Liputan6.com, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina dan memicu perlawanan dari berbagai pihak.
Tak lama setelah pengumuman itu, ledakan terjadi di ibu kota Ukraina, Kiev pada Kamis (24/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di hari yang sama menyerukan kepada dewan Keamanan dan Pertahanan nasionalnya untuk mengumumkan darurat militer terhadap Rusia.
Dikutip dari laman BBC, Kamis (24/2/2022), Dewan Keamanan dan Pertahanan diharapkan mengadakan pertemuan mendesak untuk memutuskan masalah ini.
Sejumlah negara mengecam hal ini. Mendukung posisi Ukraina agar dapat terus mempertahankan kedaulatannya. Dikutip dari berbagai sumber, berikut 5 negara yang berada di belakang Ukraina:
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat jelas jadi 'pemimpin' utama dalam mendukung posisi Ukraina.
Menanggapi serangan Rusia, Presiden AS Joe Biden mengutuk "serangan yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan yang dilakukan pasukan militer Rusia" di Ukraina.
"Presiden Vladimir Putin telah memilih perang terencana yang akan membawa korban jiwa dan penderitaan manusia," kata Biden dalam sebuah pernyataan, demikian dikutip dari laman CNA, Kamis (24/2/2022).
"Rusia sendiri bertanggung jawab atas kematian dan kehancuran yang akan ditimbulkan serangan ini. Dunia akan meminta pertanggungjawaban Rusia."
Â
Advertisement
2. Inggris
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengutuk serangan mengerikan yang tidak beralasan yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina.
Serangan ini terjadi tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer.
Liz Truss men-tweet, dia sangat mengutuk "serangan mengerikan dan tidak beralasan yang diluncurkan Presiden Putin terhadap rakyat Ukraina", demikian dikutip dari laman BBC, Kamis (24/2/2022).
Dia mengatakan, Inggris mendukung Ukraina dan akan membuat tanggapan bersama dengan mitra internasional untuk "tindakan agresi yang mengerikan ini".
Â
3. Prancis
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa 8 Februari mengunjungi Ukraina dan melangsungkan pertemuan dengan Volodymyr Zelensky. Langkah diplomatik ini dilakukan Emmanuel Macron dalam upaya membahas proses perdamaian yang bertujuan untuk menyelesaikan krisis di dalam dan sekitar Ukraina.
Pada pembicaraan tersebut, Zelensky menyuarakan harapan bahwa pertemuan berikutnya para pemimpin Empat Normandia, yang meliputi Ukraina, Prancis, Jerman dan Rusia, dapat berlangsung "dalam waktu dekat".
"Langkah penting ke arah ini adalah intensifikasi dialog di tingkat penasehat politik," kata Zelensky seperti dikutip oleh layanan persnya, demikian dikutip dari Xinhua, Rabu (9/2/2022).
"Kami berharap pertemuan di Paris, yang berlangsung pada 26 Januari 2022, dan pembicaraan mendatang di Berlin akan membawa kita lebih dekat untuk mengadakan pertemuan negara Normandia ini."
Â
Advertisement
4. Australia
Australia menjatuhkan sanksi kepada Rusia sebagai tanggapan atas krisis Ukraina.
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia 'selalu melawan pengganggu' dan 'harus ada konsekuensi atas tindakan Rusia'.
Scott Morrison bertemu dengan komite keamanan nasional kabinet pada Rabu kemarin sebelum menyatakan pemerintah Rusia "berperilaku seperti preman dan pengganggu" dan "harus ada konsekuensi atas tindakan Rusia".
Â
5. Jepang
Jepang pada Selasa (22/2) mengatakan siap bergabung dengan Amerika Serikat dan negara-negara industri G7 lainnya dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, jika Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Konfirmasi yang dilakukan oleh negara dengan perekonomian ketiga terbesar di dunia itu muncul ketika krisis di Eropa semakin dalam.
Pemimpin Rusia pada Senin (21/) memerintahkan pasukan untuk memasuki dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur yang sekarang diakui Rusia sebagai negara merdeka, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (23/2/2022).
Tindakan itu "tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran hukum internasional," Perdana Menteri Fumio Kishida, yang menelepon Putin pada Kamis untuk mendesak ia menahan diri. Jepang siap untuk memberikan tanggapan yang keras yang dapat mencakup sanksi, tambahnya.
Advertisement