Liputan6.com, Jakarta Tak hanya produk ikan, Pemerintah tengah mempersiapkan untuk mengekspor produk unggas untuk jemaah haji Indonesia di Arab Saudi. Namun, ada syarat khusus dari Saudi Arabia Food and Drug Authority (SFDA/BPOM Arab Saudi).
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tri Melasari menuturkan, Arab Saudi meminta produk unggas dari Indonesia harus bebas dari Avian Influenza (AI) atau yang dikenal dengan nama Flu Burung.
Baca Juga
Persyaratan tersebut sebenarnya memang berlaku di seluruh negara di dunia terkait ekspor produk unggas. Penegasan dari Arab Saudi pun ingin memastikan ada penjaminan keamanan unggas untuk konsumsi yang masuk ke negaranya.
Advertisement
"Pertama-tama, mereka tuh menginginkan kita bebas Avian Influenza berdasarkan country. Kalau berdasarkan country ini kan kita, misalnya gini negara mana sih yang udah (bebas AI) secara country gitu?" tutur Melasari kepada Health Liputan6.com usai konferensi pers Diplomasi dengan SFDA, Perjuangan Produk Pangan Indonesia Tembus Arab Saudi di Kantor BPOM RI Jakarta pada Selasa, 18 April 2023.Â
"Apalagi Indonesia kan (negara) besar. Kalau penyakit yang namanya Avian influenza itu kan virus. Nah, kami sudah menyampaikan bahwa kami ada penjaminan berdasarkan compartment --Â kompartemen bebas penyakit Avian Influenza. Jadi kompartemen itu kami jamin produk yang dikeluarkan akan bebas dari AI."
Pemerintah Jamin Bebas Avian Influenza
Ditegaskan kembali oleh Melasari, adanya penjaminan bebas AI secara kompartemen, Indonesia sudah lama telah mengekspor produk unggas ke negara-negara lain. Negara lain pun telah menerima baik unggas dari Indonesia.
"Jadi itu kami jamin secara teknis, Pemerintah itu menjamin kompartemen yang dilakukan dan ini sudah kami lakukan dan banyak negara yang sudah menerima itu, termasuk kita sudah ekspor (unggas) ke Jepang, kita ekspor ke Singapura, kita ekspor ke beberapa negara lain yang sudah menerima," terangnya.
Minta Bebas Avian Influenza Berdasarkan Zona atau City
Ada tambahan persyaratan lagi dari Arab Saudi bahwa produk unggas juga harus bebas Avian Influenza (AI) berdasarkan kategori zona atau city. Permintaan ini pun sedang diupayakan Indonesia.
"Tetapi di pihak Saudi masih minta syarat, tadinya kan (bebas AI) secara country, tapi dari hasil koordinasi kemarin dan kami sudah menjelaskan akhirnya mereka meminta minimal adalah zona-zona atau city," Tri Melasari melanjutkan.
"Nah itu, kami upayakan kemudian. Tetapi dalam hal ini nanti pada saat mereka audit di produk ikan, kami juga sudah sampaikan kepada Ibu Kepala Badan POM agar mereka (pihak Arab Saudi) bisa mengunjungi, bagaimana kompartemen kita supaya mereka melihat, Oh ini sudah kita lakukan untuk penjamainan keamanan pangan pada saat kita melakukan ekspor."
Upaya Menerima Penjaminan Kompartemen
Diharapkan dengan adanya audit untuk produk unggas nanti, Arab Saudi dapat menerima penjaminan kompartemen bebas AI.
"Mudah-mudahan, nanti setelah mereka melihat itu, mereka akan lebih luluh lagi untuk menerima kompartemen, tetapi dalam upaya permintaan mereka untuk zona atau city, Kementerian Pertanian juga komitmen untuk mengupayakan itu, mendorong pelaksanaannya," ucap Melasari.
Advertisement
Pasokan Unggas dari Jawa dan Sumatera
Sementara di sisi produk unggas sendiri, Tri Melasari mengungkapkan, lebih banyak pasokan unggas berasal dari Jawa dan Sumatera.
"Kalau unggas kita dari semua provinsi, tapi memang untuk daerah mana ya Jawa dan Sumatera. Sumber utama adalah di daerah Jawa gitu ya,"Â ungkapnya.
Virus Flu Burung Merupakan Peristiwa Alamiah
Terkait flu burung, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom mengatakan, masyarakat tak perlu khawatir terhadap kemunculan virus yang menyerang unggas tersebut.
"Munculnya virus flu burung merupakan peristiwa alamiah. Virus ditakdirkan oleh Allah dalam tubuhnya tidak memiliki kelengkapan, jadi tidak bisa menghasilkan energi sendiri. Tapi, dia (virus) diberikan tugas oleh Allah untuk memperbanyak diri," tuturnya di Surabaya, Selasa (14/3/2023).
Ia menjelaskan untuk bertahan hidup, sebuah virus harus mencari inang agar bisa mendapatkan energi. Hal ini dilakukan virus agar bisa memperbanyak diri.
"Kalau sakit berarti inang tidak siap didatangi virus," jelas Nidom.
Virus yang menginfeksi ayam ini dapat mengakibatkan kematian pada ayam dengan persentase hingga 100 persen. Meski demikian, belum ada bukti penelitian bahwa virus ini dapat menular antar-manusia.
"Sampai saat ini belum ada fakta yang mengatakan bahwa ini (virus flu burung) bisa menular ke sesama manusia," ujar Guru Besar Biologi Molekuler Virus Unair itu.