Deteksi Varian Virus Corona, Indonesia Teliti 1.000 Sekuens per Bulan

Deteksi varian virus Corona, Indonesia sudah bisa meneliti 1.000 sekuens per bulan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 01 Agu 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2021, 12:00 WIB
Kampanye Gerakan 3M Lewat Mural
Pengendara motor melewati mural anjuran kebiasan hidup baru dengan 3 M di Stasiun Cawang, Jakarta, Sabtu (26/12/2020). Pemerintah terus berupaya melakukan imbauan kepada warga untuk melaksanakan kebiasaan baru 3M guna memutus penyebaran virus corona (COVID-19). (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Guna mendeteksi varian virus Corona, Indonesia meneliti 1.000 sekuens per bulan. Jumlah ini meningkat pesat dibanding periode 9 bulan pandemi COVID-19.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, peningkatan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) varian virus Corona seiring dengan kemampuan yang meningkat pada lab pemeriksa WGS. Selain itu, monitoring dan pengelolaan big data pun meningkat.

"Terkait testing genom varian baru (virus Corona), saya juga sangat berterima kasih kepada Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) yang membantu Kemenkes dalam pemeriksaan sekuens," terang Budi Gunadi dalam acara Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Untuk Percepatan Penanganan COVID-19, Jumat (30/7/2021).

"Sekarang sudah lebih dari 1.000 genom sekuens yang diteliti per bulannya. Saya ingat, pas awal-awal menjabat sebagai Menteri Kesehatan, baru 120 genom yang diperiksa sepanjang 9 bulan."

Berdasarkan data Badan Litbangkes Kemenkes hingga 29 Juli 2021, tercatat 3.655 sekuens varian virus Corona yang telah diperiksa. Sekuens diambil dari 34 provinsi di Indonesia.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Penguatan Perawatan COVID-19

FOTO: Mengintip Penanganan Pasien COVID-19 di Bogor
Petugas medis memeriksa pasien COVID-19 di rumah sakit umum di Bogor, Jawa Barat, Senin (25/1/2021). Melansir data dari hasil monitoring Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada Jumat (22/1/2021), ada 114 kasus baru COVID-19 sehingga jumlah keseluruhan menjadi 7.269 kasus. (ADEK BERRY/AFP)

Terkait pandemi COVID-19, Budi Gunadi Sadikin mengatakan belum tentu berakhir cepat. Budi merujuk pada data pandemi yang pernah terjadi di dunia yang umumnya tidak berakhir cepat, yang mana dapat berubah menjadi epidemi--penyebaran di suatu wilayah tertentu.

"Saya sebenarnya melihat semua pandemi enggak akan berakhir cepat. Dia nanti akan berubah menjadi epidemi. Pada situasi inilah kita perlu peningkatan perawatan (treatment) terapeutik yang baik," katanya.

"Saya lihat Unair banyak ahli perawatan, terutama untuk penyakit menular dan paru. Kalau bisa ya bekerja sama dengan kami memberikan masukan soal terapeutik apa yang bisa mengurangi fatalitas di rumah sakit."

Diharapkan Kemenkes dan Unair bisa bekerja sama menekan angka kematian COVID-19 dengan memberikan terapi yang mampu mengurangi angka keperparahan dan risiko pasien meninggal.

"Saya rasa bisa membentuk kelompok kerja khusus yang membahas terapeutik di rumah sakit. Misalnya, memberikan regim obat regim yang mengurangi derajat keparahan," tambah Menkes Budi Gunadi.

"Kami sudah menyusun tata laksana beberapa kali, revisi terakhir. Saya berharap ke depan akan makin tajam. Tata laksana akan makin tajam dari saran termasuk organisasi profesi dokter profesi."

Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR

Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya