Ini yang Akan Terjadi Jika Pesawat Terbang Terlalu Tinggi

Angka 41.000 kaki merupakan ketinggian maksimum di mana pesawat seharusnya bisa diterbangkan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 15 Apr 2020, 19:40 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2020, 19:40 WIB
Ilustrasi pesawat (iStock)
Ilustrasi pesawat (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Apa jadinya jika pesawat terlalu terbang tinggi?

Hal ini pernah terjadi sebelumnya. Dan mereka yang berada di dalam pesawat itu akhirnya kehilangan nyawanya.

Pada Oktober 2004, Pinnacle Airlines 3701 membawa pesawat mereka dari satu bandara ke bandara lain tanpa penumpang -- apa yang disebut sebagai penerbangan "reposisi".

Mereka seharusnya terbang dengan ketinggian 33.000 kaki, tetapi sebaliknya meminta naik menjadi 41.000 kaki.

Angka 41.000 kaki merupakan ketinggian maksimum di mana pesawat seharusnya bisa diterbangkan, demikian dikutip dari laman Mentalfloss, Rabu (15/4/2020).

Namun, kedua mesin gagal. Kru tidak bisa menghidupkannya kembali, dan pesawat jatuh lalu hancur.

Dewan Keselamatan Transportasi Nasional menetapkan bahwa kemungkinan penyebab kecelakaan ini adalah; perilaku tidak profesional pilot, penyimpangan dari prosedur operasi standar, dan buruknya penerbangan, yang mengakibatkan hal yang tidak diinginkan.

Lalu, kegagalan pilot untuk mempersiapkan pendaratan darurat tepat waktu, termasuk berkomunikasi dengan pengendali lalu lintas udara setelah hilangnya kedua mesin dan ketersediaan lokasi pendaratan.

Dan selanjutnya bisa terjadi lantaran manajemen pilot yang tidak tepat dari daftar periksa kerusakan mesin ganda, yang memungkinkan inti mesin berhenti berputar.

Kecelakaan juga terjadi ketika saat kombinasi suhu dan tekanan atmosfer di lokasi tertentu - terlalu tinggi.

Pada hari dengan suhu yang panas, beberapa jenis pesawat tidak bisa mencapai ketinggian seharusnya. Mungkin bisa lepas landas, tapi kemudian tak bisa terbang tinggi dan jatuh karena kehabisan ruang di depan atau mencoba kembali ke bandara. Contoh skenario ini dijelaskan dalam kasus WPR12LA283.

Simak video berikut ini:

Mengapa Jendela Pesawat Berbentuk Lonjong?

Tips tidur nyaman di pesawat saat traveling
Ilustrasi naik pesawat. (Foto: pexels.com)

Pernahkah memperhatikan bahwa jendela-jendela pesawat terbang selalu berbentuk lonjong dan bukan persegi? Mungkin ini membuat sejumlah penumpang pesawat bertanya-tanya.

Dikutip dari Daily Mail, bentuk jendela yang kotak akan mengakibatkan penumpukan tekanan pada sudut-sudutnya.

Sementara, jendela yang membulat secara drastis mengurangi kemungkinan penumpukan tekanan itu.

Video yang dibuat Real Engineering menggunakan sejumlah diagram, untuk menjelaskan aliran tekanan melalui kabin selama penerbangan.

Dipaparkan pula sejumlah titik pada jendela yang mengalami peningkatan tekanan.

"Pojok-pojok sebuah kotak mengumpulkan tekanan dan dapat mengarah kepada kegagalan akibat kelelahan struktur," demikian dijelaskan Dai Wittingham, pemimpin Eksekutif Komisi Keselamatan Penerbangan Inggris menjelaskan kepada MaiOnlineTravel.

“Para perancang lebih memilih jendela lonjong karena memberikan ruang pandang yang lebih luas yang sepadan dengan tinggi badan kebanyakan penumpang saat duduk.”

Bagian terpendek pada bidang lonjong itu dirancang agar lengkungannya tidak menciptakan tekanan yang tidak aman kepada bahan-bahan di sekitarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya