Ancaman Terorisme Meningkat di 2016, ini Jawaban Kapolri

Tito mengatakan, selama 2016 ini, Polri telah memproses 170 kasus terorisme.

oleh Oscar Ferri diperbarui 29 Des 2016, 07:31 WIB
Diterbitkan 29 Des 2016, 07:31 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, dinamika ISIS di Suriah menjadi salah satu alasan kenapa ancaman terorisme di Indonesia pada 2016 ini meningkat dari 2015. Menurut Tito, pada 2015, ISIS lebih cenderung memperkuat diri di Suriah, sehingga tidak terlalu fokus di negara-negara lain.

"Kenapa 2015 lebih rendah? Karena ISIS strateginya memperkuat di Suriah, setelah itu baru ekspansi wilayah secara perlahan," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (28/12/2016).

Tito Karnavian mengatakan, pada 2016 negara-negara besar seperti Rusia melakukan tekanan terhadap ISIS di Suriah. Sehingga, para kelompok militan radikal tersebut tidak leluasa bergerak. Akhirnya, ISIS mengalihkan perhatian mereka dengan jaringannya di luar Suriah untuk bergerak aktif‎.

"Makanya terjadi serangan di Eropa, seperti Prancis, Turki, Pakistan termasuk Indonesia. Tidak heran Indonesia pun meningkat karena ISIS. Jadi dengan begitu perhatian seluruh dunia tidak hanya di situ (Suriah) saja," ujar mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri tersebut.

Adapun selama 2016 ini, Polri telah memproses 170 kasus terorisme. Sementara pada 2015, ada 82 kasus terorisme yang diproses Polri. Penanganan kasus terorisme ini mengalami peningkatan 88 kasus atau sekitr 107 persen.

Dari 170 kasus itu, 55 orang dilakukan penyidikan, 36 orang disidangkan, 40 orang sudah divonis, enam dikembalikan ke keluarga, ‎dan 33 meninggal dunia. Selain itu, penegakan hukum terhadap para pelaku teror ini juga berimplikasi pada jatuhnya korban dari anggota polisi. 11 orang polisi mengalami luka-luka dan satu orang polisi meninggal dunia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya