Bumi Memanas Lebih Cepat dari Prediksi, Kode Merah untuk Manusia

Manusia disebut memiliki waktu nol tahun lagi untuk menghindari perubahan iklim yang berbahaya.

oleh Asnida Riani diperbarui 10 Agu 2021, 21:03 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2021, 21:03 WIB
Warga setempat meninggalkan rumah mereka di Pulau Evia, Yunani di tengah kebakaran hutan hebat hari Minggu (8/8). (AP)
Warga setempat meninggalkan rumah mereka di Pulau Evia, Yunani di tengah kebakaran hutan hebat hari Minggu (8/8). (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Laporan United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change mencatat bahwa Bumi telah dengan cepat menghangat 1,1 derajat celcius lebih tinggi dari tingkat pra industri, dan sekarang bergerak menuju 1,5 derajat celcius. Angka itu merupakan ambang batas kritis iklim yang disepakati para pemimpin dunia untuk menghindari dampak lebih buruk.

Mengurangi emisi gas rumah kaca dan menurunkan kadar karbon dioksida dari atmosfer diharapkan jadi langkah awal menghentikan tren tersebut. "Intinya, kita memiliki waktu nol tahun lagi untuk menghindari perubahan iklim yang berbahaya," kata Michael E. Mann, penulis utama laporan IPCC tahun 2001, mengutip CNN, Selasa (10/8/2021).

Tidak seperti penilaian sebelumnya, laporan yang dirilis awal pekan ini menyimpulkan bahwa "tidak diragukan lagi" manusia telah menyebabkan krisis iklim. Juga, menegaskan bahwa "perubahan yang meluas dan cepat" telah terjadi, beberapa di antaranya tidak dapat diubah.

Narasinya mengarah pada bukti pemanasan Bumi lebih cepat daripada prediksi para ilmuwan sebelumnya. Sejak 2018, ketika panel menerbitkan laporan khusus tentang pentingnya batas 1,5 derajat celcius, emisi gas rumah kaca sebagian besar terus berlanjut.

Bahkan, di bawah skenario IPC paling optimis, yakni emisi dunia mulai turun tajam hari ini dan dikurangi jadi nol bersih pada 2050, suhu global masih akan mencapai puncaknya di atas ambang batas 1,5 derajat celcius sebelum turun. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyebut laporan itu "kode merah untuk manusia."

"Satu-satunya cara untuk mencegah (kenaikan suhu Bumi) melebihi ambang batas adalah dengan segera meningkatkan upaya bersama, dan mengejar jalan paling ambisius," kata Guterres.

Laporan IPCC dirilis tiga bulan sebelum pembicaraan perubahan iklim internasional yang dipimpin PBB berlangsung. Pada penyelenggaraanya, para pemimpin global diharapkan memperkuat komitmen mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Lewati Tenggat Waktu

Venesia Tergenang Banjir Imbas Gelombang Pasang
Warga berjalan melewati papan saat gelombang pasang menerjang Venesia, Italia, Selasa (12/11/2019). Venesia dilanda banjir akibat gelombang pasang setinggi 127 cm. (AP Photo/Luca Bruno)

Meski beberapa negara telah menjanjikan pemangkasan emisi lebih ketat sejak Perjanjian Paris 2015, banyak yang melewatkan tenggat waktu untuk melakukannya. Di samping, masih ada kesenjangan yang signifikan antara apa yang dijanjikan para pemimpin dan apa yang dibutuhkan dalam implementasinya di tahun 2030.

"Dari perspektif ilmiah, setiap derajat, bahkan setiap setengah derajat, penting dalam membatasi dampak yang akan kita lihat dari perubahan iklim," ucap Ko Barrett, mantan wakil ketua IPCC. "Jadi, pada tingkat apa pun yang diputuskan oleh negara adalah apa yang mereka tuju, ada manfaat dan konsekuensi untuk memilih batasan itu."

Dave Reay, direktur Institut Perubahan Iklim Edinburgh, mengatakan para pemimpin dunia "harus membuat temuan laporan ini tertanam dalam pikiran mereka" pada konferensi November dan mengambil tindakan sesegera mungkin. "Ini bukan sekadar laporan ilmiah lainnya," kata Reay. "Ini 'neraka dan air tinggi' yang jelas tertulis besar."

Michael Byrne, seorang peneliti iklim di Universitas Oxford, mengatakan bahwa yang berbeda dari laporan ini adalah "efek pemanasan global tidak lagi di masa depan yang jauh atau di sudut-sudut dunia yang tidak terlihat." "Kita tahu apa yang akan terjadi dan sekarang itu ada di sini," kata Byrne.

Jika suhu Bumi naik di atas 1,5 derajat celcius, para ilmuwan mengatakan sistem iklim berpotensi "tidak dapat dikenali." Andrew Watson, seorang ilmuwan di University of Exeter, mengatakan model iklim yang digunakan dalam laporan tersebut tidak menangkap risiko peristiwa "kemungkinan rendah, dampak tinggi" yang jadi lebih mungkin tampak ketika suhu global meningkat.

"Ini adalah peristiwa seperti runtuhnya lapisan es, perubahan mendadak dalam sirkulasi laut, atau kebakaran hutan yang dahsyat," kata Watson. "'Yang tidak diketahui ini masih lebih menakutkan."

Dorongan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Secara Dramatis

FOTO: Gelombang Panas Picu Kebakaran Hutan di Yunani
Api berkobar di gunung dekat Desa Limni, Pulau Evia, sekitar 160 kilometer (100 mil) utara Athena, Yunani, Selasa (3/8/2021). Yunani bergulat dengan gelombang panas terburuk dalam beberapa dasawarsa. (AP Photo/Michael Pappas)

Laporan setebal 3,5 ribu halaman ini merupakan puncak dari hampir satu dekade penelitian iklim oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Meski IPCC dianggap sebagai sumber utama perubahan iklim, temuannya cenderung konservatif karena dikembangkan dengan meminta ratusan ilmuwan mencapai konsensus tidak hanya pada penelitian, tapi juga bahasa yang menggambarkannya.

Namun, laporan tersebut menggunakan "kata-kata terkuat hingga saat ini dalam menggambarkan krisis iklim." Lapisan es mencair dan akan terus mencair; banjir ekstrim dari permukaan laut yang lebih tinggi akan terus jadi lebih sering; dan permukaan laut itu sendiri akan terus meningkat hingga abad ke-22.

Pada saat yang sama para ilmuwan membunyikan alarm, Badan Energi Internasional mengatakan emisi karbon manusia "akan meningkat sebesar 1,5 miliar ton pada 2021," peningkatan terbesar kedua dalam sejarah.

"Ini benar-benar membutuhkan perubahan transformasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, pengurangan emisi gas rumah kaca yang cepat dan segera jadi nol bersih pada 2050. Gagasan bahwa masih ada jalan ke depan adalah titik yang seharusnya memberi kita harapan," tutupnya.

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan
Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya