Liputan6.com, Jakarta - International Repetitive Strain Injury Awareness Day atau dikenal sebagai Hari Kesadaran Cedera Regangan Berulang Internasional ternyata diperingati pada 28 Februari, beberapa sumber menyebut atau 29 Februari ketika masuk tahun kabisat.
Hari Kesadaran Cedera Regangan Berulang ini berupaya untuk mengedukasi masyarakat tentang cedera regangan berulang. Hal ini juga merupakan hari untuk para tim medis membantu pasien mereka belajar bagaimana mencegah jenis cedera serius ini.
Mengutip dari nationaldaycalendar.com, cedera regangan yang berulang ini terjadi ketika bagian tubuh tertentu mengalami kerusakan akibat gerakan berulang atau penggunaan berlebihan. Salah satu contoh cedera regangan berulang adalah sindrom carpal tunnel -- kondisi umum yang menyebabkan mati rasa, kesemutan, dan nyeri pada tangan dan lengan.
Advertisement
Cedera seperti ini biasa terjadi pada olahragawan.
Dengan kehati-hatian cedera ini dapat disembuhkan dan dicegah, mengutip dari nationaltoday.com.
Tiga penyebab utama cedera regangan berulang antara lain melakukan aktivitas berulang yang mengakibatkan ketegangan, melakukan aktivitas berintensitas tinggi dalam waktu lama tanpa istirahat, dan postur tubuh yang buruk atau posisi badan yang tidak benar.
Cedera regangan berulang ini juga dapat menyebabkan rasa sakit dan kelemahan, namun dapat disembuhkan jika ditangani dengan benar. Namun dalam beberapa kasus yang lebih serius, cedera ini tidak bisa diobati jika tidak ditangani dalam rentang waktu yang lama.
Gejala dari cedera ini bisa berupa nyeri, sesak, nyeri tumpul, berdenyut, mati rasa, dan kesemutan.
Sejarah Awal
Hari Kesadaran Cedera Regangan Berulang ini dirayakan oleh Catherine Fenech, ia selalu menganjurkan keselamatan kerja yang lebih baik di Kanada.
Ia akhirnya menjadikan perayaan pertama Hari Kesadaran Cedera ini pada tahun 2000 dan memilih 29 Februari sebagai satu-satunya hari yang tidak berulang dalam kalender. Selama tahun non-kabisat, Hari Kesadaran Cedera Regangan Berulang Internasional diperingati pada tanggal 28 Februari, mengutip dari nationaltoday.com.
Cedera ini dapat dikenali sebagai cedera regangan berulang dari gejalanya. Jika sering mengalami nyeri, kaku, berdenyut, kesemutan, lemas, dan kram pada bagian tubuh tertentu, kemungkinan besar menderita cedera regangan berulang.
Mereka yang bekerja pada pekerjaan yang mengulangi gerakan yang sama beberapa kali dalam sehari kemungkinan besar akan mengalami cedera regangan berulang.
Dua juta pekerja diketahui menderita cedera regangan berulang di Amerika Serikat dalam setahun, dan dapat pulih dari cedera tersebut dengan mengambil cuti dan menjalani perawatan yang tepat.
Dalam banyak kasus, pekerja yang menderita cedera regangan berulang berhak mendapatkan tunjangan kesehatan. Namun, biayanya tidak murah.
Di Amerika, harus menanggung biaya hingga 20 miliar dolar atau sekitar Rp313 triliun per tahun untuk membantu pekerja mengobati cedera regangan yang berulang.
Cedera regangan di tempat kerja biasanya disebabkan oleh penataan tempat yang tidak sesuai, dan juga bisa disebabkan oleh para pekerja yang tidak mendapatkan waktu istirahat yang disarankan, duduk di kursi yang tidak nyaman, atau bekerja dengan posisi tubuh yang tidak benar, kemungkinan besar akan mengalami cedera regangan berulang.
Para tenaga medis percaya bahwa tidak boleh mengabaikan atau memperburuk cedera akibat regangan yang berulang.
Hal ini menimbulkan konsekuensi jangka panjang dan penderitanya harus mencari bantuan medis segera setelah didiagnosa mengalami cedera regangan berulang.
Advertisement
Kronologi Hari Internasional Untuk Kesadaran Cedera Regangan Berulang
- 1700
- Deskripsi Pertama: Dokter di Italia, Bernardino Ramazzini pertama kali menjelaskan jenis cedera ini.
- 1854
- Sindrom carpal tunnel: Ahli bedah di Inggris, James Paget mengidentifikasi sindrom tersebut.
- 1857
- Telegraphic Paralysis atau Kelumpuhan Telegrafik: Cedera regangan yang berulang terjadi pada karyawan di kantor telegraph.
- 1900
- The Percussion Test: Ahli saraf, Jules Tinel, menciptakan “Tes Perkusi” untuk mendeteksi cedera pada saraf medianus.
Cara Memperingati Hari Kesadaran Cedera Regangan Berulang
Mengutip dari nationaltoday.com ada beberapa cara untuk memperingati Hari Kesadaran Cederan Regangan Berulang Internasional, berikut adalah beberapa caranya:
1. Menghadiri seminar.
Hadiri seminar kesehatan untuk memperingati Hari Kesadaran Cedera Regangan Berulang Internasional. Kamu juga bisa menyarankan para pekerja untuk mengadakan upaya peningkatan kesadaran tentang cedera ini.
2. Pastikan tempat kerja memiliki lingkungan yang baik.
Untuk mencegah cedera regangan berulang, periksa apakah ergonomi di tempat kerja sudah sesuai. Idealnya, ergonomi harus sesuai dalam membantu postur yang baik dan mencegah cedera dan ketegangan tersebut.
3. Periksakan diri sendiri.
Cara terbaik untuk memperingati Hari Kesadaran Cedera Regangan Berulang Internasional adalah dengan memeriksakan diri sendiri, jika pernah mengalami nyeri kronis.
Perawatan medis yang tepat waktu sangat penting untuk menyembuhkan cedera tersebut.
Mengapa Hari Ini Harus Dirayakan?
Mendorong gaya hidup yang aman ketika bekerja
Hari Internasional Kesadaran Cedera Regangan Berulang mendorong gaya hidup sehat dengan mempromosikan praktik gaya hidup yang dapat menyembuhkan dan mencegah cedera stres berulang.
Hari ini memungkinkan untuk mengetahui berbagai penyebab cedera dan cara menghindarinya.
Membuat pengobatan menjadi lebih mudah
Hari Internasional Kesadaran Cedera Regangan Berulang dapat membantu pasien dan dan para tenaga medis, serta mengumpulkan dan mengarahkan satu sama lain ke komunitas yang membantu untuk lebih memahami komplikasi tentang cedera ini dan bagaimana perawatan untuk cedera regangan berulang.
Mendukung lingkungan tempat kerja yang lebih aman
Hari Internasional Kesadaran Cedera Regangan Berulang juga membantu untuk pemberian tempat kerja yang lebih aman dan sehat dengan memastikan bahwa hal-hal yang berkaitan seperti tempat duduk di tempat kerja bersifat ergonomis dan pekerja diberikan waktu istirahat yang sesuai.
Hal ini mendorong untuk lebih berhati-hati dalam memastikan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi para pekerja.
Advertisement