Liputan6.com, Amerika Serikat Aspirin adalah obat pereda nyeri yang efektif. Dalam berbagai penelitian dan penggunaan secara medis, aspirin dikaitkan dengan penurunan risiko beberapa penyakit, seperti serangan jantung, stroke dan kanker.
Namun, penelitian terbaru menemukan, penggunaan aspirin jangka panjang mungkin tidak mengurangi risiko stroke pada pasien yang punya irama jantung abnormal. Irama jantung abnormal berupa jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Advertisement
Baca Juga
Sebaliknya, efek yang dirasakan pasien berupa risiko perdarahan pada gastrointestinal (perdarahan pada saluran cerna) yang meningkat sebagaimana dipaparkan di Heart Rhythm 2017, Heart Rhythm Society's 38th Annual Scientific Sessions di Chicago.
Dari temuan tersebut, selama periode tiga tahun, pasien atrial fibrillation yang mengonsumsi aspirin memiliki risiko lebih tinggi mengalami perdarahan gastrointestinal dan perdarahan genitourinari (perdarahan pada sistem kandung kemih).
Pada intinya, aspirin tidak efektif mengurangi risiko stroke pada pasien tapi meningkatkan risiko pendarahan, kata peneliti Jared Bunch dari Intermountain Medical Center Heart Institute di Salt City, Utah, Amerika Serikat.
Tim peneliti menyelidiki dampak penggunaan jangka panjang aspirin pada 4.124 pasien atrial fibrillation, ditulis dari Health World, Selasa (16/5/2017).