Serba-serbi Kayu Rapet, Tanaman Tradisional Langka untuk Racikan Jamu Madura

Kesukaan masyarakat pada jamu tidak hanya ditandai dengan adanya penjual jamu Jawa dan jamu Madura. Sebab binatang di Madura pun ada yang diminumi jamu, seperti sapi kerapan, kambing kerapan, kelinci kerapan, dan burung merpati.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 04 Jul 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 05:00 WIB
Kayu rapet, tanaman obat untuk jamu
Kayu rapet, tanaman obat untuk jamu. (Dok: Instagram @chichicupboard)

Liputan6.com, Jakarta - Meskipun zaman sudah modern, masih banyak masyarakat yang menjaga kesehatannya dengan ramuan tradisional seperti mengonsumsi jamu. Bahkan di Madura, Jawa Timur sampai saat ini masih banyak warganya yang sehari-harinya suka minum jamu.

Mengutip dari laman Kemendikbud, mengenai Kearifan Lokal Orang Madura Tentang Jamu, Senin, 2 Juli 2023, kesukaan masyarakat pada jamu tidak hanya ditandai dengan adanya penjual jamu Jawa dan jamu Madura. Sebab binatang di Madura pun ada yang diminumi jamu, seperti sapi kerapan, kambing kerapan, kelinci kerapan, dan burung merpati.

Jamu yang diproduksi oleh masyarakat di Madura antara lain jamu sehat lelaki, empot-empot, sari rapet, selokarang, pegel linu, wejahan, macan kera, sekalor, lulur dan sinom. Jamu-jamu tersebut dibuat dari dari berbagai macam tanaman obat seperti kunyit putih, kencur, jahe, temulawak, temugiring, sirih, dan masih banyak jenis lainnya.

Salah satu tanaman obat yang terkenal untuk racikan jamu Madura adalah kayu rapet. Tumbuhan ini sering digunakan untuk mengobati luka-luka, koreng, disentri, dan rahim nyeri sehabis melahirkan. Di dalam kulit kayu dan akarnya terkandung senyawa kimia seperti flavonoida dan polifenol. 

Mengutip dari laman Greeners, Senin, 3 Juli 2023, Parameria laevigata (Juss.) Moldenke atau lebih dikenal dengan nama ‘kayu rapet’ tergolong sebagai tanaman obat yang berkhasiat ini biasa tumbuh secara liar yang tersebar di hutan.

Supriadi dalam buku "Tumbuhan Obat Indonesia Penggunaan dan Khasiatnya" mengungkap tanaman ini sebagai tanaman langka yang sulit ditemukan keberadaannya. Kayu rapet ini bisa tumbuh hidup di tanah yang tidak tandus dan cukup mendapat sinar matahari.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Karakteristik Tanaman Obat Kayu Rapet

Kayu Rapet tanaman berkhasiat yang cukup langka untuk ramuan jamu Madura
Kayu Rapet tanaman berkhasiat yang cukup langka untuk ramuan jamu Madura. (Dok: @hiday_blitar)

Ciri-ciri tanaman berakar tunggang ini antara lain, dia merupakan tanaman semak menjalar. Panjangnya kurang lebih 4 meter. Batang kayu rapet membelit, berbentuk bulat, berkayu, berambut, cokelat.

Daun kayu rapet sendiri berjenis tunggal, lanset, berhadapan, pangkal dan daun meruncing. Daun mudanya warnanya hijau kemerahan. Setelah dewasa, daunnya bakal beralih menjadi berwarna hijau, berhadapan, pertulangan menyirip, dengan panjang daun sekitar 5 hingga 12 cm, lebar sekitar 5 cm, bertangkai panjang antara 2 hingga 4 cm.

Kayu rapet punya bunga yang unik dengan bentuk malai. Bunga kayu rapet bersifat majemuk, mahkotanya berbentuk corong berwarna putih dengan panjang 2,5 cm. Tanaman ini berbunga pada bulan Juni-Oktober. Ketika berbuah, buahnya berwarna merah, berisi sekitar 10 biji.

Kayu rapet biasanya dimanfaatkan untuk tanaman hias. Tanaman ini pun populer dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional. Penelitian Barus, Hamidah, dan Satriadi dari Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat yang ditulis dalam Jurnal Sylva Scienteae, menyebutkan tentang keunggulan kayu rapet sebagai tanaman obat dapat mengobati luka, koreng, disentri dan nyeri rahim usai melahirkan.


Cara Mengolah Kayu Rapet

Ilustrasi membuat minuman, jamu tradisional
Ilustrasi membuat minuman, jamu tradisional. (Photo by Katherine Hanlon on Unsplash)

Daerah penyebaran kayu rapet tak hanya di Indonesia saja tapi juga di Burma, Cina, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Filipina, dan bagian barat Indonesia. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan beberapa penamaan.

Adapun di Lampung dia dinamakan akar gerip putih atau gakeman mayit. Orang Sunda menyebut kayu rapet cukangkang. Dalam bahasa Jawa, tanaman ini disebut megatsih, pegatsih, atau kayu pepet. Di Madura kayu rapet dikenal sebagai medaksi, sedangkan di Bali sebutannya ragen.

Bagian tumbuhan yang digunakan terutama bagian kulit kayunya. Kulit kayu rapet memiliki kandungan kimia tanin yang diduga dapat berfungsi sebagai bahan pelangsing. Umumnya kulit kayu rapet digunakan dengan cara direbus bersama air.

Untuk pengolahan di rumah, masyarakat dapat mengolah kayu rapet melalui proses pengeringan. yang kemudian dibuat menjadi serbuk dan diseduh sebagai jamu tradisional. Seperti yang kita ketahui jika, ramuan jamu telah digunakan oleh nenek moyang sejak turun temurun. Kemampuan meracik jamu dari berbagai jenis tumbuhan sudah menjadi warisan turun temurun yang telah mengakar kuat pada masyarakat.

 


Ramuan Jamu Madura

Ilustrasi
Ilustasi bahan pembuat jamu segar. (dok. unsplash/Agnieszka Kowalczyk)

Mengutip dari buku Kearifan Lokal Orang Madura Jamu untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Sabtu, 24 Juni 2023, jamu ramuan Madura tidak hanya dikenal di wilayah lokal Jawa Timur. Jamu Madura juga menyebar ke berbagai kota dan pulau di Indonesia, bahkan sampai mancanegara seperti Brunei, Arab Saudi, Hongkong, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.

Jamu ramuan Madura mempunyai kekhasan tersendiri antara lain rasanya pahit segar, bau harum yang beraroma khas rempah-rempah. Maka jika mendengar “Ramuan Madura” yang bisa dibayangkan orang merupakan obat kuat, ramuan yang membuat tahan lama dalam berhubungan suami istri seperti jamu perkasa laki-laki, sari rapet, dan empot-empot.

Bagi masyarakat Madura yang terbiasa minum jamu lebih banyak dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan, meskipun terdapat beberapa jenis jamu juga dikenal untuk mengobati penyakit. Pengetahuan jamu yang dimiliki oleh orang Madura sangat tepat jika disebut sebagai suatu kearifan lokal.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya