Korea Utara Masih Bersikeras Tegaskan Negaranya Nol Kasus Corona COVID-19

Negara Korea Utara kini masih menegaskan bahwa pihaknya memiliki nol kasus Virus Corona COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Apr 2020, 08:33 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2020, 08:33 WIB
Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)
Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Pyongyang - Seorang pejabat kesehatan senior di Pyongyang bersikeras mengatakan bahwa Korea Utara masih bebas dari Virus Corona COVID-19. Meskipun, skeptisisme terus meningkat lantaran hampir seluruh negara di dunia sedang berjuang melawan penyakit tersebut. 

Dilaporkan oleh Channel News Asia, Jumat (3/4/2020), Korea Utara yang sudah terisolasi, telah dengan cepat menutup perbatasannya setelah virus pertama kali terdeteksi di negara tetangganya, China pada Januari dan memberlakukan tindakan pengamanan yang ketat.

Pak Myong Su, direktur departemen anti-epidemi Markas Besar Darurat Anti-epidemi Darurat Utara, menegaskan bahwa upaya tersebut telah sepenuhnya berhasil.

"Sejauh ini tidak ada satu orang pun yang terinfeksi Virus Corona baru di negara kami," kata Pak. 

"Kami telah melakukan tindakan preventif dan ilmiah seperti inspeksi dan karantina untuk semua personel yang memasuki negara kami dan sepenuhnya mendisinfeksi semua barang, serta menutup perbatasan dan memblokir jalur laut dan udara," tambahnya lagi. 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Korea Utara Merupakan Salah Satu Negara Rentan

Kim Jong-un Kembali Tinjau Pabrik Kentang di Samjiyon
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un saat meninjau kabupaten Samjiyon County di Provinsi Ryanggang yang berbatasan dengan China, (4/4). (AFP Photo/KCNA VIA KNS)

Hampir setiap negara lain telah melaporkan kasus Virus Corona baru. Selain dari China, Korea Selatan juga mengalami salah satu wabah virus paling awal.

Tercatat kasus infeksi di 188 negara sekarang melebihi satu juta, dan ini termasuk 51.718 kematian, per hari Kamis berdasarkan data negara resmi dan angka Organisasi Kesehatan Dunia.

Para ahli mengatakan Korea Utara sangat rentan terhadap virus karena sistem perawatan kesehatan yang lemah, dan pembelot menuduh Pyongyang telah menutupi wabah.

Komandan militer AS di Korea Selatan, Jenderal Robert Abrams, mengatakan pada hari Kamis bahwa pernyataan Pyongyang mengatakan tidak ada kasus yang "tidak benar".

"Saya dapat memberi tahu Anda bahwa itu adalah klaim yang mustahil berdasarkan semua intel yang telah kita lihat," kata Abrams kepada VOA News.

Militer Korut "dikunci" selama 30 hari pada Februari dan awal Maret karena wabah itu, katanya.

"Mereka mengambil tindakan kejam di penyeberangan perbatasan mereka dan di dalam formasi mereka untuk melakukan apa yang orang lain lakukan, yaitu menghentikan penyebaran," tambahnya.

Presiden AS Donald Trump mengatakan sebelumnya Korea Utara "akan melalui sesuatu" dan menawarkan "kerja sama dalam pekerjaan anti-epidemi", dalam sebuah surat pribadi kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Dan Choi Jung-hun, seorang mantan dokter Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan pada tahun 2012, mengatakan kepada AFP: "Saya mendengar ada banyak kematian di Korea Utara tetapi pihak berwenang tidak mengatakan bahwa itu disebabkan oleh virus corona."

Gambar yang dipublikasikan baru-baru ini telah menunjukkan penggunaan masker wajah secara universal, dengan pengecualian pemimpin Kim, yang belum pernah terlihat mengenakannya, meskipun selama beberapa minggu para petugas bersama dia ketika dia mengawasi latihan menembak mengenakan penutup hitam.

Baru-baru ini para bawahannya juga terlihat tanpa masker, meskipun pembelot Choi mengatakan bahwa tidak menandakan upaya penahanan Korea Utara telah berhasil secara luas.

Minta Bantuan

Senyum Kim Jong-un Pantau Latihan Militer Korea Utara
Ekspresi Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat memantau latihan militer Korea Utara di lokasi yang dirahasiakan pada hari Senin (2/3/2020). Latihan militer digelar ketika perundingan nuklir dengan Amerika Serikat terhenti. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Pyongyang, yang dikenai beberapa sanksi internasional atas program rudal nuklir dan balistiknya telah meminta bantuan terkait virus.

Pada bulan Februari, kementerian luar negeri Rusia mengatakan pihaknya memberi Pyongyang 1.500 alat tes diagnostik Virus Corona atas permintaannya "karena risiko yang berkelanjutan dari COVID-19 yang baru".

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberikan pengecualian sanksi kepada kelompok-kelompok bantuan termasuk Dokter tanpa Perbatasan dan UNICEF pada barang-barang seperti kit diagnostik, masker wajah, peralatan pelindung dan desinfektan.

Baik Dokter Tanpa Batas dan UNICEF, yang pengirimannya diminta oleh otoritas Korea Utara  mengatakan bahwa persediaan mereka telah tiba melalui darat dari Tiongkok.

"DPRK secara keseluruhan kekurangan pasokan medis dan peralatan diagnostik terbaru," kata juru bicara Dokter Tanpa Perbatasan kepada AFP, menggunakan inisial nama resmi negara tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia pun berencana mengeluarkan dana sebesar US $ 900.000 untuk mendukung kegiatan tanggapan virus corona di Pyongyang, menurut data yang diposting di Kantor PBB untuk situs web Koordinasi Urusan Kemanusiaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya