Liputan6.com, New Delhi - Kabut asap beracun yang menyelimuti New Delhi membuat banyak siswa untuk tinggal di rumah dan tidak bisa kembali ke sekolah yang baru dibuka kembali pada Senin (8/11) ketika pihak berwenang melonggarkan pembatasan yang diberlakukan ketika pandemi COVID-19 pertama kali melanda India pada Maret tahun lalu.
"Polusi di Delhi berbahaya. Kami sebagai orang tua takut menyekolahkan anak-anak kami," tulis Kamlesh Sharma, salah satu orang tua di Twitter.
Baca Juga
Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (9/11/2021), New Delhi memiliki kualitas udara terburuk di antara ibu kota mana pun, tetapi bahkan menurut standarnya, beberapa hari terakhir ini sangat buruk.
Advertisement
Agar udara dianggap aman, Indeks Kualitas Udara (AQI), yang memiliki skala 500, harus di bawah 50.
Sementara di New Delhi, indeks kualitasnya adalah 385, masuk ke kategori berbahaya. Itu adalah peningkatan kecil dari 451 yang terdaftar minggu lalu karena angin sedang membantu menghilangkan sedikit polusi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ganggu Kegiatan Sekolah
Sementara beberapa sekolah telah memulai kembali kegiatannya, siswa berusia 14 tahun ke bawah diizinkan kembali belajar di sekolah untuk pertama kalinya pada hari Senin sebagai bagian dari pembukaan kembali sejak pandemi.
Tetapi banyak sekolah melaporkan kehadiran yang buruk pada hari pertama kembali karena ketakutan orang tua atas udara berbahaya dan risiko virus corona.
"Setelah COVID, polusi telah menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat terutama bagi anak-anak dan warga lanjut usia," kata Ashok Agarwal, presiden nasional, Asosiasi Orangtua Seluruh India, mengungkapkan rasa frustrasinya dengan kurangnya penegakan hukum, dan kemauan politik untuk memperbaiki udara Delhi.
Advertisement
Bahaya Polusi Buruk di India
Partikel polusi udara dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan seperti kanker paru-paru. Dan, di India, udara beracun membunuh lebih dari satu juta orang setiap tahun.
Penurunan kualitas udara yang parah selama seminggu terakhir disebabkan oleh para petani yang melanggar larangan pembakaran jerami di negara bagian pertanian di sekitar ibu kota dan orang-orang mengabaikan larangan kembang api untuk merayakan Diwali, festival cahaya Hindu.
Hampir 80 persen keluarga di wilayah Delhi, dengan populasi sekitar 20 juta, melaporkan penyakit seperti sakit kepala, masalah pernapasan, dan pilek akibat polusi udara, menurut survei terhadap 34.000 responden oleh agen swasta, Local Circles.
"Dengan sekolah tatap muka akhirnya dibuka setelah lama kelas online, banyak orang tua tampaknya enggan mengirim anak-anak ke sekolah dalam beberapa minggu mendatang karena risiko ganda COVID dan polusi," kata Sachin Taparia, kepala Local Circles.