Pidato Pertama PM Fumio Kishida: Kebijakan dan Empati Untuk Perbaiki Jepang

Fumio Kishida berjanji akan memimpin dengan kepercayaan dan empati untuk memperbaiki Jepang.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Okt 2021, 19:36 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2021, 19:34 WIB
Fumio Kishida
Mantan Menteri Luar Negeri Fumio Kishida mengenakan masker saat meninggalkan panggung setelah memenangkan pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal di Tokyo, Rabu (29/9/2021). Kishida menang dalam pemilihan di parlemen menjadi perdana menteri Jepang yang baru. (Carl Court/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Tokyo - Dalam pidato kebijakan pertamanya pada Jumat, 8 Oktober, Perdana Menteri baru JepangĀ Fumio KishidaĀ berjanji untuk memperkuat manajemen pandemi COVID-19 dan perawatan kesehatan jika virus corona muncul kembali. Juga membalikkan ekonomi yang terpukul sambil memperkuat pertahanan negara terhadap ancaman dari China dan Korea Utara.

Ditugaskan dengan misi penting untuk menggalang dukungan publik menjelang pemilihan nasional pada 31 Oktober lalu, Kishida berjanji untuk mengejar politik 'kepercayaan dan empati'.

Mengutip dari AP, Jumat (8/10/2021), Fumio Kishida dipilih oleh parlemen dan dilantik pada Senin, 4 Oktober sebagai perdana menteri ke-100 Jepang. Posisi iniĀ menggantikan PM Jepang sebelumnya yaitu Yoshihide Suga yang turun setelah menjabat hanya satu tahun.

Pemerintahan Suga dianggap sewenang-wenang dalam penanganan terhadap virus COVID-19. Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo dalam kondisi kasus COVID-19 yang meningkat juga membuat marah publik dan melukai Demokrat Liberal yang berkuasa.

"Saya akan mengabdikan jiwa dan raga saya untuk mengatasi krisis nasional bersama rakyat untuk merintis era baru sehingga kita dapat mewariskan Jepang yang melimpah kepada generasi berikutnya," kata Kishida. Dia berjanji untuk lebih memperhatikan masalah dan kebutuhan publik dan menyiapkan langkah-langkah penanganan virus berdasarkan 'skenario kasus terburuk'.

Langkah-langkah yang dijanjikan termasuk memanfaatkan penurunan penularan untuk meningkatkan manajemen krisis sebelum memasuki musim dingin, menyetujui pil pengobatan COVID-19 pada akhir Desember dan digitalisasi sertifikat vaksin untuk digunakan dalam negeri saat jepang secara bertahap mencoba memperluas kegiatan sosial dan ekonomi.

Ā 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ancaman Keamanan dari China dan Korea Utara

Senyum Kim Jong-un Pantau Latihan Militer Korea Utara
Rudal ditembakkan sub-unit artileri jarak jauh Tentara Rakyat Korea saat latihan militer di lokasi yang dirahasiakan pada hari Senin (2/3/2020). Korea Selatan menyatakan, Korea Utara menembakkan yang diduga dua rudal balistik jarak pendek. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Seorang mantan moderat yang baru-baru ini mengamati masalah keamanan mengatakan bahwa Jepang juga harus meningkatkan kesiapsiagaan untuk ancaman regional yang berkembang.

Dia mengatakan lingkungan keamanan telah menjadi lebih parah dan bahwa dia akan merevisi strategi keamanan dan pertahanan nasional Jepang untuk meningkatkan kemampuan pertahanan rudal dan pertahanan angkatan laut.

"Saya bertekad untuk mempertahankan tanah, laut teritorial, dan ruang udara kita, serta kehidupan dan aset rakyat, apapun yang terjadi," kata Kishida.

Kishida mengatakan 'membangun hubungan yang stabil dengan China adalah penting tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga untuk kawasan dan komunitas internasional. Namun, Jepang, bila perlu akan bersuara menentang aktivitas sepihak dan koersif China di kawasan itu, sambil bekerja sama dengan negara-negara demokrasi yang berpikrian sama.

China menjadi lebih berani dalam mengejar klaim teritorialnya di Laut China Selatan yang disengketakan, pembangunan beberapa pulau buatan oleh China dan mengubahnya manjadi instalasi militer, serta di sekitar pulau Senkaku di Laut China Timur yang dikuasai Jepang yang juga diklaim China.

Beijing juga telah meningkatkan kegiatan militernya di sekitar Taiwan (yang memiliki pemerintahan sendiri) yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya.

Pengembangan rudal dan nuklir Korea Utara tidak dapat ditoleransi, tetapi Jepang berusaha untuk menormalkan hubungan diplomatik dengan Pyongyang dengan menyelesaikan masa lalu yang tidak mengenakkan. Merujuk pada masalah warga Jepang yang diculik ke Utara puluhan tahun lalu.

Kishida mengulangi bahwa dia siap untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk membuat sebuah terobosan.

Upaya Memodernisasi Birokrasi

Ilustrasi bendera Jepang (pixabay)
Ilustrasi bendera Jepang (pixabay)

Kishida mengulangi tujuan kebijakannya yang dibuat selama perlombaan kepemimpinan partai pemerintahan baru-baru ini dan berjanji untuk mencapai siklus pertumbuhan da distribusi positif dalam masyarakat yang menyeimbangkan kehidupan sehari-hari dan bahaya virus corona.

Dia mengatakan akan berusaha untuk mendorong pertumbuhan dengan investasi ke dalam penelitian dan pengembangan mutakhir dan mempromosikan digitalisasi untuk biokrasi yang modern, layanan dan industri, sambil mendorong perusahaan untuk menaikkan upah. Dia juga ingin meningkatkan dukungan pemerintah untuk pendidikan dan biaya hidup. Banyak ahli, bagaimanapun skeptis jika peningkatan pendapatan bisa dilakukan.

Kishida mengatakan dia berharap untuk menutup perpecahan yang disebabkan oleh pandemi yang telah memperburuk kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Ā 

Penulis: Anastasia Merlinda

Infografis Rudal Korea Utara Ancam Jepang

Infografis Rudal Korea Utara Ancam Jepang
Infografis Rudal Korea Utara Ancam Jepang
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya