Ospek Minum Air Ludah Berpotensi Sebabkan Radang Gusi

Aktivitas meminum air kemudian meludahkannya kembali seperti yang tampak dalam video ospek mahasiswa Universitas Khairun, Ternate berdampak pada kesehatan gigi dan mulut.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 01 Sep 2019, 14:56 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2019, 14:56 WIB
Video sejumlah mahasiswa dipaksa meminum air ludah dan berjalan jongkok saat masuk kampus viral di media sosial. (Istimewa)
Video sejumlah mahasiswa dipaksa meminum air ludah dan berjalan jongkok saat masuk kampus viral di media sosial. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Aktivitas meminum air kemudian meludahkannya kembali seperti yang tampak dalam video ospek mahasiswa Universitas Khairun, Ternate, tak hanya berpotensi menularkan penyakit yang dapat menyebar melalui air liur seperti flu, rubella, hingga tuberkulosis, melainkan juga berdampak pada kesehatan gigi dan mulut.

Drg. Callista Argentina berpendapat, aktivitas tersebut sama saja dengan memindahkan bakteri dari mulut ke mulut. "Itu sama aja mengadakan perpindahan bakteri dan virus dari mulut ke mulut," ujarnya ketika dihubungi oleh Health-Liputan6.com, Minggu (1/9/2019).

Meski hanya dilakukan sekali seperti di dalam video ospek yang viral, Callista menilai tidak ada sisi positif dari kegiatan tersebut.

"Masalahnya, di dalam mulut itu ada 700 jenis spesies bakteri yang bisa mengakibatkan macam-macam penyakit," tutur Callista.

Dampak dari aktivitas tersebut, Callista menuturkan, adalah risiko radang gusi yang menyebabkan gusi berdarah, penularan sariawan yang berpotensi keganasan seperti herpes.

"Herpes itu biasanya ada di sekitar sudut mulut. Kita enggak tahu kan. Kalau diludahkan kembali ya bisa terbawa juga virusnya," Callista menjelaskan.

"Yang paling kasihan tentu saja yang mendapat gilliran paling akhir," ucapnya lagi.

 

 

Tidak bermanfaat

Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari aktivitas minum lalu meludahkan kembali air ke gelas yang sama seperti dalam video ospek Universitas Khairun memang tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan kebiasaan berbagi sikat gigi dalam satu keluarga dalam periode yang panjang. Namun, risiko penularan penyakit gigi dan mulut tetap ada.

"Kalau seperti dalam video itu kan hanya dilakukan sekali dan tidak sampai kumur-kumur, menyeluruh di rongga mulut. Tapi tetap terjadi perpindahan bakteri dan virus," jelas Callista.

Callista juga menilai hal tersebut sama sekali tidak memberi manfaat. "Itu tidak ada manfaatnya, bukan juga (mengajarkan) toleransi. Kebersamaan juga enggak," ucapnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya