Sebut saja planet itu 'titik biru'. Untuk kali pertamanya, para ilmuwan bisa melihat warna jelas sebuah dunia asing yang jauh. Eksoplanet atau planet di luar Tata Surya yang eksotis itu diberi nama HD 189733b, berjarak 63 tahun cahaya dari Bumi.
Planet tersebut ditemukan berkat pengamatan Hubble Space Telescope yang dioperasikan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA). Meski penampakan warnanya mirip Bumi dari angkasa, para ilmuwan yakin benar HD 189733b tak serupa planet manusia.
Alih-alih bisa menopang kehidupan, ia masuk kategoti 'hot Jupiter' -- planet gas raksasa yang mengorbit sangat dekat dengan bintangnya. Hanya butuh 2,2 hari waktu Bumi, bagi HD 189733b untuk mengelilingi mataharinya.
"Planet ini telah dipelajari dengan baik sejak lama, baik oleh kami maupun tim lain," kata Frederic Pont, dari University of Exeter, Inggris, yang menjadi pimpinan program pengamatan Hubble, seperti dimuat SPACE.com, Kamis 11 Juli 2013.
Namun, dia menambahkan, mengukur warna adalah tindakan nyata yang dilakukan ilmuwan. "Kami benar-benar bisa membayangkan seperti apa planet ini jika kita mampu melihatnya secara langsung," ujar dia.
Meski mirip Bumi, cuaca di HD 189733b jauh dari ideal. Suhu atmosfernya lebih dari 1.000 derajat Celcius. Dan bukan air yang mengguyur kala hujan, melainkan kaca, bercampur dengan deru angin yang bertiup dengan kecepatan 7.000 km/jam.
Sejauh ini para ilmuwan belum yakin, apa yang menyebabkan HD 189733b berwarna biru.
"Sulit untuk mengetahui secara persis apa faktor yang menentukan warna atmosfer planet. Bahkan untuk planet-planet dalam Tata Surya sekalipun," ungkap Pont.
Namun, sambung dia, pengamatan terbaru menambahkan sepotong puzzle terkait sifat dan atmosfer HD 189733b. "Kami perlahan melukis gambaran yang lebih lengkap tentang planet eksotis ini," ucap Pont.
Yang jelas, warna biru biru tidak datang dari pantulan laut tropis -- seperti halnya Bumi -- tetapi karena atmosfer yang bergolak dan diduga bercampur dengan partikel silikat, yang menghamburkan cahaya biru.
Sebelumnya, tim ahli menemukan warna planet dengan cara mengukur cahaya yang dipantulkan dari permukaan planet.
"Bagian spektrumnya biru ketika planet lewat di belakang bintangnya," jelas Tom Evans dari University of Oxford, Inggris, pemimpin studi yang diterbitkan dalam jurnal Astrophysical Journal Letters edisi 1 Agustus 2013.
"Dari sini, kami dapat menyimpulkan bahwa planet berwarna biru, karena sinyalnya tetap konstan saat kami mengukur warna lain." (Ein/Mut)
Planet tersebut ditemukan berkat pengamatan Hubble Space Telescope yang dioperasikan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA). Meski penampakan warnanya mirip Bumi dari angkasa, para ilmuwan yakin benar HD 189733b tak serupa planet manusia.
Alih-alih bisa menopang kehidupan, ia masuk kategoti 'hot Jupiter' -- planet gas raksasa yang mengorbit sangat dekat dengan bintangnya. Hanya butuh 2,2 hari waktu Bumi, bagi HD 189733b untuk mengelilingi mataharinya.
"Planet ini telah dipelajari dengan baik sejak lama, baik oleh kami maupun tim lain," kata Frederic Pont, dari University of Exeter, Inggris, yang menjadi pimpinan program pengamatan Hubble, seperti dimuat SPACE.com, Kamis 11 Juli 2013.
Namun, dia menambahkan, mengukur warna adalah tindakan nyata yang dilakukan ilmuwan. "Kami benar-benar bisa membayangkan seperti apa planet ini jika kita mampu melihatnya secara langsung," ujar dia.
Meski mirip Bumi, cuaca di HD 189733b jauh dari ideal. Suhu atmosfernya lebih dari 1.000 derajat Celcius. Dan bukan air yang mengguyur kala hujan, melainkan kaca, bercampur dengan deru angin yang bertiup dengan kecepatan 7.000 km/jam.
Sejauh ini para ilmuwan belum yakin, apa yang menyebabkan HD 189733b berwarna biru.
"Sulit untuk mengetahui secara persis apa faktor yang menentukan warna atmosfer planet. Bahkan untuk planet-planet dalam Tata Surya sekalipun," ungkap Pont.
Namun, sambung dia, pengamatan terbaru menambahkan sepotong puzzle terkait sifat dan atmosfer HD 189733b. "Kami perlahan melukis gambaran yang lebih lengkap tentang planet eksotis ini," ucap Pont.
Yang jelas, warna biru biru tidak datang dari pantulan laut tropis -- seperti halnya Bumi -- tetapi karena atmosfer yang bergolak dan diduga bercampur dengan partikel silikat, yang menghamburkan cahaya biru.
Sebelumnya, tim ahli menemukan warna planet dengan cara mengukur cahaya yang dipantulkan dari permukaan planet.
"Bagian spektrumnya biru ketika planet lewat di belakang bintangnya," jelas Tom Evans dari University of Oxford, Inggris, pemimpin studi yang diterbitkan dalam jurnal Astrophysical Journal Letters edisi 1 Agustus 2013.
"Dari sini, kami dapat menyimpulkan bahwa planet berwarna biru, karena sinyalnya tetap konstan saat kami mengukur warna lain." (Ein/Mut)