Donald Trump Masih Yakin COVID-19 Bocor dari Laboratorium Wuhan

Mantan Presiden AS Donald Trump percaya COVID-19 berasal dari kebocoran di laboratorium Wuhan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Jun 2021, 06:18 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2021, 13:03 WIB
Donald Trump Bertengkar dengan Jurnalis CNN
Presiden AS, Donald Trump mengarahkan telunjuk ke jurnalis CNN Jim Acosta saat seorang staf mencoba menarik mikrofon darinya dalam konferensi pers di Gedung Putih, Rabu (7/11). Ketegangan bermula dari pertanyaan sang wartawan soal imigran. (AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington, D.C - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyuarakan teori bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium di Wuhan, China. Belakangan ini, teori itu kembali mencuat.

WHO sebetulnya sudah melaksanakan investigasi pada awal 2021, namun pihak China ikut terlibat dalam investigasi tersebut. Kini, Trump justru makin yakin bahwa ada kebocoran lab.

Dilaporkan Forbes, Donald Trump berkata hanya memiliki "sedikit keraguan" bahwa virus corona berasal dari lab.

Trump mengeluarkan pernyataan itu saat wawancara di acara Fox Nation. Pembawa acara sedang membahas artikel Wall Street Journal bahwa intelijen AS menemukan ada beberapa peneliti di China yang dirujuk ke rumah sakit akibat penyakit mirip Covid.

Para peneliti itu dilarikan ke RS pada November 2019, beberapa pekan sebelum konfirmasi kasus pertama COVID-19.

Sebelumnya, Trump dikecam karena dianggap menyebar berita tidak benar terkait teori lab, tetapi baru-baru ini 18 ilmuwan prominen di majalah ilmiah Science menulis surat agar investigasi COVID-19 dilanjutkan, sebab teori kebocoran lab masih memungkinkan.

Sementara, media pemerintah China telah menyambut baik laporan WHO yang menyebut COVID-19 bukan made in China. Berikut respons China:

China Percaya Laporan WHO

Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020.
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020. (Source: AP)

Media pemerintah China pasang badan mendukung laporan investigasi WHO di Wuhan. Hasilnya, WHO tidak yakin bahwa asal COVID-19 adalah laboratorium di Wuhan.

Investigasi itu digelar pada Januari 2021 bersama perwakilan dari China.  

Sejumlah negara barat tidak langsung setuju pada hasil investigasi WHO-China. Mereka meminta adanya investigasi tahap dua, tetapi China menepis wacana itu karena dianggap bernuansa politis.

"Mengapa orang-orang tersebut, yang bahkan tidak datang untuk menginvestigasi di China, menggonggong di luar tembok? Saya tidak merasa mereka berbicara sains sungguhan dalam masalah ini,"  ujar Zeng Guang, kepala epidemiolog di CDC China, seperti dilaporkan media pemerintah China, Global Times, Kamis, 1 April 2021.

Ada 14 negara yang meragukan hasil investigasi WHO-China, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Mereka menyorot investigasinya yang tertunda serta kurangnya akses data. 

Pemimpin ilmuwan China yang terlibat investigasi adalah Liang Wannian. Ia berkata ada penundaan karena mengutamakan kualitas.

"Setiap kata, kesimpulan, dan data perlu diverifikasi dan dipilah, dan setiap paragraf perlu dinalarkan dengan logika," ujar dia.

Terkait Nama Baik China

FOTO: Lockdown Berakhir, Kereta Kembali Beroperasi di Wuhan
Penumpang yang mengenakan pakaian pelindung berkumpul di luar Stasiun Hankou, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Rabu (8/4/2020). Setelah 11 minggu lockdown, layanan kereta di kota yang menjadi titik awal pandemi virus corona COVID-19 ini kembali beroperasi. (AP Photo/Ng Han Guan)

Zeng Guang berkata bahwa asal virusnya bukanlah Wuhan, melainkan bisa saja di lokasi lain. Pihak China menyarankan investigasi di seluruh dunia.

Sementara, juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, berkata bahwa perlu ada tahap dua dalam pencarian asal muasal COVID-19 di Wuhan. Ia ingin ada pakar internasional dan independen.

Xin Qiang, deputi direktur Center for US Studies di Universitas Fudan turut mempertanyakan kenapa investigasinya hanya di China saja.

Langkah AS lantas dinilai murni memiliki tujuan politik, sehingga membuat China kesulitan membersihkan namanya.

"Maka dari itu, tak peduli berapa kali investigasi yang diminta AS, China tidak akan bisa membersihkan namanya," ujar Xin Qiang.

Infografis COVID-19:

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19
Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya