Liputan6.com, Bengaluru - Badan antariksa asal Amerika Serikat (AS) NASA rencananya akan melatih astronot India untuk perjalanan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada awal tahun depan. Hal ini diungkapkan oleh Administrator NASA Bill Nelson, menandai semakin eratnya kerja sama antara India dan Amerika Serikat di bidang antariksa.
"Ada peluang untuk berbagi ilmu pengetahuan," kata Nelson, berbicara di sebuah acara di Bengaluru, di mana dia dijadwalkan untuk memeriksa satelit NISAR pada Kamis 30 November 2023.
Baca Juga
Dilansir CNA, Sabtu (2/12/2023), NASA-ISRO SAR (NISAR) adalah sistem observatorium orbit rendah Bumi yang dikembangkan bersama oleh NASA dan ISRO (Organisasi Penelitian Luar Angkasa India). Berukuran sebesar SUV, satelit ini akan diluncurkan dari India pada kuartal pertama tahun depan, dengan target peluncuran yang ditetapkan pada bulan Januari.
Advertisement
NISAR akan memetakan seluruh planet setiap 12 hari sekali, memberikan data untuk memahami perubahan ekosistem, massa es, biomassa vegetasi, kenaikan permukaan laut, air tanah, dan bahaya alam termasuk gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan tanah longsor.
India bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar peluncuran satelit global sebanyak lima kali lipat dalam dekade berikutnya, dan setuju untuk bergabung dengan Artemis Accords milik NASA pada bulan Juni tahun ini.
Perjanjian tersebut bertujuan untuk memperjelas dan memodernisasi prinsip-prinsip Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967 yang telah diratifikasi secara luas dengan mendorong transparansi ilmiah, serta menetapkan aturan koordinasi untuk menghindari gangguan berbahaya di luar angkasa dan di Bulan.
India Berambisi Bangun Stasiun Luar Angkasa Tahun 2035
Perdana Menteri India Narendra Modi telah mengumumkan soal misi negaranya ke Bulan pada tahun 2040, dan mendirikan stasiun luar angkasa pada tahun 2035.
"India sekarang harus mencapai tujuan baru dan ambisius termasuk mendirikan Stasiun Luar Angkasa India pada tahun 2035 dan mengirimkan orang India pertama ke bulan pada tahun 2040," bunyi pernyataan pemerintah, Selasa (17/10).
Negara berpenduduk terpadat di dunia ini sedang meningkatkan program luar angkasanya, dan sedang mempersiapkan uji terbang untuk misi luar angkasa berawak pertamanya.
"Untuk mewujudkan visi ini, Departemen Luar Angkasa akan mengembangkan peta jalan eksplorasi Bulan," tambah pernyataan itu.
Misi berawak ke luar angkasa selama tiga hari disebut Gaganyaan atau "Skycraft". Misi tersebut diperkirakan akan berlangsung tahun depan dan akan menelan biaya sekitar USD 1,08 miliar, menurut badan antariksa India ISRO.
Advertisement
Keberhasilan India di Bidang Luar Angkasa
India dikenal menjalankan operasi luar angkasa berbiaya rendah. Para ahli mengatakan hal ini dapat terjadi dengan menyederhanakan teknologi yang ada, dan mempekerjakan sejumlah besar insinyur di India yang bayarannya tidak sebesar rekan-rekan mereka di dunia.
Pada Agustus 2023, India menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat di dekat kutub selatan bulan. India sukses menciptakan sejarah ketika misi Chandrayaan-3 berhasil mendarat di wilayah kutub bagian selatan Bulan.
Dengan ini, India bergabung dengan kelompok negara elit yang mencapai misi pendaratannya di Bulan, setelah AS, Uni Soviet (kini Rusia), dan China.
Chandrayaan-3 berhasil mendarat sesuai rencana pada pukul 18:04 waktu setempat (12:34 GMT).
Sementara bulan lalu, India juga sukses meluncurkan misi dengan meluncurkan pesawat luar angkasa untuk mengamati lapisan luar matahari.
Pada tahun 2014, ISRO menempatkan satelit ke orbit di sekitar Mars, dan meluncurkan 104 satelit pada tahun 2017.
Misi Luar Angkasa India
Lebih jauh, India juga memiliki rencana untuk bersama-sama meluncurkan penyelidikan ke Bulan dengan Jepang, mendaratkan pesawat di Mars, dan mengirim misi ke Venus dalam dua tahun ke depan.
India menyatakan bahwa mereka hanya menyumbang dua persen dari USD 386 miliar ekonomi antariksa global, dan diharapkan akan meningkat menjadi sembilan persen pada tahun 2030.
Advertisement