PBB Ungkap Penyebab Utama Bantuan Kemanusiaan Sulit Sampai ke Gaza

PBB melaporkan adanya kekerasan yang meluas di wilayah kantong Palestina.

oleh Tim Global diperbarui 22 Jul 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 07:00 WIB
Krisis Kesehatan Hantui Kota Gaza akibat Penumpukan Limbah Sampah
Anak-anak Palestina mengayuh sepeda melewati tempat pembuangan sampah besar di sepanjang jalan utama di Kota Gaza pada 24 Februari 2024. (Foto oleh AFP)

Liputan6.com, Jenewa - Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa salah satu penyebab hambatan utama dalam penyaluran bantuan kemanusiaan kepada jutaan warga Palestina adalah karena Jalur Gaza telah berada dalam keadaan anarki.

"Kantor kami telah mendokumentasikan dugaan pembunuhan di luar hukum terhadap polisi setempat dan pekerja kemanusiaan, dan pencekaman pasokan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup penduduk sipil. Anarki sedang menyebar," kata Ajith Sunghay, kepala Kantor Hak Asasi Manusia PBB untuk Wilayah Pendudukan Palestina, seperti dilansir VOA Indonesia, Minggu (21/7/2024). 

Sunghay, yang baru saja kembali dari kunjungan sembilan hari ke Gaza, mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa kondisi di sana telah memburuk secara signifikan sejak misi terakhirnya ke wilayah kantong Palestina beberapa minggu lalu. Ia menyampaikan hal tersebut dari Amman, Yordania, 

“Rakyat Gaza sangat menderita. Ini benar-benar membuat putus asa. Sekali lagi, orang-orang berpindah dari utara ke selatan, meskipun mereka melakukan perjalanan dengan kesadaran bahwa hal itu penuh dengan bahaya,” ucap Sunghay.

“Saya melihat sepeda motor dan trailer berisi barang-barang pribadi terbakar di jalan. Tidak ada siapa-siapa,” tutur Sunghay. “Yang jelas tidak ada seorang pun yang selamat dari serangan itu.”

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tak Ada Tempat Aman bagi Warga Gaza

Foto Paling Mengharukan Sepanjang 2023
Foto yang diambil pada 11 Oktober 2023 ini menunjukkan pemandangan udara dari bangunan-bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp Jabalia bagi para pengungsi Palestina di Kota Gaza. (Yahya HASSOUNA/AFP)

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 503 warga Palestina telah tewas, sebagian besar di Gaza tengah, sejak 12 Juli. Selama periode itu, PBB mengatakan tiga insiden korban massal telah terjadi di berbagai wilayah Gaza, di mana dua sekolah yang dikelola UNRWA diserang. Serangan itu menewaskan hampir 200 orang Palestina dan melukai ratusan lainnya.

“Perintah evakuasi Israel pada 9 Juli, salah satu yang terbesar sejak 7 Oktober (2023), telah memaksa keluarga-keluarga tersebut mengambil pilihan yang mustahil – tetap tinggal di tengah kekerasan aktif atau mengambil risiko melarikan diri ke daerah yang masih menjadi sasaran serangan dan hampir tidak ada ruang atau layanan,” kata Jeremy Laurence, juru bicara Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB.

“Tidak ada tempat yang aman bagi masyarakat di Gaza," imbuhnya.


Potensi Penjarahan

Potret Sekolah Al-Razi di Nuseirat Gaza yang Luluh Lantak Dibombardir Israel
Selain kerusakan pada bangunan, serangan Israel di sekolah tersebut menewaskan sejumlah orang. (Eyad BABA/AFP)

Militan Hamas secara brutal menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Israel membalas serangan Hamas dengan ofensif yang keras. Sekitar 120 sandera masih berada di tangan Hamas di Gaza.

Ajith Sunghay menyebut dampak yang ditimbulkan dapat diprediksi mengingat kurangnya keamanan dan populasi orang muda yang besar, dan bergejolak di Gaza.

“Para pemuda yang punya banyak energi, tidak tahu harus berbuat apa. Kalau penegakan hukum sudah dibubarkan, dalam skenario ini, tentu saja terjadi penjarahan,” ujarnya. “Saat masyarakat kelaparan dan tidak ada penegakan hukum, terjadi penjarahan, terjadi kekacauan, terjadi anarki.”

Dia menekankan bahwa perhatian harus diberikan pada situasi yang “sangat berbahaya."

“Kami ingin polisi kembali turun ke jalan dan menertibkan di sana," ujar Sunghay.


Tuding Israel Tutup Akses Bantuan

Truk Bantuan Kemanusiaan
Perang menyebabkan kondisi di Gaza semakin memburuk. (Mohammed ABED/AFP)

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok-kelompok bantuan menuduh Israel menutup sebagian besar penyeberangan perbatasan ke Gaza – dan mencegah pasokan bantuan untuk menyelamatkan nyawa lebih dari 2 juta orang yang sangat membutuhkan.

Pihak berwenang Israel menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa bantuan menumpuk di perbatasan Gaza dan bahwa PBB tidak mengumpulkan serta mendistribusikan pasokan bantuan di dalam Gaza.

Juru bicara Dana Anak-anak PBB (United Nation's Children Funds/UNICEF) James Elder tidak termakan dengan argumen tersebut.

“Telah ada dan ada pembatasan yang disengaja atas masuknya bantuan,” katanya, seraya mencatat bahwa pasokan yang masuk ke Gaza hanya melalui “satu jalan,” yaitu penyeberangan Kerem Shalom, dan “hal itu dilakukan dengan sengaja.”

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya