Anak Kena Demam Berdarah, Jangan Lakukan Hal Ini Jika Badannya Panas

Saat anak demam berdarah dan mengalami panas, sebaiknya hindari membungkus anak dengan baju atau selimut berlapis-lapis.

oleh Diviya Agatha diperbarui 25 Feb 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2023, 10:00 WIB
Anak Demam
Ilustrasi anak demam/credit: Freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih sering terjadi di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI hingga 13 Februari, tercatat sudah ada 2.930 kasus DBD dengan 24 kematian di 2023.

Meskipun penyakit satu ini tidak bergantung pada usia, anak menjadi salah satu kelompok rentan yang bisa terkena demam berdarah. Maka penting untuk para orangtua mengetahui apa-apa saja yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan saat anak terkena demam berdarah.

Dokter spesialis anak, Mulya Rahma Karyanti, MSc mengungkapkan bahwa saat badan anak panas terinfeksi demam berdarah, jangan pakaikan anak dengan baju atau selimut berlapis-lapis.

"Kadang-kadang kalau habis minum obat panas itu berkeringat, itu tujuannya. Panasnya keluar lewat pori-pori kulit. Jadi lewat evaporasi. Ini sama prinsipnya dengan kompres, mengeluarkan panas lewat penguapan pori-pori kulit," ujar Karyanti saat media briefing Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ditulis Kamis, (23/2/2023).

"Makanya anak jangan dibungkus baju berlapis-lapis, selimut berlapis-lapis. Itu malah nahan panasnya," tambahnya.

Karyanti menjelaskan, sesaat sebelum suhu naik, anak memang seringkali akan merasa menggigil. Sehingga orangtua mungkin ingin memberikan baju hangat atau selimut berlapis-lapis tersebut.

"Memang pada saat suhu mau naik, anak sering menggigil. Dewasa pun bisa menggigil. Itu tandanya demamnya lagi mau naik lagi suhunya. Jadi pada saat itu, jangan dipakaikan baju berlapis-lapis atau selimut. Dibuka, pakai pakaian yang tipis saja atau berlengan supaya bisa panasnya keluar lewat pori-pori kulit," kata Karyanti.

Hal Lain yang Bisa Dilakukan

Ilustrasi Anak Demam
Ilustrasi Anak Demam Credit: pexels.com/Felix

Sebelumnya, Karyanti mengungkapkan bahwa pemberian obat penurun panas seperti paracetamol dapat dilakukan berulang setiap empat jam sekali. Namun, jangan lupa untuk memerhatikan hal lain seperti riwayat kejang.

"Berikan obat penurun panas seperti paracetamol. Boleh diulang setiap empat jam. Namun jika ada riwayat kejang, berikan obat penurun panas segera dengan sendok takar obat 5 ml. Saat ini juga bisa dengan obat puyer, racikan yang digerus," ujar Karyanti.

Lebih lanjut Karyanti menjelaskan, kompres menggunakan air hangat menjadi upaya selanjutnya yang bisa dilakukan orangtua saat anak demam berdarah mengalami panas.

"Kompres dengan air hangat, bukan air es atau alkohol. Jadi prinsipnya kita bantu kompres dengan air hangat, waslap atau handuk kecil, dan daerah yang dikompres adalah bagian lipat ketiak dan lipat pangkal paha," kata Karyanti.

"Di situlah (lipat ketiak dan pangkal paha) tempat lewatnya pembuluh darah besar supaya terjadi penurunan panas lewat evaporasi," tambahnya.

Penurunan Suhu Panas Ketika Anak DBD

Gejala Demam pada Anak
Ilustrasi demam pada anak/credit: Freepik.com

Dalam kesempatan yang sama, Karyanti mengungkapkan bahwa saat suhu tubuh anak turun, seharusnya ia menjadi aktif kembali beraktivitas. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka orangtua perlu untuk berhati-hati.

"Suhu turun, anak tidur terus nah itu bukan tanda bahaya. Kalau suhu turun harusnya anak aktif sehat bugar. Tapi ini tidur terus, hati-hati ya. Kemudian tidak nafsu makan minum. Dia minum, tapi tidak bisa menerima muntah terus. Itu hati-hati," kata Karyanti.

Karyanti menambahkan, muntah terus-menerus menjadi tanda bahaya lantaran anak bisa mengalami dehidrasi yang semakin parah. Dalam kondisi ini, anak bisa merasa lemas dan hanya ingin tidur.

Maka, jika tanda bahaya sudah terjadi, sebaiknya segera periksakan kondisi anak ke dokter. Sehingga tetap dalam pemantauan yang tepat.

Anak DBD, Kapan Harus ke Dokter Lagi?

anak demam
Ilustrasi anak mengalami demam/copyright freepik.com/prostooleh

Karyanti mengungkapkan bahwa biasanya tanda bahaya demam berdarah justru muncul saat panas pada tubuh anak sudah mulai menurun. Biasanya pada hari ketiga atau yang disebut dengan fase kritis.

"Perjalanan penyakitnya tujuh hari. Jadi melewati tiga fase. Fase demam di hari pertama, dia suhu biasanya masih tinggi. Tapi setelah hari ketiga sampai keenam, akan memasuki fase kritis," kata Karyanti.

Saat berada di fase kritis yakni hari ketiga sampai keenam itulah justru orangtua harus waspada pada kondisi anak.

"Nah, kapan waktunya untuk membawa ke rumah sakit? Waspadai tanda bahaya dari infeksi dengue ini. Jadi setelah hari ketiga di fase kritis itulah biasanya tanda-tanda bahaya itu harus diwaspadai," ujar Karyanti.

"Jadi mulai ada penurunan suhu di hari ketiga. Kadang-kadang kita tanya, gimana kondisi anaknya, 'Oh panasnya sudah turun kok, sudah bisa tidur. Tapi tadi sempat muntah darah'. Nah itu ada yang enggak benar," pungkasnya.

Infografis Dosis Vaksin Covid-19, dari Bayi 6 Bulan hingga Anak Usia 11 Tahun. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Dosis Vaksin Covid-19, dari Bayi 6 Bulan hingga Anak Usia 11 Tahun. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya