Liputan6.com, Seoul - Momen Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea Selatan menghadapi sejumlah kendala cuaca, mulai dari gelombang panas dengan suhu mencapai 40 derajat Celcius hingga ancaman Topan Khanun. Kontingen Indonesia termasuk salah satu yang bertahan dalam kegiatan akbar empat tahun sekali itu, dan dievakuasi pada Senin, 8 Agustus 2023.
"Pemindahan sudah berlangsung dari pukul 08.00 pagi hingga setengah 7 malam. Ada 40 bus yang dikerahkan dalam evakuasi ini bersama pengawalan oleh polisi Korea Selatan," ujar Waka Kwarnas/Kakom Kehumasan & Informatika Berthold Sinaulan dalam program Live Streaming Liputan6 Update, Rabu (9/8/2023).
Baca Juga
Kondisi terkini dari para peserta asal Indonesia, sambung Berthold, sangat baik dan masih antusias mengikuti kegiatan wisata dari Pemerintah Korea Selatan sebagai alternatif yang menggantikan kegiatan kepramukaan yang harus diselesaikan lebih awal akibat menghindari Topan Khanun.
Advertisement
"Kondisi Kontingen Indonesia sangat baik, kita juga dibantu oleh gubernur Provinsi Jeollabuk, tempat berlangsungnya acara ini. Kita dibantu juga dengan persediaan makanan halal untuk 1.569 adik-adik kita," tutur Berthold.
Salah satu isu yang sedang ramai dibicarakan dalam acara Jambore Pramuka dunia ini adalah pelecehan seksual.Â
Mengutip dari BNN Network, Kim Tae-yeon, kepala kontingen ke-900 Dewan Provinsi Jeolla Utara Asosiasi Pramuka Korea, mengadakan konferensi pers dan mengklaim bahwa seorang pengawas laki-laki asal Thailand berusia 30-an atau 40-an mengikuti kepala kontingen perempuan mereka ke ruang shower pada Rabu lalu, 2 Agustus 2023, dan melakukan pelecehan seksual terhadapnya.
Atas kasus ini, Berthold menyampaikan bahwa para kontingen asal Indonesia dalam keadaan aman dan baik-baik saja.
“Kontingen Indonesia aman, mereka diawasi ketat oleh kakak kakaknya. Kalau pergi keluar tidak boleh sendirian, harus minimal berdua atau kalau bisa pergi beregu dengan kakak pemimpinnya," tambahnya.
Berikut ini keterangan selengkapnya dalam video: