Polisi Bongkar Jaringan Pornografi Ilegal Terbesar dalam Sejarah Taiwan

Di antara mereka yang ditangkap terkait jaringan pornografi ilegal terbesar dalam sejarah Taiwan adalah guru, personel militer, pekerja IT, dan sejumlah kecil polisi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Agu 2024, 13:02 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 13:02 WIB
Ilustrasi Pornografi
Ilustrasi Pornografi. (Dok. Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Liputan6.com, Taipei - Polisi membongkar jaringan pornografi ilegal terbesar dalam sejarah Taiwan, menangkap ratusan orang yang terhubung dengan forum internet dan Telegram yang membagikan gambar pelecehan seksual anak dan rekaman perempuan yang direkam tanpa sepengetahuan mereka.

Dalam konferensi pers hari Rabu (31/7/2024), penyidik ​​mengatakan 449 pria yang ditangkap sejauh ini diduga melanggar Undang-Undang Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak dan Remaja Taiwan, pencucian uang, dan terlibat dalam kejahatan terorganisasi. Demikian seperti dilansir The Guardian, Sabtu (3/8).

"Sekitar 180 pelanggan, yang membayar dalam mata uang kripto dan network tokens, serta staf operasional dan manajemen dan editor video termasuk di antara mereka yang ditangkap," kata Biro Investigasi Kriminal (CIB).

Menurut Taipei Times, salah satu yang ditangkap adalah seorang pria bermarga Chang, yang diduga mengelola Chuangyi Sifang, platform pornografi ilegal terbesar di Taiwan dengan 5.000 anggota. Chang disebut menjalankannya atas nama pemiliknya yang diduga berada di China.

Chang dan tiga orang lainnya diduga kuat melakukan kejahatan, kata jaksa penuntut, dan ditahan. Enam belas orang lainnya didakwa dan dibebaskan dengan jaminan. Sementara itu, lebih dari 100 korban telah diidentifikasi.

Komputer, telepon, catatan keuangan, dan sekitar USD 30.000 dalam bentuk mata uang dari Taiwan, Hong Kong, dan China disita selama beberapa penggerebekan pada bulan Juni dan Juli oleh polisi dari 64 lembaga dan kantor polisi di 17 wilayah hukum Taiwan.

Operasi ini menargetkan dua platform dan dua grup Telegram. Pihak berwenang menyebutkan bahwa konten yang diperdagangkan termasuk gambar seksual anak-anak dan remaja, serta rekaman wanita di kamar mandi restoran, bar, dan tempat umum lainnya, yang direkam tanpa sepengetahuan mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tantangan Aparat Penegak Hukum

Ilustrasi Pornografi
Ilustrasi Pornografi. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Pemerintah Taiwan dinilai tidak bertindak cukup cepat untuk mengatasi penyebaran pornografi ilegal dan gambar pelecehan anak. Menurut media lokal, memiliki gambar pelecehan anak baru dikriminalisasi pada tahun 2023.

Pada bulan April, Yayasan Penyelamatan Perempuan menyerukan peningkatan hukuman bagi mereka yang memperoleh gambar-gambar itu, sejalan dengan mereka yang membuat atau menyediakannya.

Direktur Pusat Kejahatan Berteknologi Tinggi CIB Rufus Lin dalam konferensi pers pada hari Rabu menuturkan sulit menutup jaringan tersebut karena mereka dijalankan pada akun dan domain luar negeri, meskipun dioperasikan dan dikelola dari Taiwan.

Lin menyerukan agar para terdakwa dituntut seberat-beratnya sesuai hukum dan menggarisbawahi bahwa penyelidikan terus berlanjut.

"Jangan berpikir Anda tidak akan tertangkap," kata Lin.

Masalah ini khususnya menjadi menonjol sejak tuduhan yang melibatkan selebriti Taiwan Mickey Huang terungkap. Huang telah menjadi pembawa acara TV terkenal selama lebih dari dua dekade. Sebagai bagian dari gerakan #MeToo Taiwan, Huang dituduh menyerang wanita, termasuk seorang wanita yang berusia 17 tahun saat itu.

Penyelidikan polisi kemudian menemukan Huang diduga memiliki hard drive 4TB di rumah yang berisi ratusan gambar telanjang dan seksual wanita, tujuh di antaranya masih di bawah umur. Jaksa mengatakan Huang diduga sebagai pelanggan Chuangyi Sifang.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya