Rentan Kena Hipoglikemia saat Puasa Ramadan, Ini yang Harus Dilakukan Pasien Diabetes

Orang dengan diabetes harus cek kesehatan terlebih dahulu untuk bisa puasa di bulan Ramadan.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Mei 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2019, 06:15 WIB
Diabetes (Foto: iStockphoto)
Tidak semua diabetesi memiliki badan gemuk. Di beberapa negara seperti India, orang dengan diabetes ternyata banyak yang kurus. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bukannya tidak diperbolehkan untuk puasa di bulan Ramadan. Namun, orang dengan diabetes harus berhati-hati sebelum melakukannya. Pasalnya, pasien lebih rentan terkena masalah hipoglikemia atau kadar gula darah terlalu rendah ketika menjalankan puasa.

"Selama Ramadan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2 (Diabetes Melitus tipe 2). Hal ini karena pasien DMT2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis, " kata Ketut Suastika, Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia dalam temu media dan blogger di Cikini, Jakarta pada Jumat (26/4/2019).

Sebuah studi dari EPIDIAR pada 2001 di 13 negara dengan populasi Muslim terbesar, menunjukkan kenaikan angka hipoglikemia saat bulan puasa. Maka dari itu, kondisi ini perlu diwaspadai pada mereka yang memiliki diabetes namun tetap ingin menjalankan ibadah puasa.

Ketut menambahkan, ada beberapa risiko apabila seseorang terkena hipoglikemia saat bulan puasa. Yang paling utama, tentu saja ibadah menjadi terganggu. Selain itu, secara fisik, mereka juga berisiko terserang berbagai masalah seperti kejang dan hilang kesadaran.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Perhatikan Pola Pengobatan

Puasa Ramadan
Puasa Ramadan (sumber: iStockphoto)

Pola pengobatan juga harus diperhatikan pada orang dengan diabetes, ketika ingin melakukan ibadah puasa. Meski, ada beberapa obat yang terbilang aman.

"Tetap saja itu berpengaruh pada gula darah," kata Ketut pada Health Liputan6.com.

Sehingga, untuk menghindari hipoglikemia, disarankan untuk mengubah pola konsumsi obat. Misalnya, dengan menggunakan obat yang biasanya dipakai di pagi hari, bisa digunakan di malam hari.

"Biasanya dosisnya juga dikurangi. Kalau secara umum, mereka kan mengurangi makanan sehingga dosis obat juga dikurangi, " kata profesor yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali ini.

 

Gejala Hipoglikemia

Hipoglikemia
Hipoglikemia

Sementara, untuk apa yang harus dimakan, pasien juga harus mengaturnya sesuai kebutuhan. Yang pasti, apabila seorang dengan diabetes ingin berpuasa, konsultasikan terlebih dulu dengan dokter sebelum melakukannya.

"Penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir risiko hipoglikemia, " tambahnya.

Selain itu, dia mengatakan pasien diabetes juga bisa menghindari masalah ini dengan menjalankan pola makan seimbang, aktif beraktivitas fisik, rutin memantau kadar gula secara berkala, serta melaukan pengubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan.

Khususnya pasien diabetes tipe 2, risiko hipoglikemia bisa meningkat hingga 7,5 kali lipat selama Ramadan. Beberapa gejalanya adalah jantung berdebar, gemetar, lapar, keringat dingin, cemas, lemas, sulit mengontrol emosi dan konsentrasi, serta kebingungan. Ketika angkanya mencapai di bawah 50 mg/dL, pasien bisa kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah, kontraksi detak jantung, hingga kematian.

Adapun, seseorang bisa dikatakan hipoglokemia ketika kadar gula dalam darahnya di bawah 70 mg/dL.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya