Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu media Israel melaporkan bahwa Indonesia menjadi target selanjutnya untuk normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Kabar itu dibantah oleh Kementerian Luar Negeri, tetapi kini pejabat tinggi Amerika Serikat bernama Adam Boehler justru mengakui bahwa Indonesia sudah diiming-imingi duit.
Adam Boehler mengaku pemerintah AS siap memberikan bantuan uang jika Indonesia melakukan normalisasi dengan Israel.
Advertisement
Baca Juga
"Kami sedang berbicara dengan mereka (Indonesia) tentang hal itu," ujar Boehler seperti dikutip The Times of Israel, Kamis (24/12/2020).
Boehler berkata jika Indonesia siap, maka pihaknya, "akan senang untuk mendukung lebih banyak secara finansial dari yang kami lakukan sekarang."
Iming-iming bantuan diproyeksi mencapai satu hingga dua miliar dolar.
Sosok Adam Boehler
Siapa Adam Boehler? Namanya memang belum tersohor, tetapi ia sudah bertemu pejabat-pejabat penting di Indonesia. Mulai dari Presiden Joko Widodo, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan hingga Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar.
Berikut sekilas mengenai sosok Adam Boehler dan aktivitasnya di Indonesia bidang investasi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Adam Boehler dan Indonesia
Adam Boehler merupakan CEO dari International Development Finance Corporation (DFC) yang menawari pendanaan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Ia baru diangkat sebagai pemimpin DFC pada September 2019.
Berdasarkan profil di situs DFC, Boehler pernah aktif di Kementerian Kesehatan AS. Ia juga seorang pebisnis di sektor kesehatan.
Ia mulai mengunjungi Indonesia pada Januari 2020. Sebelum itu, Boehler sempat bertemu Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Mahendra Siregar yang sekarang menjabat sebagai wakil menteri luar negeri.
Pada 10 Januari 2020, Adam Boehler dan (mantan) Dubes AS Joseph Donovan datang ke Kantor Kemenko Marves untuk bertemu Luhut Binsar Pandjaitan.
Saat itu, ia mengaku masih baru akan mengecek proyek-proyek di Indonesia. Dana investasi yang dijanjikan senilai miliaran dolar.
"Kita perlu duduk dan dalam satu-dua bulan ke depan mencari proyek-proyeknya," ujar Boehler bersama Menko Luhut.
Boehler juga bertemu Presiden Jokowi pada Januari 2020. Ia memuji Indonesia sebagai tempat investasi, serta berjanji mendukung pembangunan infrastruktur.
Sejauh ini, DFC sudah melirik beberapa proyek di Indonesia, seperti LRT, Trans Jawa, Trans Sumatera, pariwisata, PLTA di Kalimantan Utara, hingga proyek daur ulang plastik.
Pada Oktober 2020, Adam Boehler kembali bertemu Menko Luhut. Mereka membahas potensi Omnibus Law Cipta Kerja dan investasi di Sovereign Wealth Fund (SWF).
Tidak hanya itu, Boehler juga menemani Luhut untuk bertemu Presiden AS Donald Trump di Washington DC pada November 2020. Pada pertemuan di Gedung Putih, turut hadir pula Jared Kusher, menantu sekaligus penasihat Donald Trump yang mendukung normalisasi diplomatik Israel.
Menko Luhut membahas investasi saat bertemu Donald Trump. Ia berkata idenya mendapat sambutan baik di Gedung Putih.
“Saya yakin Indonesia Sovereign Wealth Fund dapat menarik investasi di market AS ke perekonomian di Indonesia yang nantinya akan berkontribusi untuk memperkuat perekonomian hubungan antara Amerika Serikat dan Indonesia,” ujar Luhut pada 11 Desember 2020.
Advertisement
Rayuan AS
Penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner, sudah secara terbuka mengakui bahwa ingin Israel berdiplomasi dengan negara-negara mayoritas Muslim. Dalam tempo beberapa bulan, banyak negara Timur Tengah yang setuju, yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Rencana perdamaian dengan Israel tertuang di Perjanjian Abraham (Abraham Accord).
Strategi Amerika Serikat untuk merayu berbagai negara penuh nuansa investasi. Hal itu terlihat saat AS mendamaikan Israel dengan Bahrain dan Emirat.
Negara terbaru yang damai dengan Israel adalah Maroko. Jared Kushner memimpin langsung delegasi AS ke Maroko.
Sebelum ada Abraham Accord, Jared Kushner terlebih dahulu ingin mendamaikan Palestina dan Israel lewat Middle East Peace Plan. Rencana itu juga dipenuhi dengan iming-iming investasi, namun ditolak Palestina.
Menlu Retno Marsudi Tak Niat Berdiplomasi dengan lsrael
Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menanggapi kebijakan sejumlah negara yang melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Retno Marsudi mengatakan, Indonesia tidak memiliki niatan untuk melakukan hal yang sama dengan negara-negara lain terhadap Israel.
"Hingga saat ini tidak terdapat niatan Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel," ujar Retno Marsudi di Jakarta pada Rabu, 16 Desember 2020.
Dalam pernyataannya, Indonesia juga tetap berpegang teguh pada kesepakatan internasional dan undang-undang yang diamanatkan.
"Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina berdasarkan dua state solution dan parameter internasional lain yang telah disepakati secara konsisten akan tetap dijalankan," jelas Menlu Retno.
Sejauh ini, negara seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko sudah setuju untuk normalisasi hubungan dengan Israel. Menurut informasi dari The Jerusalem Post, Israel selanjutnya tertarik berdiplomasi dengan Oman dan Indonesia.
Sebelumnya, Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah juga merespon hal serupa.
"Kemlu tidak pernah berhubungan dengan Israel. Dalam menjalankan Politik Luar Negeri, Kemlu terhadap Palestina konsisten sesuai amanah konstitusi," ujar (plt.) juru bicara Kemlu Teuku Faizasyah kepada Liputan6.com, Senin 14 Desember 2020.
Advertisement