Liputan6.com, Cilacap - Hari kiamat adalah peristiwa kehancuran alam semesta yang menandakan berakhirnya kehidupan di dunia. Tidak ada satupun makhluk Allah yang mengetahui datangnya kiamat ini.
Baca Juga
Advertisement
Hanya saja perihal semakin dekatnya waktu kiamat dapat diketahui melalui tanda-tandanya. Salah satunya ialah munculnya Ya’juj dan Ma’juj.
Hal ini sesuai dengan yang telah disebutkan oleh Al-Quran Surat Al-Aʽrāf ayat 187, ketika Rasul SAW ditanya kapan terjadinya kiamat.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sungguh pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia."
Membahas salah satu tanda kiamat ini, mengingatkan kepada sosok raja yang berhasil membuat tembok raksasa untuk mengurung Ya’juj dan Ma’juj yakni Dzulqarnain.
Menukil mutiarasurga.org, Dzulqarnain adalah seorang laki-laki yang dilahirkan dari keturunan Sam bin Nuh ‘alaihissalam. Ia hidup di istana ayahnya yang ketika itu menjadi salah seorang raja. Setelah ayahnya meninggal dunia, ia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja.
Nama asli Dzulqarnain adalah Hurmuz. Tapi ia lebih menyukai julukan Dzulqarnain. Ada yang meriwayatkan bahwa Hurmus dulu memakai topi besi yang memiliki dua tanduk, sehingga ia dijuluki Dzul Qarnain.
Berikut ini kisah Dzulqarnain dari perjalanan spiritual hingga ia berhasil membuat tembok untuk mengurung Ya’juj dan Ma’juj.
Simak Video Pilihan Ini:
Perjalanan Spiritualnya
Suatu hari, Dzulqarnain pergi bersama pasukannya untuk mencari hakikat iman, hingga ia bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Ia pun masuk Islam melalui perantara Nabi Ibrahim. Raja Dzulqarnain melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah bersama Nabi Ibrahim. Setelah itu, ia kembali lagi ke negerinya.
Allah memberi Dzulqarnain para menteri yang terdiri dari kalangan ahli iman dan kebenaran. Khidir AS menjadi menteri dan penasihat pribadinya. Dzulqarnain berkeliling menjelajahi dunia bersama Khidir. Dan Khidir mengajarinya sebagian dari ilmu Allah yang tidak diketahui oleh siapa pun selain Khidir.
Dzulqarnain menyiapkan pasukan untuk mendakwahkan manusia kepada Allah Ta’ala, yang langsung dipimpinnya sendiri. Dzulqarnain terus menerus menyeru ke jalan Allah dalam wisata keimanannya, agar ia dapat menyebarkan keimanan dan keadilan di muka bumi, serta menunjuki manusia ke jalan yang lurus.
Dzulqarnain telah mempelajari seluruh bahasa penduduk bumi, sehingga ia bisa berkomunikasi dengan semua orang dengan bahasa mereka masing-masing. Perjalanan dakwah Dzulqarnain sampai di belahan bumi bagian barat, tempat matahari terbenam.
Advertisement
Bukan Nabi
Dzulqarnain bukanlah Nabi, tapi Allah telah mengilhaminya tentang apa yang harus ia lakukan dan ia katakan. Itu karena Allah mencintainya, lantaran ia senantiasa taat kepada-Nya. Juga lantaran ia berbuat kebajikan dan beramal saleh.
Setelah berhasil sampai di wilayah matahari terbenam, ia ingin pergi menuju wilayah matahari terbit. Maka berangkatlah ia bersama pasukannya yang besar lagi kuat untuk melihat hal-hal baru yang menakjubkan di bumi Allah.
Perjalanan Dzulqarnain dan pasukannya menghabiskan waktu dua belas tahun, hingga akhirnya sampai di tempat matahari terbit. Di sana ia melihat keajaiban yang lain dari ciptaan Allah. Ia menemukan suatu kaum yang tidak beralas kaki dan tidak pula memakai pakaian. Tidak ada penutup atau penghalang antara mereka dengan matahari.
Tidak ada rumah yang mereka tempati dan dijadikan pelindung dari sengatan matahari. Kemudian Dzulqarnain menemukan tulang belulang. Ia bertanya kepada penduduk setempat tentang tulang belulang tersebut. Mereka menjawab, “Ini adalah tulang belulang prajurit yang sampai ke sini lebih dulu daripada kalian. Mereka terbakar oleh sengatan matahari hingga mati.”
Lantas Dzulqarnain mengajari mereka cara membangun rumah yang dapat melindungi mereka dari sengatan sinar matahari. Ia juga mengajak mereka untuk menyembah Allah, Dzat Yang Maha Esa. Mereka pun banyak yang beriman kepada Allah.
Perjalanan Dzulqarnain berlanjut. Ia berangkat memimpin pasukannya untuk mencari tempat-tempat yang baru dan makhluk-makhluk yang lain untuk diajak menyembah kepada Allah.
Ya’juj Ma’juj
Ya’juj dan Ma’juj adalah makhluk Allah yang aneh dan asing. Mereka mempunyai bentuk, ukuran, dan fisik yang membuat manusia terkejut dan heran bila melihat mereka. Mereka berasal dari keturunan Yafits bin Nuh ‘Alaihissalam.
Allah memanjangkan usia mereka dan memperbanyak keturunannya. Ukuran mereka, sebagian ada yang tingginya sejengkal, ada yang tingginya setinggi pohon dan ada pula yang tinggi dan lebarnya sama.
Mereka memiliki taring seperti binatang buas, cakar seperti kucing, dan rambut yang panjang yang dapat melindungi dan menjaga badan mereka dari teriknya sinar matahari musim panas dan dinginnya cuaca musim dingin. Mereka tidak akan mati sebelum mempunyai seribu orang anak.
Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah, suka merampok, malas bekerja, serta suka mengganggu dan merugikan manusia yang ada di dekatnya. Mereka memakan tanaman, biji-bijian, dan binatang ternak milik manusia. Jika mereka minum air, maka tidak ada yang tersisa sedikit pun. Mereka tinggal bersebelahan dengan sekelompok manusia biasa di sebuah tempat yang bernama Bainas Saddain.
Kemudian, Dzulqarnain datang ke Bainas Saddain. Di sana ia bertemu manusia yang sedang merasakan pahitnya kehidupan karena Ya’juj dan Ma’juj. Akan tetapi, Dzulqarnain menghadapi satu permasalahan, yaitu komunikasi.
Ia tidak dapat memahami bahasa penduduk setempat dan mereka pun tidak memahami bahasanya. Sampai akhirnya, Allah menunjukkan suatu cara kepadanya untuk memahami apa yang mereka kehendaki.
Penduduk setempat mengajukan sebuah penawaran kepada Dzulqarnain, mereka berkata, “Sesungguhnya, Ya’juj dan Ma’juj adalah sekelompok manusia yang membuat kerusakan di muka bumi. Maukah engkau kami bayar untuk membuat dinding penghalang antara kami dan mereka”.
Dzulqarn’ain menjawab, “Apa yang telah dianugerahkan Allah kepadaku lebih baik daripada imbalanmu, maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka. “Dzulqarnain meminta pertolongan kepada Allah terlebih dahulu, kemudian baru ia meminta pertolongan kepada manusia. Tujuannya, ia ingin mengajarkan kepada mereka bahwa yang pertama adalah kekuatan iman, kemudian baru kekuatan manusia.
Advertisement
Membangun Tembok untuk Mengurung Yajuj dan Majuj
Dzulqarnain mulai membangun tembok yang dibantu oleh prajuritnya dan orang-orang tersebut. Dzulqarnain mulai mengukur jarak di antara kedua (puncak gunung), yaitu gunung yang mengelilingi kawasan tersebut.
Setelah pekerjaan itu selesai, Dzulqarnain berkata, “Dinding ini adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila janji Rabbku telah tiba, Dia akan meruntuhkan dinding tersebut, dan janji Rabbku ini benar.”
Keesokan harinya Ya’juj dan Ma’juj berusaha menghancurkan dinding itu. Mereka hendak memakan tanaman dan mencuri biji-bijian milik manusia yang berdekatan dengan mereka. Namun, mereka tidak sanggup melakukannya.
Kuku-kuku dan taring-taring mereka tidak mampu menghancurkan dinding yang kokoh itu. Sungguh Allah telah menentukan bagi mereka suatu waktu untuk keluar ke muka bumi dan menghancurkan dinding tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu dari tanda-tanda kiamat.
Dzulqarnain kembali ke negerinya setelah perjalanan keimanannya berhasil. Kemudian malaikat maut datang untuk mencabut nyawanya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul