemi Virus Corona COVID-19 di Indonesia. Tulisannya menggarisbawahi celah pemerintahan Jokowi dalam menghadapi virus ini. 

"Ketika ia bangkit dengan cepat dari pengusaha furnitur ke walikota Solo dan gubernur Jakarta menjadi presiden Indonesia, Joko Widodo tetap berpegang pada pendekatan yang sama dalam politik: membangun sesuatu, memotong birokrasi, meningkatkan akses ke layanan dasar (meskipun belum tentu kualitasnya), dan bersandar pada pegawai negeri agar lebih efisien," tulisnya, membuka artikel berjudul "Covid-19 crisis revealscracks in Jokowi’s ad hoc politics."

Artikel itu memiliki pandangan bahwa krisis COVID-19 mengungkapkan kelemahan dalam pendekatan taktisnya terhadap politik, gaya kepemimpinan ad hoc-nya, dan kurangnya pemikiran strategis dalam pemerintahannya.

Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya