PRT Kamboja Dideportasi dari Malaysia Gegara Kritik Pemerintah

Penangkapan Nuon Toeun terjadi tak lama setelah seorang reporter investigasi Kamboja, Mech Dara, yang dikenal karena mengungkap penipuan dan korupsi daring, didakwa dengan tuduhan menghasut untuk melakukan kejahatan atas materi yang dia unggah di media sosial.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Okt 2024, 07:08 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2024, 07:08 WIB
Ilustrasi penjara.
Ilustrasi penjara (AFP)

Liputan6.com, Phnom Penh - Seorang perempuan Kamboja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Malaysia dideportasi ke tanah airnya karena komentar yang dia unggah di media sosial yang mengkritik para pemimpin pemerintah Kamboja.

Seorang pejabat penjara Kamboja dan kelompok aktivis oposisi mengatakan pada hari Kamis (4/10/2024) bahwa Nuon Toeun (36) yang telah bekerja di Malaysia selama beberapa tahun, ditangkap pekan lalu oleh otoritas Malaysia setelah adanya permintaan dari pemerintah Kamboja.

Juru bicara departemen penjara Kamboja Nuth Sovana mengatakan Nuon Toeun ditahan di Penjara Prey Sar di Phnom Penh saat tiba di Kamboja pada hari Selasa (1/10). Dia didakwa dengan hasutan untuk melakukan kejahatan atau menyebabkan kekacauan sosial dan hasutan untuk melakukan diskriminasi atas dasar ras, agama, atau kebangsaan. Demikian seperti dilansir CNN, Sabtu (5/10).

Namun, Sovana tidak dapat memberikan rincian pelanggaran yang dituduhkan kepadanya.

Jika terbukti bersalah atas kedua dakwaan tersebut, dia dapat menghadapi hukuman penjara hingga lima tahun dan denda.

Polisi Malaysia dan pejabat imigrasi tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar tentang deportasinya.

Nuon Toeun bukanlah seorang pemimpin oposisi atau aktivis terkenal. Namun, pemerintah Kamboja baru-baru ini menyatakan kekhawatiran tentang kritikus luar negeri yang menggalang dukungan di antara ekspatriat Kamboja.

 

Fenomena Normal?

Ilustrasi Penjara
Ilustrasi Penjara (Mohamed Hassan/Pixabay)

Radio Free Asia, layanan berita yang didanai pemerintah Amerika Serikat (AS) yang banyak melaporkan tentang Kamboja, mengatakan Nuon Toeun sering menggunakan media sosial untuk mengkritik para pemimpin Kamboja, termasuk Perdana Menteri Hun Manet dan ayahnya Hun Sen, mantan perdana menteri yang kini menjadi presiden Senat, atas penanganan mereka terhadap isu-isu sosial.

Pemerintah Kamboja di bawah Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa telah lama dituduh membungkam para kritikus dan lawan politik.

Radio Free Asia menyebutkan Nuon Toeun adalah pendukung Partai Penyelamat Nasional Kamboja yang beroposisi, yang dibubarkan menjelang pemilu 2018 sebagai bagian dari tindakan keras terhadap oposisi. Partai Rakyat Kamboja kemudian memenangkan setiap kursi di Majelis Nasional.

"Beberapa hari sebelum penangkapannya, Nuon Toeun mengunggah sebuah video di Facebook yang menyatakan bahwa dia menyampaikan kemarahan atas nama orang-orang yang tinggal di Kamboja," demikian dilaporkan Radio Free Asia.

"Jika saya telah berdosa karena saya (telah mengutuk) orang tercela ini, saya dengan senang hati menerima dosa tersebut karena dia telah memperlakukan orang-orang saya dengan sangat buruk," katanya, merujuk pada Hun Sen.

Gerakan Khmer untuk Demokrasi, sebuah gerakan yang dibentuk oleh para pemimpin oposisi di pengasingan, mengutuk deportasi Nuon Toeun dari Malaysia. Dalam sebuah pernyataan, gerakan itu mengatakan bahwa dia bekerja secara legal di Malaysia dan tidak melakukan kejahatan apa pun kecuali mengekspresikan pendapatnya.

Dikatakan bahwa deportasinya tanpa proses hukum yang semestinya merupakan "pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan serangan berat terhadap hak asasi manusia."

Freedom House, sebuah organisasi berbasis di AS yang mempromosikan demokrasi, mengatakan praktik menyerang atau memulangkan para pembangkang yang diasingkan menjadi fenomena normal karena semakin banyak pemerintah di seluruh dunia menggunakannya untuk membungkam perbedaan pendapat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya