Studi Ungkap Gempa Dapat Memicu Kemunculan Bongkahan Emas

Sebagai suatu unsur, emas tidak mudah larut dalam air sehingga jarang ditemukan dalam bongkahan besar.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 10 Sep 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi bongkahan emas
Ilustrasi bongkahan emas/Shutterstock-Henri Koskinen.

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan Australia mengungkap bagaimana sebuah gempa bumi besar dapat menyebabkan munculnya emas di terumbu karang dan bawah tanah. Dalam penelitian terbaru ini, air yang keluar dari kedalaman kerak Bumi membawa gas, logam, dan mineral terlarut ke permukaan setiap kali terjadi gempa dan getaran seismik.

Dikutip dari laman Live Science pada Senin (09/09/2024), lapisan silikon dioksida yang terkristalisasi di bawah tanah dianggap sebagai lahan subur untuk penambang emas. Meski mekanisme dasar di balik terbentuknya emas telah dipahami sejak lama, namun bagaimana detailnya emas itu muncul belum diketahui dengan jelas.

Namun, penelitian baru dari para ilmuwan Australia’s Monash University, CSIRO, dan Australian Nuclear and Technology Organisation menentang pandangan yang selama dipegang tentang bagaimana emas muncul. Sebagai suatu unsur, emas tidak mudah larut dalam air sehingga jarang ditemukan dalam bongkahan besar.

Sejumlah proses geologi dan biologi dapat menyebabkan bijih emas terkumpul dalam jumlah besar di beberapa lokasi. Namun, tidak ada satu pun yang menjelaskan mengapa partikel emas bisa mengendap di dalam balok kuarsa, terkumpul dalam bongkahan emas yang cukup besar.

Setiap kali terjadi getaran pada kerak bumi, lapisan kuarsa akan berderak akibat arus statis ketika tegangan muncul dan elektron kembali seimbang. Lonjakan muatan ini tak akan bergerak terlalu jauh karena kuarsa adalah bahan yang terisolasi.

Di sisi lain, emas merupakan konduktor listrik yang baik. Muncul kemungkinan bahwa reaksi elektrokimia dalam lapisan kuarsa bisa berfungsi sebagai katalis, menarik cukup banyak emas dari larutan di titik konsentrasi melalui siklus getaran kecil yang muncul berulang.

 

Gelombang Frekuensi

Menurut para ilmuwan ini, gelombang frekuensi yang dihasilkan gempa bumi dapat mendistorsi kristal kuarsa. Hal ini menyebabkan tegangan piezoelektrik terbentuk, yang berpeluang mengurangi emas dari larutan di dekatnya.

Para peneliti menempatkan 12 ubin kuarsa kecil yang dipotong dari kristal alami ke dalam larutan emas berair untuk menguji teori bahwa guncangan bisa menyebabkan butiran emas bertambah besar. Setengah dari lempengan tersebut kemudian digoyangkan 20 kali per detik selama satu jam untuk meniru gempa kecil yang menghasilkan tegangan antara 0,4 dan 1,4 volt.

Setengah lainnya dibiarkan karena bertindak sebagai kontrol.Diterbitkan di jurnal Nature GeoScience, hasil analisis menggunakan mikroskop elektron mengungkap butiran emas berukuran mikrometer terbentuk pada ubin yang bergoyang. Sementara pada ubin kontrol, butiran emas tidak muncul.

Artinya, jika merujuk pada temuan ini, aktivitas tektonik kemungkinan bisa membuat benih emas terkonsentrasi atau terkumpul menjadi emas yang lebih besar. Namun menurut peneliti, pembentukan emas akibat guncangan ini akan memakan waktu jauh lebih lama jika diterapkan di dunia nyata, mengingat gempa hanya terjadi sesekali saja.

Meski dalam skala waktu geologis, proses ini bisa berlangsung relatif cepat. Tanpa tambahkan tekanan kuarsa, sulit untuk menjelaskan bagaimana emas bisa terkumpul dalam endapan.

Simulasi juga mengonfirmasi bahwa emas lebih disukai membeku di atas endapan emas yang sudah ada dalam urat kuarsa, yang membantu menjelaskan pembentukan bongkahan emas berukuran besar. Sebagai catatan, penelitian ini tidak memberikan petunjuk baru kepada para ahli geologi dan perusahaan eksplorasi tambang tentang di mana harus menambang bongkahan emas.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya