Belgia Laporkan Infeksi Virus Corona Penyebab COVID-19 pada Kucing

Ahli virus Belgia mengumumkan adanya temuan kucing peliharaan yang terinfeksi virus corona penyebab COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 31 Mar 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2020, 15:00 WIB
20160330-Ilustrasi-Kucing-iStockphoto
Ilustrasi Kucing (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Belgia melaporkan adanya infeksi COVID-19 pada seekor kucing peliharaan yang dinyatakan terjangkit virus corona dari pemiliknya.

Ahli virus dan juru bicara layanan kesehatan federal Belgia, Steven Van Gucht melaporkan, seminggu usai pemiliknya positif virus corona setelah kembali dari Italia utara, kucing tersebut mengembangkan gejala COVID-19.

Gejalanya pun mirip dengan yang COVID-19 dialami dengan manusia: diare, muntah, dan masalah pernapasan. Sang pemilik kemudian mengirimkan sampel muntah dan kotoran ke laboratorium di Fakultas Kedokteran Hewan di University of Liege.

Van Gucht mengungkapkan, hasil tes genetik menunjukkan tingginya tingkat SARS-CoV-2 dalam sampel tersebut.

"Kucing itu pulih setelah sembilan hari," kata Van Gucht seperti dikutip dari Live Science pada Senin (30/3/2020).

 

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Bukan Jalur Penyebaran Signifikan

Ciri-ciri Kucing Stres
(Sumber: iStockphoto)

Van Gucht mengatakan hal ini kemungkinan disebabkan adanya kesamaan "kenop pintu" pada permukaan sel pernapasan antara kucing dan manusia. Sehingga, SARS-CoV-2 juga bisa masuk ke hewan tersebut.

Pada manusia, SARS-CoV-2 menempel pada protein reseptor yang disebut ACE2.

"Protein ACE2 kucing menyerupai homolog ACE2 manusia, yang kemungkinan besar adalah reseptor seluler yang digunakan untuk SARS-CoV-2 untuk memasuki sel," kata Van Gucht. Dia menambahkan, temuan serupa juga dilaporkan ketika wabah SARS tahun 2003.

Namun, belum ada laporan tentang hewan peliharaan yang menularkan virus ke pemiliknya. Van Gucht juga mengatakan bahwa penularan manusia ke hewan peliharaan bukan jalur penyebaran yang signifikan.

"Kami berpikir kucing adalah korban sampingan dari epidemi yang terjadi pada manusia dan tidak memainkan peran penting dalam penyebaran virus," katanya.

Meski begitu, peneliti masih akan melakukan pemeriksaan lanjutan pada kucing tersebut untuk secara pasti mengetahui apakah hewan ini terinfeksi SARS-CoV-2. Mereka masih menunggu kucing itu dikarantina, untuk nantinya melakukan tes darah dan mencari antibodi khusus untuk virus ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya