Liputan6.com, Jakarta Salah satu dari lima dokter Pencerah Nusantara yang terpilih dari 32 dokter yang mendaftar, ada dokter muda lulusan Universitas Indonesia. Edo Prabudi Thamrin, namanya. Punya tekad kuat mengabdikan diri untuk bangsa, khususnya masyarakat di wilayah terpencil.
Bagi Edo, dokter bukanlah profesi yang kerjanya hanya di ruangan bertemu pasien dan memberikan obat, selesai. Tidak begitu. "Bagi saya, menjadi dokter itu sekaligus meningkatkan taraf kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,"ujar Edo kepada tim CISDI saat menjalani pelatihan.
Advertisement
Baca Juga
Dokter, tak hanya mengobati, tetapi juga mencegah agar masyarakat tidak menderita lagi akibat penyakit, katanya. Karena itu, dokter juga bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup masyarakat yang dilayaninya. Situasi sekitar pasien juga harus diobservasi.
Advertisement
Karena katanya, penyakit tidak datang tiba-tiba. Pasti ada faktor-faktor lain yang memicu penyakit. Biasanya, sumber itu ada di lingkungan sekitar pasien menghabiskan waktunya.
Pria kelahiran Jakarta ini menyebutkan, untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dokter punya peran krusial dalam melakukan pendekatan-pendekatan strategis seperti penguatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), atau advokasi keterlibatan lintas sektor dalam mencari solusi atas tantangan kesehatan yang ada di masyarakat.
Itu sebabnya Edo bergabung dengan Pencerah Nusantara. Dia ingin lebih melayani masyarakat. Menyumbang tenaga dan pikiran lewat layanan primer yang memungkinkan dia kontak langsung dengan masyarakat. Caranya, dengan menerapkan keterbukaan pada berbagai sudut pandang profesi dan pendekatan.
Belum Cukup
Meski sudah pernah mengabdi lewat program internship di Kabupaten Sorong, Papua. Namun pengalaman itu dirasa belum cukup dalam menciptakan layanan kesehatan yang inovatif. Selama menjalani program, Edo tidak dibimbing oleh dokter senior. "Kalau dokter internship tidak menentukan target yang ingin dicapai, akhirnya mereka hanya bekerja seperti biasa saja. Padahal tujuan awal program internship ini luar biasa, yakni menguatkan kompetensi dokter umum,”ucap Edo.
Berdasarkan pengalaman selama magang itu, Edo memandang Pencerah Nusantara dapat menjadi wadah tepat baginya untuk mewujudkan visinya. Dia ingin memperkuat layanan primer dengan target yang lebih terukur dan menyelesaikan masalah kesehatan dari akar rumput.
Dokter yang aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (BEM FK UI) ini menyebutkan agar sejawat para dokter meluaskan pandangan. Baginya, menjadi dokter tak harus berada di klinik, rumah sakit atau menjadi spesialis. Dokter harus terjun langsung melayani masyarakat. Karena itu bekerja di layanan primer, penting bagi Edo. Di sinilah dokter sungguh berperan mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
Keyakinan Edo terpicu oleh pidato Mantan Direktur Utama Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, Prof. Akmal Taher yang sekarang menjadi Staf Khusus Menteri Kesehatan RI Bidang Peningkatan Pelayanan sekaligus penasihat CISDI. “Di RSCM pun saya pernah dengar pidato Prof. Akmal Taher yang mengatakan bahwa di Belanda 80 persen masalah kesehatan bisa selesai dengan perbaikan layanan primer. Jadi, sebenarnya layanan primer di Indonesia ini juga punya potensi sangat besar untuk ditingkatkan,"ujar Edo.
Advertisement
Misi Pribadi
Hasrat untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan primer masyarakat memang menjadi misi pribadi Edo. Ia ingin menjadi pelayan bagi masyarakat di daerah tertinggal. Karena itu, Pencerah Nusantara merupakan program yang sejalan dengan misi hidupnya itu.
“Saya terinspirasi oleh dr. Paul Farmer di Amerika yang mau berkontribusi bagi masyarakat Haiti. Dr. Farmer berjasa dalam mengentaskan masalah kesehatan di sana yang tadinya sangat banyak namun saat ini sudah berkurang secara signifikan. Ada banyak kemajuan, salah satunya dibangunnya rumah sakit pendidikan berstandar internasional yang memiliki fasilitas penelitian pada resistensi antibiotik dengan banyak cabang mobile clinic,”urai Edo.
Edo bahkan berencana mengabdi kembali ke wilayah terpencil di Nusa Tenggara Timur, khususnya di kecamatan Amanatun Selatan selepas masa baktinya sebagai Pencerah Nusantara. Ia ingin melanjutkan proyek bersama dosennya mengembangkan klinik berbasis komunitas di daerah tersebut.
Harapannya, klinik yang akan didirikannya dapat dipakai sebagai sarana pendidikan bagi dokter co-ass, dokter yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), serta peserta program rural medicine dokter layanan primer.
“Kalau bisa, dibangun fasilitas kesehatan yang juga nyaman untuk tenaga kesehatannya. Saya yakin keberadaan fasilitas kesehatan yang nyaman bisa meningkatkan motivasi dan mendorong produktivitas tenaga kesehatan khususnya para dokter lainnya untuk mengabdi di daerah. Nanti kalau di NTT sudah bagus, mungkin proyeknya dapat dikembangkan ke daerah-daerah lain yang memerlukan penguatan layanan kesehatan primer seperti Sorong,” paparnya.
Paradigma Sehat
Dari data Kementerian Kesehatan, hingga 2014, terdapat ketimpangan rasio jumlah dokter terhadap penduduk di Indonesia. Diperkirakan 2.538 penduduk ditangani oleh seorang dokter, sedangkan menurut WHO, satu dokter idealnya melayani 2.500 penduduk saja.
Sementara itu, dari 95.976 dokter yang terdaftar dan bekerja di sektor kesehatan, hanya 17.507 bekerja di puskesmas. Sehingga, diperkirakan setiap Puskesmas rata-rata memiliki 1-2 dokter. Sedangkan, tercatat 9,8 persen puskesmas masih kekurangan atau bahkan tidak memiliki dokter akibat tidak meratanya distribusi tenaga dokter.
Sebagai organisasi yang fokus terhadap pembangunan Indonesia dengan menciptakan paradigma sehat, CISDI berharap semakin banyak lagi pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki perspektif untuk membangun Indonesia dengan segala inovasi dan kreativitasnya, seperti yang dilakukan oleh salah satu anggota Pencerah Nusantara Angkatan 6 tersebut.
Pencerah Nusantara adalah program berbasis tim kesehatan yang dikelola oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) yang bertujuan memperkuat layanan kesehatan primer di daerah tertinggal di Indonesia. Selama satu tahun, tim yang terdiri dari beberapa profesi ini berkolaborasi bersama puskesmas setempat dalam menciptakan inovasi program kesehatan yang berkelanjutan.
Pada tahun keenam pelaksanaannya, Pencerah Nusantara akan mengirimkan lima dokter, tujuh bidan, tiga Perawat, dan sebelas tenaga kesehatan masyarakat ke delapan wilayah di Indonesia.
Editor: Yeyen Yenuarizki
Advertisement