Tips Traveling Aman Saat Kasus Demam Berdarah Naik di Eropa Akibat Perubahan Iklim

Suhu lebih panas disebut membantu penyebaran nyamuk pembawa penyakit. Hewan pembawa demam berdarah itu kini ditemukan di 13 negara Eropa

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 17 Jun 2024, 21:55 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2024, 20:00 WIB
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD). (Photo by FotoshopTofs on Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim membuat perencanaan liburan musim panas semakin tidak dapat diprediksi. Bukan hanya banjir di bandara dan gelombang panas, tapi juga nyamuk.

Mengutip Euronews, Senin (17/6/2024), nyamuk pembawa demam berdarah kini ditemukan di 13 negara Eropa, yakni Austria, Bulgaria, Kroasia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Italia, Malta, Portugal, Rumania, Slovenia, dan Spanyol. Daftar ini mencakup banyak tujuan liburan paling populer di benua tersebut.

Maka itu, Anda perlu mengetahui risiko dan cara melindungi diri saat berada di tempat-tempat tersebut, kendati nyamuk jarang terlihat. Pertama, ketahui bahwa kebanyakan orang yang tertular demam berdarah tidak mengalami gejala.

Jika ada, gejala tersebut cenderung muncul antara empat sampai 10 hari setelah infeksi, dan berlangsung selama dua hingga tujuh hari. Beberapa di antaranya mirip dengan flu, seperti demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, serta nyeri otot dan sendi.

Di beberapa kasus, penyakit demam berdarah sangat parah, sehingga mendapat julukan "demam patah tulang." Pada lima persen orang, penyakit ini dapat berkembang jadi parah dan berpotensi fatal.

Demam berdarah lebih umum terjadi di wilayah tropis di dunia, seperti sebagian Afrika dan Asia, Amerika Tengah dan Selatan, Karibia, Kepulauan Pasifik, serta  beberapa wilayah selatan Amerika Utara. Lalu, bagaimana Anda bisa melindungi diri dari nyamuk yang akhirnya diharapkan mencegah terjangkit demam berdarah? 

Kurangi Risiko Digigit Nyamuk

Ilustrasi nyamuk
Ilustrasi nyamuk. Sumber foto: unsplash.com/Thomas Kinto.

Tindakan perlindungan sederhana yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko gigitan nyamuk saat berada di luar negeri, yakni menutup lebih banyak permukaan kulit. Idealnya, ini dilakukan dengan memakai pakaian berwarna terang.

Pasalnya, pakaian berwarna gelap cenderung lebih menarik perhatian nyamuk. Lalu, mengoleskan obat nyamuk juga jadi suatu keharusan. Produk yang mengandung DEET, IR3535, atau Icaridin lebih direkomendasikan dibandingkan produk berbahan dasar minyak esensial.

Nyamuk yang membawa virus demam berdarah menggigit pada siang hari, namun ada baiknya juga melakukan tindakan pencegahan pada malam hari. Gunakan kelambu atau kasa jendela dan pintu, serta tidurlah di ruangan ber-AC.

Kipas angin yang kuat juga dapat membuat serangga disorientasi dan mempersulit mereka untuk hinggap. Karena nyamuk berkembang biak di air yang tergenang, jangan beri mereka kesempatan.

Bahkan, benda sekecil tutup botol berisi air sudah cukup bagi larva mereka untuk berkembang. Jadi, bersihkan sekitar Anda semampu Anda, dan awasi taman atau balkon di properti tempat Anda menginap.

Vaksinasi Demam Berdarah

Ilustrasi nyamuk penyebab DBD.
Ilustrasi nyamuk penyebab DBD. Foto oleh Anuj dari Pexels.

Orang Indonesia sudah akrab dengan slogan 3M Plus (Menguras, Menutup dan Mengubur serta Plus lainnya) yang merupakan upaya melindungi diri dari demam berdarah dengue (DBD). Di samping itu, upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan vaksinasi DBD.

Mengutip kanal Health Liputan6.com, 27 Mei 2024, menurut dokter Monica Cynthia, vaksin DBD jadi upaya preventif yang terbukti efektif untuk melindungi diri dari DBD. Menurut data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin dengue memiliki efikasi hingga 80,2 persen untuk mencegah DBD.

Tak hanya melindungi dari infeksi, vaksin dengue mampu mencegah kasus rawat inap akibat virus Dengue hingga 95,4 persen. "Berbagai studi melaporkan bahwa antibodi ydi dalam vaksin dapat melemahkan virus dengue sehingga menghindarkan pasien dari komplikasi serius yang dapat timbul penyakit ini," sebut Monica, menambahkan bahwa vaksin DBD dapat diberikan pada orang sehat berusia 6 sampai 45 tahun.

Pengecualian Vaksin Demam Berdarah

Menjadi Obat Herbal Malaria
Ilustrasi Gigitan Nyamuk Credit: pexels.com/icon

Perlu diingat, vaksin dengue tidak disarankan bagi ibu hamil, orang dengan kondisi imunokompromais (kanker dalam kemoterapi, steroid dosis tinggi, imunodefisiensi primer), dan penderita HIV yang tidak dalam terapi ARV.  Mengenai efek samping seusai mendapat vaksin DBD, Monica mengatakan hal itu bisa terjadi.

Di antaranya, yakni nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, malaise, dan demam ringan. Dokter yang melakukan vaksinasi bakal memberitahukan hal tersebut. Tapi, jika efek samping itu terjadi berkelanjutan, Anda disarankan berkonsultasi dengan dokter.

Menurut data tren dengue di negara endemis per 2023, sebut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi, kasus DBD di Indonesia sebenarnya terbilang rendah dibandingkan dengan negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Brasil.

"Tapi sebetulnya mungkin ada kemungkinan bahwa ada kasus DBD yang tak dilaporkan,” kata Imran. “Dari siklus bulanan, kita tahu peningkatan kasus DBD dimulai pada November atau Desember, dan puncaknya di Januari atau Maret. Peningkatan paling tinggi terjadi di tahun 2016 di antara 10 tahun terakhir ini.”

Infografis Destinasi Wisata Urban
Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya