Bolehkah Mengambil Amalan yang Bersumber dari Internet atau Medsos? Buya Yahya Menjawab

Apakah kita boleh mengambil dan melakukan amalan-amalan yang bersumber dari internet atau medsos? Simak penjelasan Buya Yahya.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 18 Sep 2024, 14:25 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 05:30 WIB
Buya Yahya
Buya Yahya (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran teknologi digital sangat membantu seorang muslim dalam beribadah. Misalnya, mengikuti kajian keagamaan secara virtual atau menyimak konten-konten dakwah di berbagai platform media sosial (medsos).

Sekarang, materi-materi tentang Islam cukup mudah ditemukan di internet. Bahkan, amalan-amalan pun bertebaran, tinggal kita pilih mau amalan mana yang dikerjakan.

Beberapa amalan yang sering dijumpai di internet atau medsos antara lain cara melunasi utang, rezeki lancar, cepat dapat jodoh, anak saleh/salehah, dan masih banyak lagi.

Pertanyaannya, apakah kita boleh mengambil dan melakukan amalan-amalan yang bersumber dari internet atau medsos? 

Soal ini, ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya pernah membahasnya. Simak agar kita tidak keliru dalam mengamalkan amalan di internet atau medsos.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Cek Sumbernya

KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Foto: staialbahjah.ac.id)

Hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum mengamalkan amalan dari internet atau medsos adalah mengecek terlebih dahulu sumbernya dari mana. Buya Yahya mengimbau umat Islam jangan asal mengerjakan amalan jika sumbernya tidak jelas. 

“Kalau ada orang share kepada Anda harus tahu dari mana itu sumbernya, kan begitu. Kalau tidak, gak bener ibadah semacam itu. Harus ada dong (sumbernya),” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (17/9/2024).

Buya Yahya mengatakan, benar atau tidaknya amalan yang dibagikan di internet atau medsos harus dinilai oleh orang yang punya ilmu. Bisa saja hadis yang digunakan oleh pembuat konten tidak benar alias palsu. 

“Tapi kembali kepada sumbernya. Kalau sumbernya yang ma'ruf, yang sudah selama ini dikenal, dia seorang alim, sholeh, memberi share, oke (boleh diamalkan). Tapi kalau asal (harus) waspada. Jadi jangan sampai asal mengamalkan bahkan jangan asal menge-share,” imbuhnya.


Pentingnya Berguru

buya yahya 222
Buya Yahya (TikTok)

Buya Yahya mengingatkan, di era internet dan medsos umat Islam jangan gampang menerima amalan secara mentah-mentah. Sebab, katanya, saat ini banyak juga orang yang berlomba mengajarkan kesesatan di internet atau medsos. 

“Jadi makanya waspada. Maka pentingnya berguru, sambung dengan guru yang menyelamatkan Anda. Jika itu yang di-share dari guru Anda, maka boleh diterima,” katanya.

“Kalau bukan, nggak dulu, bentar dulu. Banyak hadis palsu seperti di amalan Rajab. Amalan ini pahalanya begini, sementara hadisnya palsu yang gak boleh diamalkan. Tapi kalau sumbernya jelas, ulamanya jelas, oke. Guru yang sudah Anda kenal boleh Anda amalkan,” lanjutnya. 

Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, dapat disimpulkan bahwa mengerjakan amalan dari internet atau medsos diperbolehkan asalkan sumbernya harus jelas dan orang yang menyampaikannya adalah ustadz-ustadz yang seakidah. Apabila sumbernya tidak jelas dan tidak diketahui siapa yang menyampaikannya, lebih baik tidak mengamalkannya. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya