Kepala Perekrutan Tentara Ukraina Terlibat Skandal Korupsi di Tengah Perang, Dipecat Zelensky

Presiden Volodymyr Zelenskyy memperluas perjuangannya melawan korupsi pada Jumat (11/8) dengan memecat semua kepala pusat perekrutan tentara regional Ukraina.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Agu 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2023, 11:00 WIB
Pasukan Ukraina Pukul Mundur Tentara Rusia dari Wilayah Kharkiv
Seorang tentara Ukraina berdiri di atas bendera Rusia di Izium, wilayah Kharkiv, Ukraina, 13 September 2022. Pasukan Rusia tampak meninggalkan Kota Izium dan Svatove di Luhansk usai pasukan Ukraina memulai serangan baru ke arah timur melalui Kharkiv. (AP Photo/Kostiantyn Liberov)

Liputan6.com, Kiev - Presiden Volodymyr Zelensky memperluas perjuangannya melawan korupsi pada Jumat (11/8) dengan memecat semua kepala pusat perekrutan tentara regional Ukraina saat perang dengan Rusia memasuki tahap kritis.

Zelenskyy mengatakan penyelidikan negara terhadap seluruh bagian Ukraina mengungkapkan pelanggaran yang dilakukan oleh para pejabat, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (13/8/2023).

Pelanggaran itu meliputi upaya memperkaya diri secara ilegal hingga mengangkut orang-orang yang memenuhi syarat rekrutmen militer melintasi perbatasan.

Padahal Ukraina memberlakukan larangan masa perang bagi mereka untuk meninggalkan negara itu.

Dia mengatakan 112 kasus pidana telah dibuka dalam penyelidikan luas yang diluncurkan setelah skandal korupsi di kantor perekrutan di wilayah Odesa pada bulan lalu.

Dia menggunakan pernyataan-pernyataan keras yang kemungkinan besar akan disambut baik oleh orang Ukraina yang terkejut dengan adanya kasus korupsi masa perang.

"Sistem ini harus dijalankan oleh orang-orang yang tahu persis apa itu perang dan mengapa sinisme dan penyuapan selama perang adalah pengkhianatan," katanya, seraya menambahkan bahwa mereka yang dipecat akan digantikan oleh veteran baru dan tentara yang terluka di garis depan.

 

Pemberantasan Korupsi di Tengah Perang dengan Rusia

Perjuangan Tentara Medis Militer Ukraina di Medan Pertempuran Melawan Rusia
Petugas medis militer memberikan pertolongan pertama kepada tentara yang terluka (kanan) dan memasukkan jenazah tentara yang tewas ke dalam tas dekat Kremenna di wilayah Luhansk, Ukraina, 16 Januari 2023. Hingga saat ini pejabat Ukraina menolak untuk mengonfirmasi jumlah korban dalam perangnya dengan Rusia, setelah ketua Komisi Uni Eropa pada akhir November 2022 lalu memperkirakan bahwa "lebih dari 20.000 warga sipil dan 100.000 tentara Ukraina telah tewas di Ukraina hingga saat ini." (AP Photo/LIBKOS)

Ukraina telah menjadikan pemberantasan korupsi sebagai prioritas karena menangkis invasi skala penuh Rusia dan menjajaki kemungkinan bergabung dengan Uni Eropa. Kyiv telah memecat atau menuntut sejumlah pejabat tinggi yang terlibat dalam kasus salah urus.

Zelenskyy mengatakan bahwa setiap petugas rekrutmen tentara yang dipecat yang tidak diselidiki harus maju ke depan untuk berjuang demi Ukraina "jika mereka ingin mempertahankan tanda pangkat mereka dan membuktikan martabat mereka."

"Tapi izinkan saya menekankan: tentara bukan dan tidak akan pernah menjadi pengganti hukuman pidana. Pejabat yang mengacaukan tanda pangkat dengan imbalan pasti akan diadili," katanya dalam pernyataannya.

Puluhan ribu warga Ukraina tewas atau terluka dalam pertempuran sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022.

Bulan lalu, kepala pusat perekrutan wilayah Odesa diperintahkan untuk ditahan sebelum persidangan karena dicurigai memperkaya diri secara ilegal. Laporan media Ukraina menemukan keluarganya memperoleh properti mewah di Spanyol.

Terlepas dari gerakan baru-baru ini melawan korupsi, Ukraina masih menempati peringkat ke-116 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi terbaru dari Transparency International.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Transparansi pada Juni menemukan bahwa 77 persen warga Ukraina percaya bahwa korupsi adalah salah satu masalah paling serius di Ukraina.

Zelenskyy terpilih pada 2019 dengan janji kampanye untuk memberantas korupsi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya