Liputan6.com, Jakarta Tanda-tanda tsunami perlu diwaspadai masyarakat. Tsunami termasuk bencana dengan karakter fast-onset disaster atau jenis bencana dengan proses yang cepat. Ini membuat tanda-tanda tsunami perlu dikenali sedini mungkin.
Baca Juga
Advertisement
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tsunami cukup besar. Tanda-tanda tsunami biasanya dipicu oleh penyebab tsunami itu sendiri seperti gempa, longsor, hingga aktivitas vulkanik. Tanda-tanda tsunami ini wajib dipahami oleh masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan pesisir.
Tanda-tanda tsunami bisa dilihat dari perubahan alam sekitar, terutama di kawasan pesisir. Mengenali tanda-tanda tsunami bisa jadi peringatan dini tsunami. Berikut tanda-tanda tsunami, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (20/6/2021).
Level peringatan dini tsunami
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Pada bencana tsunami, ada tiga level peringatan dini yang diberikan kepada masyarakat. Level peringatan dini ini meliputi:
Waspada
Peringatan dini waspada berarti diperkirakan tinggi tsunami yang akan tiba kurang dari 0.5m. Ini merupakan level paling rendah dalam peringatan dini tsunami. Pada peringatan ini, Provinsi/Kabupaten/Kota diimbau segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai.
Siaga
Pada level siaga, diperkirakan tinggi tsunami yang akan tiba antara 0.5 – 3 m. Di level ini, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota diimbau untuk segera mengarahkan masyarakat untuk evakuasi.
Awas
Peringatan dini tsunami dengan level awas berarti diperkirakan tinggi tsunami yang akan tiba melebihi 3 m. Pada kasus ini, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota diimbau untuk segera mengarahkan masyarakat untuk evakuasi seara menyeluruh.
Advertisement
Tsunami di Indonesia
Berdasarkan catatan sejarah, tsunami bukanlah bencana baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut data BNPB, sejak 1600 sampai dengan tahun 2007, Indonesia telah mengalami beberapa kali tsunami besar dan hampir 90% kejadiannya disebabkan oleh gempa bumi di laut, 9% diakibatkan oleh letusan gunung api dan 1% karena tanah longsor bawah laut (Latief dkk., 2000).
Dalam kurun waktu tersebut tercatat lebih kurang 172 tsunami telah terjadi di Indonesia. Dari rentang waktu tersebut, tercatat bahwa lebih dari 40% kejadian tsunami terjadi di kawasan timur Indonesia, dimana pusat gempa berada di kawasan Laut Maluku. Berdasarkan mekanisme sumber, 75% kejadian disebatkan oleh sesar naik, 20% karena sesar geser, dan 5% karena sesar normal (Puspito, 2008).
Catatan kejadian tsunami yang juga pernah ditemukan adalah tsunami 1907 yang terjadi di sekitar Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Kemudian bencana tsunami tanggal 26 Desember 2004 yang meluluhlantakkan kawasan pesisir Samudera Hindia juga sudah menjadi catatan sejarah bencana yang sangat kelam di Indonesia. Pusat gempa berada di perairan Samudera Hindia (255 km terhadap Kota Banda Aceh), dengan magnitud 9,2 pada kedalaman pusat gempa (focal depth) sebesar 30 km.
Penjalaran gelombang tsunami mencapai sepuluh negara yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia (Shaw, 2006), yaitu Indonesia (Aceh dan Nias), Malaysia, Thailand, Srilangka, Maladewa, Bangladesh, India, Kenya, Somalia, dan Tanzania.
Bila dilihat dari banyaknya korban jiwa, bencana tsunami Aceh menduduki peringkat pertama, dimana korban jiwa yang tercatat lebih dari 200.000 jiwa. Bencana tsunami ini menyebabkan korban meninggal di keseluruhan kawasan tersebut mencapai 283.100 jiwa. Sementara korban meninggal di Indonesia mencapai 108.100 jiwa, dan 127.700 jiwa telah hilang (Iemura et al., 2006).
Setelah tsunami Aceh yang dahysat tersebur ada juga Tsunami Palu 2018 dan Tsunami Selat Sunda 2018 yang meluluh lantahkan daratan dan membawa kerugian besar bagi masyarakat.
Tanda-tanda tsunami
Gempa besar
Tsunami yang diakibatkan reaksi tektonik akan diawali dengan gempa besar yang umumnya bermagnitudo lebih dari 7. Menurut BNPB, ada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan susut laut. Di Indonesia tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah gempa bumi besar di bawah laut. Biasanya gempa akan berlangsung lebi dari 20 detik.
Surutnya air laut
Usai gempa bumi besar terjadi, tsunami biasanya ditandai dengan surutnya air laut. Biasanya ikan dan karang akan tampak di permukaan. Surutnya air laut bisa terjadi tiba-tiba usai gempa terjadi. hal ini disebabkan terbukanya lempengan bumi di bawah laut, otomatis air laut akan mengisi ruang yang dibuat oleh lempeng bumi yang terbuka.
Suara gemuruh
Suara gemuruh seperti suara deru kereta atau pesawat jet melintas bisa menandai gelombang tsunami akan datang. Jika mendengar suara gemuruh tiba-tiba, perlu diwaspadai akan bahaya tsunami yang akan terjadi. Suara gemuruh ini terjadi akibat adanya pergeseran lempeng bumi dibawah laut.
Perilaku hewan sekitar
Tanda berikutnya adalah tanda-tanda hewan yang tidak lazim dari biasanya. Biasanya burung-burung akan muncul di area laut. Binatang akan cenderung menjauhi laut karena insting tajam mereka akan bahya yang terjadi.
Aktivitas laut yang tak biasanya
Tanda-tanda akan terjadinya tsunami lainnya adalah aktivitas laut yang tidak normal. Gelombang air laut akan datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat. Beberapa menit sebelum adanya gelombang besar, akan ada gelombang-gelombang kecil yang menandai kembalinya air laut. Larilah menuju dataran tinggi, pegunungan, ataupun perbukitan untuk menyelamatkan diri dari sapuan gelombat tsunami.
Advertisement
Mitigasi bencana tsunami
Selain mengenali tanda-tanda tsunami, penting juga mengetahui mitigasi tsunami. Mitigasi ini berguna untuk mencegah adanya korban jiwa dan mencegah kepanikan berlebihan. Berikut langkah mitigasi tsunami yang bisa dilakukan:
1. Mengetahui pusat informasi bencana, seperti BPBD, BMKG, PVMBG dan instansi lainnya.
2. Kenali area rumah, sekolah, tempat kerja atau tempat lain yang beresiko dan mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang beresiko terkena tsunami.
3. Jika anda sedang melakukan perjalanan ke wilayah pesisir pantai, kenali hotel, motel dan pusat pengungsian yang ada. Sangat penting mengetahui rute evakuasi yang telah di buat ketika peringatan dikeluarkan.
4. Siapkan persediaan pengungsian dalam suatu tempat yang mudah di bawa (tas siaga bencana) dan tempatkan di area yang mudah terjangkau.
Upaya penyelamatan saat tsunami
Dilansir dari Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana oleh BNPB, jika berada di sekitar pantai dan terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggiseperti perbukitan atau bangunan tinggi sambil memberitahukan teman-teman yang lain. Saat merasakan gempa yang berlangsung 20 detik atau lebih, segera lakukan tidakan evakuasi secepat mungkin.
Jika berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera membimbingkeluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman. Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk sementara waktu setelah satu gempa bumi besar mengguncang.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
Advertisement