Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengungkap adanya kesamaan dalam konflik Rusia-Ukraina dengan perang Israel Vs Hamas, yakni keterlibatan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat di baliknya. Menurut dia, peran negara-negara tersebut membuat konflik di kedua wilayah menjadi berkepanjangan.
"Ada satu kesamaan dan presiden kami (Putin) sudah sangat jelas dengan menyalahkan keadaan di Palestina kepada Amerika Serikat. Mereka menghalanginya," ungkap Lyudmila dalam keterangan pers, Rabu (22/11/2023).
Baca Juga
Menurut dia, AS menghalangi implementasi two-state-solution yang selama ini digaungkan oleh PBB.
Advertisement
"Tentu, itu akan menghalangi warga Palestina untuk memiliki kehidupan yang normal," katanya.
Keterlibatan AS, sebut Lyudmila, juga hadir di balik konflik Rusia-Ukraina.
"Sama halnya dengan yang terjadi antara Maidan dan Ukraina. AS berada di belakang krisis ini," lanjutnya. Lyudmila mengatakan bahwa kehadiran AS dalam dua konflik tersebut merupakan contoh konkret dari rules-based order, aturan yang dibentuk sendiri oleh AS dan bertentangan dengan hukum internasional.
"Ketika banyak orang dibunuh, Amerika Serikat mulai berusaha menyampingkan hukum internasional dan justru memperkenalkan hukum yang mereka buat sendiri. Itu yang terjadi," tutur Lyudmila.
Maka dari itu, ia juga mendorong agar masyarakat dunia kembali merujuk pada hukum internasional saja.
"Kita punya solusi yang berdasarkan pada hukum internasional tapi sayangnya AS dan sekutunya mencegah itu terjadi. Itulah mengapa kita menolak konsep rules-based order," tambah Lyudmila.
Menjauhkan dari Perdamaian
Lebih jauh, Lyudmila menyebut bahwa langkah yang selama ini diambil oleh AS bukannya mencari solusi perdamaian namun justru menjauhkannya.
"Mereka tidak mengarah pada perdamaian atau stabilitas dan kemakmuran banyak orang," kata Lyudmila.
"Mereka justru mengarah pada perang. Banyak orang dibunuh, pertumpahan darah dan krisis baik di Ukraina atau di Timur Tengah."
Advertisement
Dorong Solusi Dua Negara
Terkait posisinya dalam konflik tersebut, Rusia kembali menegaskan posisinya terkait perang Israel Vs Hamas, menyebut pihaknya mendorong two-state-solution atau solusi dua negara dalam menyelesaikan konflik yang tengah berlangsung di Timur Tengah itu.
"Pernyataan Presiden (Putin) sangat jelas. Kami melihat satu-satunya solusi adalah two-state-solution. Prinsip ini tertuang dalam resolusi Dewan Keamanan PBB yang tidak pernah benar-benar diimplementasikan," ujar Lyudmila.
Â
Apresiasi Peran OKI
Ia turut mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh para pemimpin dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia, dalam mendorong gencatan senjata oleh Israel demi meredakan isu kemanusiaan yang dialami masyarakat sipil di Gaza.
"Kami mengapresiasi seluruh upaya yang dilakukan anggota OKI, mereka melakukan KTT di Riyadh dan mereka telah menyatakan pentingnya gencatan senjata untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza," tuturnya.
"Dan posisi itu sama dengan posisi Rusia. Kami siap untuk berkoordinasi erat dengan mitra negara Arab dan negara Islam untuk menurunkan eskalasi di wilayah konflik," sambungnya lagi.
Dubes Lyudmila mengakui bahwa semakin hari, kondisi masyarakat Gaza semakin memprihatinkan. Terlebih, dengan banyaknya korban yang setiap hari berjatuhan.
"Kita lihat situasi di Gaza semakin memburuk setiap hari. Kejadian tragis ini sudah memakan lebih dari seribu korban jiwa di pihak Israel dan lebih dari 11 ribu jiwa rakyat Palestina. Mayoritas dari mereka hanya rakyat biasa, termasuk perempuan dan anak-anak. Tentu saja ini bencana kemanusiaan," tegasnya.
Advertisement