Ironi dari Parade Gajah yang Buat Orang Merasa Diberkati

Tubuh Tikiri, gajah yang digunakan untuk parade itu, selama ini ditutup rapat dari mata orang-orang yang ikut Festival Perahera di Sri Lanka.

oleh Asnida Riani diperbarui 19 Agu 2019, 20:01 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2019, 20:01 WIB
Gajah
Gajah parade di Sri Lanka yang dibiarkan kelaparan hingga kurus kering. (dok. Facebook @Save Elephant Foundation)

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Tikiri, gajah berusia 70 tahun yang tengah berada dalam kondisi kesehatan kurang baik. Berdasarkan laporan Save Elephant Foundation yang dilansir dari Says, Senin 19 Agustus 2019, gajah betina itu merupakan satu dari total 60 gajah yang bekerja di perayaan Festival Perahera di Sri Lanka tahun ini.

"Tikiri berparade setiap malam sampai larut selama sepuluh hari berturut-turut di tengah kerumunan, kembang api, dan asap. Ia berjalan berkilo-kilo meter setiap malam supaya orang merasa terberkati selama perayaan," tulis founder Save Elephant Foundation, Lek Chailert.

Kendati demikian, kondisi Tikiri sangat mengenaskan. Tubuh gajah betina ini kurus kering dan penampakan sebenarnya tertutup dari mata banyak orang, lantaran selama berparade, Tikiri mengenakan kostum menutupi hampir seluruh tubuhnya.

"Tidak ada yang melihat genangan air matanya, terluka karena cahaya dekorasi topengnya terlalu terang. Tak ada ada yang melihat betapa ia sudah sulit berjalan di tengah kondisi tubuh memprihatinkan," sambung Lek.

Lembaga tersebut menyerukan agar para turis memboikot ragam atraksi yang melibatkan hewan, termasuk gajah. Aksi yang dimaksud mencakup menaiki tubuh mereka maupun memafaatkan sebagai bagian dari festival tanpa memerhatikan kondisi para hewan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Wacana Boikot Pemanfaatan Hewan di Festival

Gajah
Kostum yang dipakai membuat tubuh kurus Gajah parade di Sri Lanka tak terlihat. (dok. Facebook @Save Elephant Foundation)

Melansir dari CNN, Perahera Festival di Sri Lanka merupakan festival tahunan yang memperlihatkan ragam pertunjukan dengan pemakaian kostum sebagai bagian dari perayaan. Kendati sudah berjalan sekian lama, Lek mengatakan belum terlambat menyelamatkan gajah-gajah dari festival itu.

Ia mendorong orang-orang untuk menulis surat terbuka pada perdana menteri Sri Lanka untuk memboikot ekploitasi hewan, termasuk gajah, di festival-festival macam ini. "Sementara untuk perayaan, semua boleh punya kepercayaan selama kepercayaan itu tak menyakiti yang lain," tulis Lek.

"Bagaimana kita bisa menyebutnya sebagai berkah atau sesuatu yang suci bila kita membuat hidup makhluk lain menderita?" sambungnya.

Secara daring, petisi berudul "Save Tikiiri from barbaric abuse" dan dialamatkan untuk pemerintah Sri Lanka sudah ditandatangani sebanyak belasan ribu orang. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya